Kerajaan Mataram Kuno berdiri di Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta, yang mana lebih dikenal dengan sebutan Bhumi Mataram. Kerajaan Mataram Kuno sendiri pernah berdiri di bawah 3 wangsa atau dinasti.
Yang pertama ada Wangsa Sanjaya, dilanjutkan dengan Wangsa Syailendra, dan diakhiri dengan Wangsa Isana. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh 16 raja, salah satunya Sanjaya yang merupakan pendiri Kerajaan ini.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Daftar Isi
Kerajaan Mataram Kuno berdiri di Bhumi Mataram dengan dikelilingi oleh pegunungan, gunung-gunung, dan aliran sungai. Ibu Kota Mataram ialah Medang. Kerajaan ini didirikan oleh Sanjaya pada abad ke-8. Sebelum Sanjaya, kerajaan ini dipimpin oleh Sanna.
Namun, setelah Sanna tiada, kerajaan ini mengalami kekacauan, hingga akhirnya, tahta tersebut diturunkan kepada keponakannya yang bernama Sanjaya, juga dengan dukungan dari ibunya. Bukti tersebut tertulis pada prasasti Canggal pada tahun 654 Saka atau 732 Masehi.
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Menurut prasasti Canggal yang tertulis pada tahun 732 M, raja pertama yang berkuasa ialah Raja Sanna. Setelah kepergian Raja Sanna, singgasana tahta tersebut jatuh ke tangan keponakannya, Sanjaya, karena Raja Sanna tak memiliki keturunan. Ada 3 dinasti atau wangsa yang pernah berkuasa, yaitu :
- Dinasti Sanjaya (Wangsa Sanjaya)
- Dinasti Syailendra (Wangsa Syailendra)
- Wangsa Isyana
Setelah kepergian Sanjaya, kerajaan ini berada di bawah pimpinan Wangsa Syailendra. Pemerintahan kerajaan ini kembali pada Wangsa Sanjaya tatkala Pramodawardhani yang merupakan anak dari Rakai Gaung menikah dengan Rakai Pikatan.
Pendiri Kerajaan Mataram Kuno
Seperti yang telah disebutkan di atas, kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Sanjaya, dan Sanna merupakan raja pertama yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu.
Di bawah pemerintahan Sanna, kehidupan rakyat sangat Makmur, hingga pada akhirnya Sanna wafat dan terjadi kekacauan. Lalu, posisi tersebut digantikan oleh Sanjaya yang mana merupakan keponakan Raja Sanna sendiri.
Silsilah Kerajaan Mataram Kuno
Berikut urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno menurut Slamet Muljana yang merupakan seorang sejarawan.
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
Sanjaya merupakan raja pertama yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 – 746 Masehi. Disebutkan dalam prasasti Canggal, bahwa sebelum Sanjaya memegang kekuasaan, sudah ada Raja lain yang pernah memimpin, yaitu Sanna. Pada saat musuh menyerang, Sanna pun ikut andil dalam melawan musuh tersebut.
Namun, Sanna gugur dalam peperangan tersebut hingga pada akhirnya situasi kerajaan pun menjadi kacau. Akhirnya, posisi Sanna pun diturunkan kepada Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, yang merupakan keponakannya, karena Raja Sanna tak memiliki keturunan.
Sanjaya sebagai raja pertama yang memipin ini memakai gelar Ratu. Pada zaman dahulu, istilah Ratu belum identik dengan perempuan.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran Dyah Pancapana
Raja Rakai Panangkaran merupakan raja kedua yang memimpin setelah Sanjaya. Ia berkuasa dalam rentang tahun 746 – 784 Masehi. Dalam sebuah catatan sejarah, Raja Panangkaran telah membangun sebuah candi bercorak buddha yang bernama Candi Kalasan. Rakai Panangkaran juga dipuji sebagai Sailendrawangsatilaka atau “Permata Wangsa Sailendra”.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan alias Dharanindra
Dharanindra atau yang sering dikenal dengan Indra merupakan Maharaja dari Wangsa Sailendra yang memerintah di tahun 784 – 803 Masehi. Dalam sejarah, Dhanindra tercatat telah berhasil menaklukan kerajaan lain di sekitarnya. Ia juga dipuji sebagai Wairiwarawiramardana yang memiliki arti “Penumpas musuh-musuh perwira”.
4. Sri Maharaja Rakai Warak alias Samaragwira
Samaragwira merupakan penguasa kerajaan keempat setelah Dharanindra. Ia menguasai Kerajaan Mataram sekaligus Sriwijaya pada saat itu. Ia mulai memimpin kerajaan ini pada tahun 803 – 827 Masehi.
5. Sri Maharaja Rakai Garung alias Samaratungga
Rakai Garung merupakan maharaja ke lima setelah Rakai Warak. Ia berkuasa kisaran tahun 828 – 847 Masehi. Dalam prasasti tercatat bahwa Rakai Garung melakukan upacara Sima Bersama Partapan Pu Palar.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
Sri Maharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku tercatat dalam silsilah, ia merupakan raja keenam setelah berakhirnya asa Rakai Garung. Ia memegang pada periode 847 – 855 Masehi. Rakai Pikatan turun takhta menjadi seorang Brahmana yang bergelar “Sang Jatiningrat” pada tahun 856 Masehi. Lalu kekuasaan sepenuhnya diserahkan kepada putra bungsunya yang bernama Dyah Lokapala.
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
Dyah Lokapala merupakan raja ke tujuh yang berkuasa kisaran tahun 856 -880 Masehi. Ia merupakan putra bungsu dari Rakai Pikatan dan Permaisuri Pramodawardhani.
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
Rakai Watumalang seorang raja ke delapan yang memerintah di tahun 894– 898 Masehi. Ia tidak meninggalkan bukti sejarah sama sekali yang atas nama dirinya. Sementara itu, dalam prasasti Panunggalan tertulis nama seorang tokoh, yaitu Sang Watuhumalang Mpu Teguh, ia tak bergelar maharaja, melainkan hanya bergelar haji (raja bawahan).
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
Dyah Balitung memegang kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dimulai pada tahun 898 – 913 Masehi. Wilayahnya mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali. Kekuasaannya berakhir tatkala Mpu Daksa melakukan pemberontakan terhadapnya.
10. Sri Maharaja Mpu Daksa
Bergelar Sri Maharaja Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya Uttunggawijaya, Mpu Daksa ini menjadi Raja sekitar tahun 913 – 919 Masehi. Ia menggantikan Dyah Balitung yang merupakan saudara iparnya.
11. Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong
Rakai Layang Dyah Tulodong merupakan putri dari Mpu Daksa yang memegang kekuasaan pada periode 919 – 924 Masehi.
12. Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa
Dyah Wawa merupakan raja terakhir periode Jawa Tengah. Ia memegang jabatan sebagai raja skitar tahun 924 – 929 Masehi. Dyah Wawa merupakan sepupu dari Dyah Bhumijaya, putra Maharaja Rakai Kayuwangi. Peniggalan bukti sejarah yang mengatasnamakan Dyah Wawa yaitu ditemukannya prasasti Sangguran yang berisi tentang penetapan dari desa Sangguran sebagai daerah bebas pajak.
13. Sri Maharaja Mpu Sindok
Mpu Sindok merupakan pemegang kekuasaan periode Jawa Timur yang berkuasa di tahun 929 – 947 Masehi. Mpu Sindok merupakan pendiri dari dinasti Isyana.
14. Sri Maharaja Lokapala
Lokapala merupakan suami dari Sri Isanatunggawijaya. Ratu Sri Isanatunggawijaya merupakan putri dari Mpu Sindok, sedangkan Lokapala merupakan bangsawan dari Bali. Ia berkuasa sejak tahun 947 Masehi.
15. Sri Maharaja Makuthawangsawardhana
Ia merupakan raja ke lima belas yang berkuasa sebelum tahun 990 Masehi. Masa pemerintahannya tidak dapat diketahui secara pasti. Ia memiliki seorang putri yang bernama Mahendradatta.
16. Sri Maharaja Dharmawangsa Teguh
Raja Dharmawangsa merupakan raja terakhir yang memegang atas kekuasaan ini. Singkatnya, ia menikahkan putrinya dengan pangeran Airlangga, dan pada saat acara berlangsung, terjadi serangan yang mengarah ke kerajaan ini.
Letak Kerajaan Mataram Kuno
Pada abad ke-8, telah berdiri kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah, yang mana sering disebut dengan Bhumi Mataram. Kerajaan Mataram Kuno ini terkenal akan tanahnya yang subur, karena dikelilingi oleh gunung dan pegunungan, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi – Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Selain itu, juga terdapat aliran-aliran sungai yang tidak tersumbat, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan Sungai Bengawan Solo. Banyak yang menyebutkan bahwa posisi kerajaan ini sempat berpindah-pidah, karena seringnya terjadi bencana alam.
Ketika masa pemerintahan Mpu Sindok, pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Alasan dipindahkannya pusat pemerintahat tersebut karena semakin besarnya pengaruh Sriwijaya yang ada. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya di bawah pimpinan Balaputradewa.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal ditemukan di Magelang, Jawa Tengah yang bertuliskan tahun 654 Saka atau 732 Masehi. Peninggalan ini bertuliskan huruf Pallawa dan Sansekerta.
2. Prasasti Kelurak
Bercerita tentang sebuah bangunan suci, yang ditemukan di Desa Kelurak Percandian Prambanan, Jawa Tengah, dan bertuliskan tahun 782 M.
3. Prasasti Mantyasih
Berisikan tentang silsilah Kerajaan Mataram yang ditemukan di perkampungan Mateseh, Jawa Tengah.
4. Prasasti Sojomerto
Sojomerto merupakan prasasti peninggalan bangsa Syailendra yang tidak memuat tahun di dalamnya. Ia bertuliskan dengan aksara Kawi dan Bahasa Melayu Kuno dan ditemukan di daerah Jawa Tengah, tepatnya di Kab. Batang.
5. Prasasti Tri Tepusan
Berisi tentang tanah Sri Kaluhun kepada Desa Tri Tepusan, yang disebutkan pada tahun 842 M. Duplikat prasasti ini telah ada di museum Candi Borobudur.
6. Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti memuat nama para raja Mataram secara lengkap yang ditemukan di Desa Gandula Kota Temanggung pada tahun 1983.
7. Prasasti Rukun
Prasasti ini tertulis tahun 829 Saka atau 907 Masehi dan menggunakan bahasa Jawa Kuno.
8. Prasasti Plumpungan
Ditemukan di Desa Hampra kota Salatiga yang bertuliskan tahun 778 Saka atau 856 M.
9. Prasasti Siwargrha
Memuat tentang keterangan candi yang diberikan kepada Dewa Siwa dan menggunakan Bahasa Sansekerta yang memuat angka tahun 778 Saka atau 856 M.
Peninggalan Candi Kerajaan Mataram Kuno
1. Candi Bercorak Hindu
Peninggalan Kerajaan Mataram kuno berupa candi bercorak Hindu adalah sebagai berikut:
- Candi Gedong Songo
- Kompleks Candi Dieng
- Candi Siwa
- Candi Brahma
- Candi Wisnu
- Candi Sukuh
- Candi Boko
- Kompleks Candi Prambanan
2. Candi Bercorak Buddha
Peninggalan Kerajaan Mataram kuno berupa candi bercorak Hindu adalah sebagai berikut:
- Candi Kalasan
- Candi Borobudur
- Candi Mendut
- Candi Sewu
- Candi Plaosan
- Candi Sojiwan
- Candi Pawon
- Candi Sari
Corak Kerajaan Mataram Kuno
Pada awal berdirinya kerajaan Mataram Kuno ini, agama yang dianut ialah Hindu, dibawah pimpinan Wangsa Sanjaya. Setelah kekuasaan diambil alih oleh Rakai Panangkaran, corak tersebut berganti menjadi agama Buddha. Inilah awal berdirinya Wangsa Syailendra.
Meskipun demikian, rakyat tetap hidup saling berdampingan meskipun terdapat 2 agama sekaligus dalam masa pemerintahannya.
Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
Sejak awal, kejayaan-kejayaan yang berada di Kerajaan ini sudah terlihat. Masa-masa kejayaan tersebut, paling menonjol pada masa kepemimpinan Sanjaya atau pada Dinasti Sanjaya dan kepemimpinan Rakai Panangkaran.
Pada masa kekuasaan Raja Sanjaya, ia tak hanya menginginkan kedudukan tahkta semata, tetapi ia juga sangat memahami kitab suci yang dianutnya. Raja Sanjaya merupakan penganut agama Hindu Syiwa yang taat.
Sanjaya memegang kekuasaan secara bijak, sehingga rakyatnya memiliki kehidupan yang makmur. Apalagi, olahan padi menjadi komoditi utama sebagai pemenuh kebutuhan hidup di dalam maupun luar lingkup kerajaan.
Sedangkan, Rakai Panangkaran sangat terkenal dengan sifat pemberaninya yang mencolok. Terbukti, ia telah menaklukan raja-raja kecil yang menjabat di sekitar kerajaan dan juga menggeser tahta Raja Sanjaya. Rakai Panangkaran telah mengubah agamanya menjadi Buddha Mahayana.
Meskipun demikian, para penganut agama Hindu dan Buddha hidup saling berdampingan. Ia merupakan seorang raja yang telah berhasil mempersatukan Jawa di bawah satu tundukan, bahkan merekah hingga ke Bali.
Penyebab Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya Kerajaan Mataram ini, terjadi di masa pemerintahan Raja Dharmawangsa. Karena, pada masa kekuasaannya tersebut, terjadi perselisihan yang memanas dengan Sriwijaya.
Hal itu dipicu tatkala pada masa kekuasaan Rakai Pikatan, Balaputradewa diusir dari kerajaan, hingga akhirnya Balaputradewa ini mendirikan kerajaan di Sriwijaya dan masih menyimpan dendam hingga turun menurun.
Telah tercatat, bahwa Sriwijaya pernah melakukan serangan kepada Mataram, tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Selain itu, ada beberapa faktor pula yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan ini, yaitu:
1. Terjadinya bencana alam berupa letusan gunung berapi yang mengakibatkan rusaknya candi-candi yang telah dibangun
2. Adanya kekosongan jabatan di akhir kekuasaan. Ini terjadi Ketika kekuasaan dipegang oleh Mpu Sindok dan dipindahkan ke Jawa Timur
3. Telah terjadi krisis ekonomi. Keadaan ekonomi yang semakin menurun dikarenakan untuk menanggulangi bencana alam yang telah terjadi, sehingga lama-kelamaan menyebabkan kemunduran
4. Khawatir akan mendapatkan serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Tidak ada komentar