Negara Indonesia yang tersusun atas berbagai suku bangsa mulai dari Sabang sampai Merauke memiliki berbagai macam bentuk kesenian. Kesenian tersebut berupa kesenian pertunjukan hingga jenis kesenian lainnya. Keberagaman karya seni pertunjukan tradisional Indonesia sendiri salah satunya berupa seni tari. Kali ini Munus akan membahas mengenai Tari Yapong yang berasal dari daerah DKI Jakarta, tepatnya Suku Betawi dan juga properti tari yapong secara lengkap.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Suku Betawi merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang sangat unik dengan ciri khasnya tersendiri. Dan Suku Betawi juga telah diperkirakan mendiami Pulau Jawa tepatnya Jakarta untuk waktu yang cukup lama. Suku Betawi ini juga diyakini sebagai hasil dari perkawinan beberapa etnis yang terjadi di masa lampau. Maka dari itu, dalam Suku Betawi sendiri di dalamnya terdiri dari banyak unsur seperti Tionghoa, Arab, dan lain sebagainya.
Hal tersebut terjadi karena pada dulu kala Jakarta yang merupakan tempat hidup orang Betawi adalah daerah pesisir yang menjadi pusat perdagangan. Akibatnya terjadilah pertemuan dari berbagai suku yang tidak hanya berasal dari Indonesia bahkan hingga luar negeri seperti Arab dan Cina. Sehingga dari keadaan tersebut terjadilah interaksi yang nantinya akan menghasilkan kesenian akibat akulturasi kebudayaan.
Tari Yapong sendiri sering disamakan dengan Tari Jaipong yang juga merupakan tari khas Betawi. Namun, kedua tari ini merupakan dua jenis tarian yang sama sekali berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, penjelasan lengkap mengenai Tari Yapong mulai dari asal, sejarah, hingga properti tari yapong akan dibahas secara mendetail pada ulasan artikel di bawah ini.
Sejarah Tari Yapong
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Tari Yapong berasal dari daerah Jakarta, lebih tepatnya dari suku Betawi. Tari ini termasuk tarian baru karena bukan jenis tari tradisional yang diwariskan secara turun temurun dari beratus tahun lalu. Namun, tari ini baru diciptakan pada tahun 1977 bertepatan dengan hari ulang tahun Jakarta yang ke-450. Hari jadi Jakarta yang diperingati setiap tanggal 20-21 Juni itu menjadi panggung awal dipentaskannya Tari Yapong bertempat di Balai Sidang senayan.
Dibalik terciptanya tarian yang berasal dari Jakarta ini terdapat seorang penggagas ide mengenai pembuatannya. Ide tersebut tercetus dari pemikiran Dinas Kebudayaan DKI yang selanjutnya direalisasikan oleh Bagong Kussudiarjo. Bagong Kusudiarjo sendiri merupakan seniman besar dan terkenal pada masa itu.
Tari Yapong sendiri awal mulanya merupakan sendratari yang menggabungkan tarian dan teater tanpa dialog menceritakan tentang perjuangan Pangeran Jayakarta. Sendra tari ini merupakan perpaduan antara tarian dan drama yang tidak memiliki dialog sama sekali dalam pertunjukannya. Cerita yang terkandung di dalamnya adalah tentang perasaan sukacita para rakyat atas datangnya pahlawan Jayakarta.
Bagong melalui proses yang cukup panjang dalam menciptakan gerakan dari tari yapong ini. Dalam menentukan gerak tariannya, Bagong tidak serta merta menciptakan gerakan tersebut tanpa terlebih dahulu mengetahui tentang seluk beluk Betawi. Oleh karena itu, Bagong melakukan observasi beberapa bulan sebelum diselenggarakannya pagelaran tari dalam acara hari jadi jakarta tersebut.
Observasi yang dilakukan oleh Bagong lebih kepada menyelami seluk beluk kebudayaan masyarakat Betawi. Ia meneliti dengan cara terjun langsung mengamati di lapangan, kajian pustaka, slide, dan juga film yang ada sangkut pautnya dengan kebudayaan Betawi. Pada pementasan perdananya terdapat kontribusi dari banyak pihak yang kurang lebih terdiri dari 300 seniman dari penari dan musisi.
Nama Yapong sendiri tidak memiliki arti yang filosofis. Nama tersebut tercipta dari kombinasi suara penari dan gamelan. Para penari akan berteriak “ya ya ya” dan suara rebana “pong pong pong”, maka tercetuslah nama “Yapong” dari dua bunyi tersebut.
Perkembangan Tari Yapong
Berkat penampilan debutnya di Balai Sidang senayan, Tari Yapong mendapat respon positif dari masyarakat. Oleh karena itu, pertunjukan yang awalnya berupa sendratari ini kemudian dipisah menjadi tarian saja. Gerakan yang mengadopsi dari gerakan tari tradisional ini menceritakan para wanita yang bergembira menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta.
Dari respon positif tersebutlah tari yapong kemudian bisa berdiri sendiri tanpa harus disandingkan dengan teater. Direalisasikan dari bagian yang paling banyak diminati oleh masyarakat waktu itu yang lebih tertarik akan gerakan lemah gemulai para penari yang mampu mencuri perhatian mereka. Apalagi penontonnya juga kebanyakan orang-orang yang berdomisili di Jakarta dan juga merupakan Suku Betawi yang kemungkinan besar mempunyai relasi dalam jiwa mereka.
Karena Tari yang bernama Yapong ini telah berdiri sendiri, maka pementasannya pun dilakukan secara mandiri. Dimulai dari saat itulah tari ciptaan Bagong ini ditampilkan di berbagai kesempatan seperti acara adat, pagelaran kesenian, dan juga pesta rakyat. Karena itu pula lah Tari Yapong termasuk tari tradisional yang asli berasal dari Indonesia.
Baca juga: Tari Topeng: Visualisasi Watak Melalui Warna Topeng
Properti Tari Yapong
Secara umum, corak pakaian yang dikenakan oleh para penari yapong merupakan adopsi dari busana tari kembang topeng Betawi yang dikembangkan. Hal tersebut terpampang dengan jelas pada hiasan penutup kepala yang beragam beserta selempang dadanya yang dikenal dengan sebutan toka-toka. Karena tarian yapong sendiri memuat unsur kesenian Tionghoa.
Seperti yang kita ketahui bahwasanya kesenian Tionghoa memiliki ciri khas kain dengan motif naga selaras dengan pewarnaannya yang menggunakan warna merah menyala-nyala. Selain pada hal yang terkait dengan busana penari, hal lainnya seperti alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan tari gubahan Bagong ini menggunakan instrumen campuran. Instrumen musik tersebut merupakan campuran dari alat musik daerah diantaranya Betawi, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Bagong memanfaatkan instrumen tradisional DKI Jakarta sebagai salah satu upayanya agar menjadi keselarasan antara budaya betawi beserta instrumennya. Instrumen yang digunakan diantaranya adalah Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring. Dengan demikian terciptalah kreasi baru tari daerah yang tetap mengusung nilai-nilai tradisional setempat.
Pertunjukan tari garapan Bagong ini membutuhkan beberapa properti ketika menampilkannya. Properti tersebut digunakan guna mendukung visualisasi dan pendalaman karakter serta menambah keindahan. Berikut adalah properti yang digunakan ketika mementaskan Tari Yapong.
Pelajari Juga Tarian Daerah Lainnya
Rebana
Properti pertama yang wajib ada dalam pementasan Tari Yapong adalah rebana. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi penampilan tari. Instrumen musik yang dimainkan dengan menggunakan tangan kosong ini menghasilkan melodi dengan tempo yang cepat dan ceria.
Kemben
Baju atasan yang dipakai oleh para penari Yapong adalah kemben. Kemben sendiri merupakan pakaian yang menutupi bagian dada hingga pinggang saja. Umumnya, para penari yang tidak memakai kerudung hanya memakai kemben tanpa dikombinasikan dengan manset. Tapi bagi yang berkerudung mereka memakai manset berwarna kulit untuk menutupi bagian tubuh yang terlihat.
Selendang atau Toka-Toka
Salah satu kostum Tari Yapong adalah selendang. Selendang ini digunakan dengan cara dilingkarkan pada dada penari dibentuk menyilang seperti huruf X. Tidak seperti selendang betawi pada umumnya yang berfungsi sebagai pengiring tarian, selendang para penari Yapong digunakan hanya sebagai pelengkap busana. Selendang yang digunakan biasanya berwarna polos disertai bordiran pada pinggirannya menggunakan benang berwarna emas.
Penghias Kepala
Kostum Tari Yapong yang selanjutnya adalah hiasan kepala yang hampir menyerupai mahkota. Pada penghias kepala tersebut dilengkapi dengan bunga mawar merah untuk menambah kesan anggun dan cantik dari para penari.
Kalung
Properti kalung sendiri terbuat dari logam ringan yang dilapisi dengan warna emas sehingga memberi kesan mewah selayaknya kalung khas Betawi. Aksesoris ini tidak boleh terlewatkan bersamaan dengan giwang atau anting. Ketika para penari menggunakan properti kalung, maka akan lebih memancarkan keanggunan dan kecantikan dari para penari itu sendiri.
Sabuk Emas
Sabuk Emas disini berfungsi sebagai pengikat selendang yang berbentuk X tadi. Sesuai namanya, sabuk ini berwarna emas berguna untuk menyesuaikan dengan selendangnya. Selain digunakan karena fungsinya, pemakaian sabuk ini juga tidak melupakan nilai estetikanya.
Kain Batik
Kostum bawahan berbentuk rok yang dipakai para penari terbuat dari kain batik. Panjang dari rok itu sendiri berkisar dari pinggang hingga sampai pada bawah lutut. Karena batik adalah kain bercorak, maka pada saat pementasan warna batik yang dipakai mengikuti warna dominan dari keseluruhan kostum.
Baca juga: Tari Seudati : Kobaran Semangat Pria Aceh
Gerakan Tari Yapong
Pada tarian ini, warna kesenian dan intisari yang diambil adalah dari pola tingkah laku keseharian yang berasal dari rakyat Betawi. Tari yang awalnya diwarnai oleh tari rakyat Betawi kemudian diolah hingga mengandung unsur tarian pop. Tarian ini sejak awal memang diperuntukkan untuk tujuan sebagai hiburan.
Pementasan tari tradisional tentu saja identik dengan gerakan-gerakan gemulai para penari. Gerakan-gerakan tersebut sederhana tetapi sangat dinamis. Rata-rata gerakannya lebih mengacu pada tumpuan pada gerakan kaki, serta tangan dan pinggul. Pada Tari Yapong, setiap gerakan memiliki nama tersendiri yang menjadikan tarian ini lebih unik dan berbeda dari yang lainnya. Di bawah ini penjelasan lebih lanjut terkait nama-nama gerakan dalam Tari Yapong.
- Jalan Megol Lembehan Kanan
Gerakan ini dilakukan dengan cara para penari berjalan di tempat sambil meletakkan tangan kiri di dada bagi penari wanita. Sedangkan untuk penari laki-laki, tangan kiri diposisikan di pinggul. Kemudian, tangan kanannya dilembehkan ke samping berulang-ulang.
- Enjer Loncat ke Kanan ke Kiri
Gerakan selanjutnya adalah dibengkokkannya tangan kiri di bagian perut, sedangkan tangan kanan lurus membentang. Selanjutnya, para penari melompat dengan berdasar pada tangan yang ditekuk tersebut.
- Singgetan Ngigel
Dengan posisi tangan di depan mata, para penari melakukan ngigel pada hitungan ke-1. Kemudian dilanjutkan dengan menengadahkan tangan serta melakukan tangan ukel tepat pada hitungan ke 2 dan 3. Sedangkan pada hitungan ke 4 adalah gerakan tangan nyekiting.
- Yapong
Masih berkutik dengan tangan, para penari memposisikan tangan mereka di atas kepala. Tak hanya itu, gerakan itu disusul oleh telapak tangan yang terbuka bergerak seakan menyapu angin ke kiri dan ke kanan.
- Loncat Obah Pundak
Posisi kedua tangan direntangkan, menyesuaikan dengan ketukan, pundak akan digerakkan ke depan dan ke belakang. Sedangkan tangannya digerakkan ke kanan kiri sambil loncat secara bergantian.
- Singgetan Putar
Tangan kiri berada di pinggang dan tangan kanan penari direntangkan. Dengan posisi tersebut penari kemudian berputar 360 derajat.
- Enjer (Methang Kanan dan Kiri)
Berkebalikan dengan singgetan putar, kini posisi tangan kiri yang dibentangkan dan kanan di pinggang. Penari melakukan loncatan berdasarkan pada tangan yang dibengkokkan ketika melakukan perpindahan dengan berlari-lari kecil yang sesuai dengan arah gerakan.
- Jalan Empat Arah Maju Mundur
Gerakan maju mundur pada arah kanan. Kanan di sini bermakna arah kita menghadap yang berbarengan dengan gerakan tangan diayunkan.
- Malangkring Goyang Pinggul Dorong Pantat
Posisi tangan penari dalam keadaan malangkrik yang kemudian diikuti dengan menggoyangkan pinggul ke kiri dan ke kanan.
- Enjer Tumpang Asta
Para penari melakukan gerakan berjalan ke kanan dan ke kiri. Pada saat berjalan ke arah kiri, penari akan mengangkat kaki kanan serta meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri secara menyilang.
Selain gerakan tersebut di atas, ada juga beberapa gerakan lain. Gerakan tersebut diantaranya Singgetan Ngigel Mundur, Ngigel, Jalan Tranjal Trap Pundak, Ngigel Mundur, Jalan Maju Cekelan Tumpang Asta, Jalan di Tempat (Naik Turun), Jalan Mundur, Tangan Kaki Maju Mundur Obah Pundak Loncat, Enjer, Ngigel, Nyilang Belok Kiri, Gejug Kiri Belok Kiri, Jalan Naik Turun di Tempat, Ukel Mlumah Ukel Dadi, serta Jalan Megol Lembengan Kanan.
Pelajari Juga Tarian Daerah Lainnya
Pola lantai Tari Yapong
Dalam Tari Yapong, pola lantai yang dilakukan para penarinya adalah berupa garis imajinatif yang dilalui para penarinya. Tidak seperti tarian lainnya yang memiliki banyak pola lantai, Yapong hanya memiliki dua macam pola lantai dalam pementasannya. Pola yang pertama adalah pola tarian Yapong garis lurus dan pola tarian Yapong garis melengkung.
Tari Yapong Sebagai Budaya Asli Indonesia
Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya tari yapong sering ditemui di berbagai acara masyarakat Jakarta seperti di upacara adat Betawi, pagelaran kebudayaan, hingga pada pesta-pesta rakyat. Uniknya, pertunjukan di setiap kesempatan mengalami perbedaan di setiap pertunjukannya entah itu berupa mengubah gerakan atau pun menambah gerakan baru untuk memperkaya gerak.
Perbedaan yang ada tersebut tidaklah menjadi masalah karena yapong sendiri bukan merupakan tarian yang benar-benar tradisional dari nenek moyang. Oleh karena itu, tidak ada peraturan pakem yang mengikat dan mengatur tentang bagaimana tari tersebut harus sama dengan aslinya.
Oleh karena itu, belajar dari pengalaman sejarah penciptaan tari yapong bahwa seniman berkualitas di Indonesia sangat banyak. Kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dan seniman pada khususnya patut diapresiasi karena telah berhasil menciptakan sebuah tari tradisional yang fleksibel. Maksud dari kata fleksibel di sini adalah meskipun tarian ini mengandur unsur tradisional atau adat, namun ia juga bisa menjadi sebuah tari kontemporer pada saat yang bersamaan.
Meskipun tercipta dengan dasar budaya Suku Betawi, tidak menutup kemungkinan untuk tari yapong ini mendapat sentuhan budaya dari daerah lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, tidak adanya pengkotakan dalam mementaskan tari yapong menjadi sarana bagi para pemuda untuk ikut serta dalam pelestariannya dan juga mengenal lebih banyak kebudayaan yang ada di Indonesia melalui sebuah kesenian. Akulturasi budaya tersebut sangat bagus dimana budaya betawi bertindak sebagai unsur yang utama dipadukan dengan budaya daerah lainnya.
Kesimpulan
Tarian kontemporer yang diprakarsai oleh Bagong ketika memperingati hari jadi Jakarta adalah Tari Yapong. Tarian ini menceritakan perasaan gembira para suku Betawi atas kedatangan Jayakarta. Meskipun bukan termasuk tari tradisional warisan nenek moyang, tapi kita wajib menjaga kelestariannya di masa mendatang.
Baca juga: Tari Payung: Pengemasan Kisah Cinta di Pertunjukan Tari
Tidak ada komentar