Kerajaan Islam di Indonesia hadir setelah masa Kerajaan Hindu-Buddha mulai meredup. Salah satu kerajaan Islam yang pertama muncul di Nusantara adalah Kerajaan Perlak. Pada kesempatan kali ini Museum Nusantara akan membahas lebih jauh tentang sejarah, letak, peninggalan, sampai faktor kemundurannya. Simak informasi selengkapnya di bawah ini!
Sejarah Kerajaan Perlak
Daftar Isi
Kerajaan Perlak berdiri pada tahun 506 Hijriah dan didirikan oleh sebuah kelompok dakwah dari Mekkah, Arab Saudi yang singgah ke daerah Perlak. Salah satu dari anggota dakwah ini bernama Sayyid Ali Al-Muktabar dan kemudian menikahi gadis setempat bernama Putri Tansyir Dewi. Dari pernikahan ini, pasangan ini dianugerahi seorang anak bernama Alaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, pendiri Kerajaan Perlak sekaligus raja pertamanya.
Suatu hari, terjadi pertikaian antara pengikut Sunni dan Syiah. Hal ini menyebabkan Perlak terbagi menjadi dua pemerintahan. Perlak Baroh yang diperintah oleh pengikut Syiah berpusat di daerah pesisir. Perlak Tunong yang diperintah oleh pengikut Sunni berpusat di daerah pedalaman kerajaan. Ketika Kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak Baroh, kedua pemerintahan kembali bersatu lagi.
Masa kejayaan Perlak berhasil tercapai melalui keberhasilannya di bidang perdagangan pada abad ke 8. Kerajaan ini merupakan salah satu penghasil kayu dengan kualitas terbaik. Kayu- kayu yang berasal dari daerah Perlak sering menjadi bahan pembuatan kapal.
Seiring berkembangnya perdagangan, Perlak juga menjadi pusat perkembangan agama Islam. Penduduk setempat menikah dengan para saudagar muslim yang singgah di pelabuhan. Oleh karen, kerajaan ini terkenal sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Raja- Raja Kerajaan Perlak
Berikut adalah nama-nama Raja Perlak:
1.Sultan Marhum Alauddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah Zhillullah fil Alam (1810 M/1225 Hijriah )
2.Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdurrahim Syah Zhillulah fil Alam (1833 M/1249 Hijriah)
3.Sultan Marhum Alauddin Sayyid Maulana Abbas Syah Zhillulah fil Alam (1868 M/1285 Hijriah)
4.Sultan Marhum Alauddin Sayyid Ali Mughayat Syah Zhillulah fil Alam (1885 M/1285 Hijriah)
5.Sultan Marhum Alauddin Abdul Qadir Syah Johan Berdaulat Zhillullah fil Alam (1887 M/1305 Hijriah)
6.Sultan Marhum Alauddin Muhammad Amin Syah Zhillullah fil Alam (1892 M/1309 Hijriah )
7.Sultan Marhum Alauddin Abdul Malik Syah Zhillullah fil Alam (1909 M/1327 Hijriah )
8.Sultan Marhum Alauddin Sayyid Mahmud Syah Zhillullah fil Alam (1930 M/1349 Hijriah )
Letak Kerajaan Perlak
Letak Kerajaan Perlak berada di Selat Malaka, tepatnya di wilayah Perlak, Aceh Timur, Aceh . Selat Malaka sendiri merupakan tempat yang terkenal sebagai jalur perdagangan utama di Nusantara. Banyak pedagang dari seluruh dunia yang datang untuk berdagang. Dari sinilah, banyak ajaran agama baru yang masuk ke Nusantara.
Selat Malaka sejak zaman dahulu terkenal sebagai jalur perdagangan utama Nusantara. Pedagang dari berbagai penjuru dunia berlayar melalui selat tersebut untuk melakukan perdagangan, dari selat tersebut masuk lah ajaran agama-agama baru ke Nusantara.
Keberadaan Kesultanan Malaka membuat pelayaran di Selat Malaka menjadi ramai. Sebelumnya para pedagang melalui sisi barat dan menyisiri pantai-pantai di Pulau Sumatera. Pelabuhan yang cukup penting pada saat itu adalah Pelabuhan Melayu yang terletak di Sungai Batanghari, Jambi.
Ketika memasuki bulan Desember – Maret, angin musim timur laut berhembus di sebelah utara yang memungkinkan kapal dari India dan Cina untuk berlayar ke Selat Malaka. Kapal-kapal ini biasanya singgah sampai bulan Mei sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Hasil bumi dari Pulau Sumatera sering menjadi primadona di dunia perdagangan internasional. Aceh merupakan daerah penghasil lada yang cukup besar saat itu. Penanaman lada di daerah Aceh sudah dimulai sejak abad ke 9 di daerah daerah seperti Lamuri, Samudra, dan Perlak.
Para pedagang dari Arab dan Persia sebenarnya yang membawa tanaman lada ini. Lada sendiri bukan tanaman asli Aceh, tapi tanaman asli Madagaskar, Afrika. Para pedagang tersebut mencoba menanam lada dan tanah serta iklim Aceh sangat mendukung untuk tumbuh kembang lada.
Bandar Perlak menjadi pasar utama di pantai timur Sumatera Utara. Wilayah ini terus berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional yang cukup besar sehingga membuka kesempatan bagi pedagang di dunia untuk singgah. Daerah ini merupakan salah satu jembatan utama dari penyebaran Islam di Indonesia saat itu.
Peninggalan Kerajaan Perlak
Sebagai kerajaan tentu memiliki peninggalan bersejarah, berikut adalah beberapa peninggalan dari Kerajaan Perlak
1. Mata Uang
Peninggalan pertama adalah mata uang kerajaan yang terbagi ke dalam tiga jenis. Mata uang emas dikenal dengan nama Dirham. Pada mata uang ini terdapat tulisan Sulthan dan Al A’la. Kedua tulisan ini menunjukkan bahwa mata uang ini ada pada pemerintahan Sultan Makhdum.
Mata uang kedua disebut dengan nama Kupang. Terdapat tulisan pada kedua sisi uang ini. Terakhir adalah mata uang kuningan yang terbuat dari tembaga. Peninggalan mata uang tersebut menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak sudah berkembang pesat pada masanya.
2. Makam Raja Benoa
Peninggalan sejarah selanjutnya adalah Makam dari salah satu raja. Makam ini terletak di pinggir pantai Trenggulon. Makam ini dapat dikatakan sebagai makam islam karena memiliki batu nisan kuburan yang bertuliskan huruf Arab.
3. Stempel Kerajaan
Peninggalan bersejarah berikutnya adalah stempel kerajaan. Pada bagian bawah stempel, tertulis pola Arab yang berarti Al Watsiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512. Kerajaan yang tertulis dalam stempel ini termasuk ke dalam bagian Kesultanan Perlak.
Kemunduran Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran ketika kerajaan dipimpin oleh Sultan Mahmud Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan. Beliau melakukan politik persahabatan dan menikahkan kedua putrinya dengan para raja dari kerajaan tetangga.
Putri Ganggang menikah dengan Raja Al Malik Al-Saleh dari Pasai dan Putri Ratna Kemala menikah dengan Raja Parameswara dari Malaka. Setelah kematian Sultan Mahmud Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan, keadaan Perlak semakin tidak stabil. Kerajaan ini kemudian diambil alih oleh Raja Samudra Pasai dan menjadi daerah kerajaanya.
Demikian pembahasan Museum Nusantara kali ini tentang sejarah, letak, peninggalan dan faktor kemunduran dari Kerajaan Perlak. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat!
Tidak ada komentar