1. Budaya

Zaman Pra Aksara: Periodisasi, Peninggalan dan Corak Hidup

Hidup manusia kerap berkembang setiap masa. Adanya perkembangan mengisyaratkan bahwa manusia terus berpikir dan berusaha agar mendapatkan hal yang lebih baik dari masa-masa yang sebelumnya. 

Kehidupan yang semua serba modern pada saat ini merupakan perkembangan dari zaman yang pada awalnya tidak mengenal tulisan. Zaman pra aksara adalah sebutan untuk masa dimana manusia belum mengenal tulisan. 

Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas terkait zaman pra aksara untuk menambah wawasan kalian semua. Selengkapnya simak artikel ini sampai habis ya! 

Periode Kehidupan Manusia di Zaman Pra Aksara 

Saat ini kehidupan manusia sudah sangat maju dan berkembang pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih setiap harinya. Sebelum mencapai ke masa yang sekarang manusia juga pernah mengalami yang namanya zaman pra aksara. 

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Zaman Pra Aksara adalah gabungan dari dua kata yaitu Pra dan Aksara. Arti dari kata “Pra’ sendiri adalah sebelum. Sedangkan, kata “Aksara” mempunyai arti tulisan. Jadi, yang dimaksud zaman pra aksara adalah zaman dimana manusia belum ada yang mengenal tulisan. 

Sebagaimana yang tertulis dalam buku Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud istilah lain dalam zaman pra aksara adalah masa nirleka. “Nir” artinya tidak ada, kemudian “Leka” artinya tulisan sehingga masa itu disebut dengan masa tidak ada tulisan. 

Zaman ini juga memiliki sebutan lain, yang dimaksud zaman pra aksara adalah pra sejarah. Sebab, di masa tersebut manusia belum mengenal tulisan. Sementara untuk masa dimana manusia sudah mengenal tulisan disebut masa aksara atau masa sejarah. 

Manusia pada zaman pra aksara mengalami masa yang para sejarawan meninjau nya dari segi geologi dan arkeologi. Berikut penjelasan lengkap terkait masa-masa tersebut menurut segi geologi dan arkeologinya: 

Zaman Pra Aksara berdasarkan Geologi

  1. Arkeozoikum: Zaman ini sudah berumur kurang lebih 2500 juta tahun. Pada masa ini bumi masih belum dingin dan udara masih sangat panas sebab kulit bumi masih proses pembentukan sehingga belum ada tanda-tanda kehidupan. 
  2. Paleozoikum: Zaman ini dikenal dengan sebutan zaman primer atau hidup tua. Perkiraan umur dari zaman ini sekitar 340 juta tahun, sudah ada tanda-tanda kehidupan seperti mikroorganisme, binatang tidak bertulang punggung, bahkan reptil, amfibi dan beberapa jenis ikan pun sudah ada.  
  3. Mesozoikum: Berumur sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan bumi sudah semakin berkembang. Zaman ini memiliki sebutan zaman sekunder dan hidup pertengahan, binatang-binatang pada masa itu antara lain Dinosaurus panjang 12 meter dan Atlantosaurus panjang 30 meter. Selain itu, zaman ini juga disebut masa reptil. 
  4. Neozoikum: Disebut sebagai zaman hidup baru yang mana terbagi menjadi dua yaitu Tertier dan Kwarter. Zaman tertier ditandai dengan berkurangnya binatang raksasa dan munculnya binatang menyusui serta monyet mulai bermunculan.Zaman kwarter sudah muncul tanda kehidupan manusia. 

Zaman Pra Aksara berdasarkan Arkeologi

Untuk yang satu ini mungkin Anak Nusantara cukup sering mendengar atau membacanya baik di buku sejarah atau artikel-artikel terkait kehidupan purbakala. Masa pra aksara ditunjau dari segi arkeolog terbagi atas dua zaman yaitu batu dan logam. Berikut penjelasan lengkapnya: 

Zaman Batu

Paleolitikum 

Zaman Paleolitikum (Sumber: Dosen Pendidikan)
Zaman Paleolitikum (Sumber: Dosen Pendidikan)

Zaman ini berlangsung pada 50.000-10.000 SM. Paleolitikum disebut juga sebagai zaman batu tua sebab manusia pada masa itu menggunakan alat-alat berasal dari batu yang dibuat secara kasar dan sederhana. 

Manusia paleolitikum yang hidup pada zaman pra aksara adalah secara nomaden atau berpindah-pindah dalam jumlah kelompok kecil untuk mencari makanan. Pada masa ini manusia hanya mengenal berburu dan mengumpulkan makanan. 

Untuk melindungi diri dari hewan buas manusia di masa tersebut tinggal di dalam gua. Meskipun belum mengenal memasak atau bercocok tanam, manusia pada masa ini sudah mengenal api.

Fosil penemuan manusia purba yang hidup zaman paleolitikum antara lain:

  • Pithecanthropus Erectus
  • Meganthropus Paleojavanicus
  • Homo Erectus
  • Homo Soloensis 
  • Homo Wajakensis
  • Homo Floresiensis

Daerah penemuan hasil kebudayaan paleolitikum dikelompokan menjadi dua yaitu: 

  • Kebudayaan Pacitan 

Von Koenigswald pada tahun 1935 menemukan berupa alat genggam dan alat serpih yang masih kasar di Pacitan. Selain di Pacitan, banyak juga alat-alat ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatera Utara). 

Peninggalan zaman pra aksara adalah kapak genggam (chopper) yang merupakan alat penetak/pemotong, serupa dengan kapak namun tidak bertangkai. Perkiraan alat tersebut merupakan hasil kebudayaan manusia jenis Meganthropus. 

Kapak Perimbas merupakan alat merimbas kayu, memahat tulang, dan juga sebagai senjata. Perkiraan merupakan hasil kebudayaan manusia Pithecanthropus. 

  • Kebudayaan Ngandong

Ngandong, Ngawi, Jawa Timur merupakan daerah penemuan hasil kebudayaan zaman paleolitikum. Temuan tersebut berupa peralatan yang terbuat dari tulang dan tanduk rusa. Alat-alat tersebut diperkirakan digunakan sebagai alat penusuk, belati dan mata tombak. 

Peninggalan dari zaman pra aksara adalah alat dari tulang binatang dibuat sebagai belati atau alat penusuk, ujung tombak bergerigi, mengorek ubi, dan keladi di dalam tanah serta untuk menangkap ikan. Terdapat juga flakes yang merupakan alat kecil dari batu Chalcedon untuk mengupas makanan, berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

Mesolitikum 

Zaman ini merupakan peralihan dari paleolitikum dan neolitikum. Manusia mesolitikum yang hidup pada zaman pra aksara adalah semi menetap di gua-gua yang disebut Abris Sous Roche. Pada masa mesolitikum kehidupan manusia berangsur-angsur berubah. Kehidupan manusia mesolitikum zaman pra aksara adalah laki-laki memiliki tugas berburu sedangkan perempuan tinggal di gua untuk memasak dan menjaga anak. 

Hasil kebudayaan pada zaman mesolitikum antara lain: 

  • Kjokkenmoddinger

Berasal dari bahasa Denmark yang mana kjokken artinya “dapur” dan modding artinya “sampah”. Jadi, arti dari Kjokkenmoddinger adalah sampah-sampah dapur yang berupa tumpukkan kulit kerang. 

Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera. Penemuan hasil budaya berupa pebble, kapak genggam, kapak pendek dan pipisan yang merupakan batu penggiling yang digunakan untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah. 

Cat merah yang digunakan pada zaman pra aksara adalah berasal dari tanah merah yang konon digunakan untuk kepentingan religius dan ilmu sihir. 

  • Abris Sous Roche 

Tempat tinggal manusia mesolitikum zaman pra aksara adalah gua-gua pada tebing pantai yang bernama Abris Sous Roche. Dari gua-gua tersebut terdapat beberapa hasil penemuan seperti peralatan dari batu yang sudah diasah dan peralatan dari tulang  tanduk. 

Hasil penemuan tersebut terdapat di gua Lawa, Sampung, Ponorogo (Jawa Timur), oleh karena itu disebut sebagai Sampung Bone Culture. Di wilayah seperti Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche. 

Terdapat hasil budaya lain yang menonjol yaitu lukisan gua bercap tangan yang banyak orang meyakini nya sebagai bagian dari ritual agama dan juga dianggap memiliki kekuatan magis. 

Lukisan tersebut kerap ditemukan di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan. Perkiraan, jika cap jari warna merah merupakan simbol kekuatan dan perlindungan dari roh jahat. Sedangkan cap tangan jari-jarinya tidak lengkap merupakan ungkapan duka. 

Neolitikum

Zaman Neolitikum (Sumber: Harapan Rakyat Online)
Zaman Neolitikum (Sumber: Harapan Rakyat Online)

Kehidupan manusia neolitikum pada zaman pra aksara adalah menetap dan tidak berpindah. Jenis manusia yang hidup pada zaman ini antara lain Homo Sapiens ras Mongoloide dan Austromelanosoide. 

Pada masa ini manusia telah mengenal bercocok tanam, namun masih melakukan perburuan. Manusia pada zaman neolitikum sudah bisa menghasilkan makanannya sendiri (food producing). 

Kebudayaan hasil dari zaman neolitikum sudah lebih sempurna pembuatannya, lebih halus dan menyesuaikan dengan fungsi. Alat-alat pada masa ini digunakan untuk pertanian dan perkebunan. 

Hasil kebudayaan tersebut diantaranya: 

  • Kapak Lonjong: Alat ini berasal dari batu yang sudah diasah berbentuk bulat dan lonjong seperti telur. Manusia pada zaman itu menggunakannya untuk menebang pohon. Lokasi yang banyak ditemukan peninggalan zaman pra aksara adalah di Indonesia bagian Timur 
  • Perhiasan gelang dari batu indah banyak ditemukan di wilayah Jawa. 
  • Alat pemukul kulit kayu 
  • Pakaian dari kulit kayu
  • Tembikar (periuk belanga): Banyak ditemukan pecahannya di Sumatera. Di daerah Melolo dan Sumba juga banyak ditemukan periuk belanga yang masih berisi tulang-tulang. 

Megalitikum 

Zaman megalitikum diperkirakan berkembang dari neolitikum hingga zaman perunggu. 

Kehidupan manusia megalitikum di zaman pra aksara adalah mereka sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan dengan menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar. 

Berbagai macam bangunan batu dibuat untuk kepentingan upacara keagamaan dan mengubur jenazah. Jenis manusia purba yang hidup pada masa pra aksara adalah Homo Sapiens. 

Masa megalitikum muda (1000-10 SM), menyebar pada zaman perunggu dibawa oleh kebudayaan dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga, sarkofagus dan arca dinamis. 

  • Zaman Logam 

Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal teknologi dan pertukangan. Hal ini terbukti dengan pembuatan peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup manusia. 

Zaman logam terbagi atas 3 zaman yaitu Tembaga, Perunggu dan Besi. Akan tetapi, zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia. Berikut penjelasan selengkapnya: 

Tembaga

Zaman Tembaga (Sumber: Cerdika)
Zaman Tembaga (Sumber: Cerdika)

Zaman ini merupakan asal mula manusia mengenal logam. Penggunaan tembaga adalah sebagai bahan dasar untuk membuat peralatan. Indonesia tidak mengalami adanya zaman tersebut. Hingga saat ini tidak pernah ditemukan peninggalan zaman tembaga di Indonesia. 

Perunggu 

Zaman Perunggu (Sumber: Mikirbae)
Zaman Perunggu (Sumber: Mikirbae)

Pembuatan alat pada zaman pra aksara adalah berbahan dasar dari perunggu. Peninggalan perunggu hasil dari zaman pra aksara adalah kapak corong (kapak sepatu) merupakan alat kebesaran dan upacara adat yang berbentuk seperti corong. Penemuan tersebut berada di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Terdapat juga peninggalan lain seperti perhiasan berupa kalung, cincin, manik, dan anting. 

Besi 

Bahan dasar yang digunakan pada zaman pra aksara adalah besi. Manusia melakukanya dengan cara meleburkan bijih besi dan menuangkannya ke dalam cetakan. Hasil peninggalan zaman besi di Indonesia yaitu mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul dan lain-lain. 

Mata kapak digunakan untuk membelah kayu, sementara mata sabit untuk menyabit tumbuh-tumbuhan. Penemuan benda-benda tersebut berada di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki, dan Punung (Jawa Timur). 

Jenis-jenis Manusia Purba Zaman Pra Aksara di Indonesia

Fossil manusia yang hidup di zaman purba tersebar hampir diseluruh penjuru dunia. Namun, menurut para ahli hanya terdapat 3 jenis manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia. 

Oleh karena itu, Museum Nusantara akan menjelaskan ketiga jenis manusia purba tersebut untuk Anak Nusantara semua. Jenis manusia purba yang hidup pada masa pra aksara adalah sebagai berikut: 

Pithecanthropus Erectus

D van Rietschoten yang merupakan geolog asal Belanda menemukan sebongkah tengkorak manusia pada tahun 1889. Tengkorak tersebut ditemukan oleh beliau di daerah Wajak.

Kemudian, fosil manusia purba Pithecanthropus Erectus kembali ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois di Trinil, Jawa Timur. Sebab banyak ahli menemukan fosil-fosil Pithecanthropus Erectus di pulau Jawa maka banyak yang menyebutnya dengan Manusia Jawa.

Meganthropus

Indonesia ditemukan jenis manusia purba yang hidup pada masa aksara adalah Meganthropus Paleojavanicus. Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu manusia tua besar yang berasal dari Jawa. Ukuran manusia purba yang satu ini lebih besar bila dibandingkan dengan jenis Pithecanthropus Erectus. 

Homo

Terdapat dua jenis Homo di Indonesia yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis. Bernama Wajakensis sebab pertama kali ditemukan di daerah Wajak Jawa Timur. Kemudian, Soloensis pertama kali ditemukan di daerah solo. 

Corak Hidup Manusia Pada Zaman Pra Aksara 

Awal corak hidup manusia zaman pra aksara adalah nomaden atau berpindah-pindah. Kemudian terjadi perubahan dari nomaden menjadi semi-nomaden hingga pada akhirnya mereka hidup secara menetap dan di suatu tempat dan memiliki tempat tinggal yang pasti. 

Berdasarkan corak kehidupan zaman pra aksara terbagi menjadi tiga masa. Berikut masa-masa tersebut: 

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa ini manusia sangat bergantung pada alam sekitar. Kehidupan manusia zaman pra aksara adalah menempati wilayah yang banyak menyediakan sumber makanan dalam jumlah cukup dan mudah untuk memperolehnya. 

Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat yang ideal bagi mereka. Sebab, pada tempat itulah tersedia air dan bahan makanan untuk sepanjang tahun. Menempati tempat tinggal sementara berupa gua-gua payung agar berdekatan dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air dan hewan-hewan lainnya. 

Manusia pra aksara menggunakan api sebagai sumber penerangan, caranya dengan membenturkan sebuah batu hingga menimbulkan percikan api serta membakar bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut, kelapa kering, dan rumput kering. 

Mereka akan tetap tinggal pada suatu wilayah selama persediaan makanan masih cukup. Ketika sumber makanan habis mereka akan berpindah dan mencari tempat yang kaya akan sumber makanan. 

Masa Bercocok Tanam

Manusia pada masa ini merasa bahwa bercocok tanam akan memberikan persediaan makanan yang tercukupi sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangkan hewan ternak. 

Perkiraan zaman pra aksara adalah pada zaman neolitikum. Zaman ini sangat bergantung pada iklim dan cuaca sebab keduanya sangat dibutuhkan saat bercocok tanam. Hasil panen juga bergantung pada tekstur tanah yang digunakan. 

Manusia pada zaman ini sudah bisa menghasilkan makanan sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Pada zaman ini diperkirakan telah melakukan kegiatan perdagangan dengan sistem barter. 

Mereka menukarkan hasil cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan, dan juga hasil kerajinan tangan. Hasil umbi-umbian dibutuhkan oleh penduduk pantai dan hasil laut dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman. 

Kehidupan bercocok tanam memberikan kesempatan untuk menata hidup menjadi lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat di sebuah perkampungan kecil. Sebuah kampung dipimpin oleh ketua suku yang strata sosialnya lebih tinggi sebab diambil dari orang paling tua dan paling berwibawa secara religius. Kebutuhan hidup dikelola bersama untuk kepentingan bersama. 

Pada masa ini jika ada orang yang meninggal maka yang masih hidup akan membekalinya dengan benda-benda keperluan sehari-hari. Hal tersebut bertujuan agar arwah yang meninggal mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 

Masa Perundagian 

Pada masa ini peradaban manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Munculnya sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu serta yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam. 

Kemunculan masa perundagian, secara umum mengakhiri masa pra aksara di Indonesia. Meskipun pada kenyataannya masih ada beberapa daerah yang masih berada di zaman batu. 

Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Hal ini membuat manusia tidak hanya bergantung pada cuaca dan iklim saja, namun juga pada pengaturan waktu yang cocok untuk bercocok tanam dan juga berternak. 

Mereka belajar ilmu alam dan dari alam juga mereka mengetahui arah angin, berlayar, antar pulau, mencari penghasilan di laut, dan melakukan perdagangan antar wilayah. Manusia pada zaman ini telah mampu mengatur ekonominya dan juga mampu berpikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup. 

Kemampuan produksi, konsumsi dan distribusi menopang kesejahteraan hidup manusia pra aksara di masa ini. Walaupun masih bersifat barter akan tetapi dengan adanya hal ini mampu menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan. 

Pada masa perundagian manusia sudah menetap dan juga mengalami banyak perkembangan, hal ini mendorong masyarakat untuk memiliki keteraturan hidup. Aturan hidup akan terlaksana apabila dipimpin oleh pemimpin yang bijaksana. Pemimpin tersebut dipilih atas dasar musyawarah yang mana kriteria tersebut adalah bisa melakukan hubungan dengan roh-roh nenek moyang. 

Perburuan hewan seperti singa dan harimau merupakan prestige pada kehidupan masa ini. Perburuan tersebut tidak hanya sebagai mata pencaharian namun juga meningkatkan strata sosial. Kehidupan pada masa ini sudah menunjukan solidaritas yang kuat. 

Sistem Kepercayaan Manusia di Zaman Pra Aksara 

Penemuan sistem kepercayaan pada zaman pra aksara adalah pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang, yang dimaksud zaman pra aksara adalah pada masa mesolitikum. 

Bukti yang memperkuat adanya hal tersebut yaitu temuan lukisan perahu pada nekara. Lukisan pada nekara menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Ini merupakan bukti bahwa pada masa tersebut manusia sudah mempercayai adanya roh. 

Seiring dengan perkembangan, manusia mulai merenungkan kekuatan lain pada luar dirinya. Hal ini menjadi awal kemunculan kepercayaan-kepercayaan lain yang diyakini oleh manusia pada masa itu. Berikut kepercayaan-kepercayaan tersebut: 

Animisme

Berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Animisme adalah sistem kepercayaan yang mana pemujaannya dilakukan kepada roh nenek moyang atau makhluk halus. 

Karakteristik manusia yang menganut kepercayaan ini di zaman pra aksara adalah mereka selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang. Permintaan tersebut meliputi kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi. 

Dinamisme

Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris yaitu “dynamic” yang artinya daya, kekuatan, dan dinamis. Kepercayaan dinamisme merupakan kepercayaan kepada benda-benda tertentu yang mana manusia menganggap benda tersebut memiliki kekuatan supranatural. Contohnya seperti pohon dan batu besar. 

Totemisme 

Kemudian kepercayaan manusia zaman pra aksara selanjutnya adalah Totemisme. Sistem kepercayaan ini menganggap bahwa bahwa binatang atau tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan dan juga malapetaka kepada penganutnya. 

Peninggalan Zaman Pra Aksara 

Peninggalan Zaman Pra Aksara (Sumber: Ruangguru)
Peninggalan Zaman Pra Aksara (Sumber: Ruangguru)

Sebenarnya  peninggalan zaman pra aksara sangatlah banyak. Apabila terus menggali dan meneliti lebih dalam penemuan-penemuan tersebut akan terus bertambah jumlahnya. Nah, Anak Nusantara peninggalan zaman pra aksara adalah sebagai berikut: 

  • Nekara: Merupakan peninggalan zaman perunggu yang berupa genderang besar atau tambur yang berbentuk seperti dandang terbalik. Penggunaannya untuk upacara ritual,  sebagai pengiring upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan genderang perang. Daerah penemuan benda ini berada di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar dan Kepulauan Kei. Untuk Nekara terbesar di Indonesia terdapat di Bali. 
  • Candrasa: Sejenis senjata peninggalan zaman perunggu yang digunakan untuk keperluan upacara. Benda ini ditemukan di Bandung, Jawa Barat. 
  • Arca Perunggu: Seperti namanya, benda ini merupakan peninggalan zaman perunggu. Memiliki dua bentuk yaitu manusia dan binatang. Umumnya memiliki ukuran kecil dan terdapat cincin di bagian atasnya. Cincin tersebut digunakan untuk menggantungkan arca karena arca tersebut juga digunakan sebagai liontin. Arca perunggu ditemukan di Bangkinang, Palembang, dan Limbangan. 
  • Moko: Masih merupakan peninggalan zaman perunggu sejenis dengan Nekara namun ukurannya lebih kecil. Berfungsi sebagai benda pusaka milik seorang kepala suku, benda yang diwariskan kepada anak laki-kali kepala suku dan juga untuk mas kawin.  Penemuan peninggalan zaman pra aksara adalah di Pulau Alor dan Pulau Flores tepatnya di Manggarai.  
  • Bejana Perunggu: Peninggalan zaman perunggu yang bentuknya mirip dengan periuk namun langsing dan gepeng. Penemuan benda peninggalan zaman pra aksara adalah di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura. Bejana yang ditemukan memiliki hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar geometri dan pilin yang mirip huruf J. 
  • Kapak Persegi: Benda ini merupakan peninggalan zaman batu tepatnya masa neolitikum. Bentuknya persegi panjang atau trapesium, penggunaan nya untuk kegiatan persawahan. Ukuran besar disebut beliung atau pacul, sementara ukuran kecil disebut tarah (tatah) yang digunakan untuk mengerjakan kayu. Persebaranya di Indonesia bagian barat. 
  • Mata Panah: Peninggalan zaman neolitikum selanjutnya yaitu mata panah. Merupakan batu yang diasah secara halus untuk memburu. Ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. 

Baca juga: Lahirnya Masa Orde Baru, Hasil dari Runtuhnya Masa Orde Lama

Demikian penjelasan terkait zaman pra aksara yang sudah Museum Nusantara rangkum. Seperti yang sudah dijelaskan zaman pra aksara adalah zaman dimana manusia belum mengenal tulisan atau tidak ada tulisan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan para Anak Nusantara semua.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Zaman Pra Aksara: Periodisasi, Peninggalan dan Corak Hidup

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]