Halo Anak Nusantara! Pasti kalian tidak asing dengan Kerajaan Majapahit, bukan? Nah kerajaan ini adalah kerajaan terbesar di nusantara setelah Kerajaan Sriwijaya. Tetapi sayang sekali, Perang Paregreg menjadi salah satu penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit. Penasaran dengan kisah dan sejarah selengkapnya? Simak di Museum Nusantara ya.
Mengenal Perang Paregreg di Majapahit
Daftar Isi
Majapahit adalah kerajaan besar yang pernah menguasai hampir seluruh bagian Nusantara Pada masa kejayaannya, menurut Kitab Negarakertagama, Majapahit membawahi sekitar 98 kerajaan di Nusantara. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha ini mencakup Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Akan tetapi, kejayaan Kerajaan Majapahit menyisakan sepenggal sejarah kelam karena perang saudara. Nama perang bersaudara tersebut adalah Perang Paregreg, yang terjadi pada tahun 1404-1406. Singkatnya, perang dan pertempuran ini melibatkan pihak dari istana barat yang dipimpin oleh Wikramawardhana yang melawan istana timur di bawah pimpinan Bhre Wirabhumi.
Perang Paregreg adalah perang yang menyebabkan runtuhnya kerajaan, karena mendatangkan malapetaka, kerugian keuangan istana, serta banyak memakan korban jiwa. Bahkan perang saudara ini banyak diyakini sebagai penyebab terkuat bagi kemunduran Kerajaan Majapahit.
Latar Belakang Perang Paregreg
Lalu bagaimana kronologis terjadinya Perang Paregreg? Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa pada tahun 1376, muncul “gunung baru” yang mengisyaratkan munculnya sebuah keraton baru di Pamotan, yang terletak di timur Kerajaan Majapahit. Keraton tersebut dipimpin oleh Bhre Wengker atau Wijayarajasa, suami Rajadewi, yang diduga ingin menjadi seorang raja Majapahit.
Rajadewi adalah bibi dari Raja Hayam Wuruk, yang nantinya akan mengadopsi Bhre Wirabhumi. Menurut Kitab Negarakertagama, Bhre Wirabhumi adalah anak Hayam Wuruk yang dilahirkan dari selirnya, lalu dinikahkan dengan cucu dari Rajadewi, yaitu bernama Nagarawardhani.
Setelah wafatnya Wijayarajasa, Bhre Wirabhumi diangkat sebagai raja dari istana timur. Sementara di istana barat, tahta Hayam Wuruk diserahkan kepada menantunya, yakni Wikramawardhana. Ketegangan antara istana timur dan barat muncul pertama kali saat Nagarawardhani diangkat oleh Bhre Wirabhumi sebagai Bhre (Adipati) Lasem.
Sementara Wikramawardhana juga mengangkat istrinya, yang bernama Kusumawardhani, sebagai Bhre Lasem. Ketika Kusumawardhani dan Nagarawardhani meninggal pada tahun 1400, Wikramawardhana segera mengangkat menantunya, istri Bhre Tumapel, sebagai Bhre Lasem.
Setelah pengangkatan tersebut, Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana terlibat pertengkaran sengit. Akhirnya, Perang Paregreg memuncak pada tahun 1404 yang disebabkan oleh perselisihan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana yang kian memanas.
Terjadinya Perang Paregreg
Dalam bahasa Jawa Kuno, paregreg berarti berjalan sedikit demi sedikit, dalam tempo yang lambat. Perang Paregreg pada tahun 1404 pun berjalan seperti artinya, karena pihak yang menang silih berganti. Selama dua tahun peperangan, kadang dimenangkan oleh istana barat dan kadang dimenangkan oleh istana timur.
Walaupun demikian, Perang Paregreg akhirnya dimenangkan oleh istana barat pada tahun 1406, setelah pasukan yang dipimpin oleh Bhre Tumapel, putra Wikramawardhana, yang berhasil menembus benteng pertahanan istana timur. Kemudian Bhre Wirabhumi sempat melarikan diri menggunakan perahu dan akhirnya dibunuh oleh Raden Gajah atau Bhra Narapati.
Pasca Terjadinya Perang Paregreg
Lalu bagaimana nasib Kerajaan Majapahit setelah perang? Setelah wafatnya Wikramawardhana (1389-1429) tidak ada yang mampu membangkitkan kejayaan Kerajaan Majapahit seperti pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Karena semakin melemah, pusat pemerintahan Majapahit dipindahkan dari Trowulan ke Daha (Kediri) pada era kepemimpinan Girindrawardhana atau Raja Brawijaya VI (1478-1489).
Pindahnya ibu kota pun tidak membuat kondisi Majapahit semakin membaik, bahkan semakin lemah seiring berjalannya waktu. Terlebih lagi dengan munculnya pusat kekuasaan baru di Jawa, yakni Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah, pangeran Majapahit, putra dari Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-1478).
Ajaran Islam di masa itu memang sedang berkembang secara pesat dan menyebabkan turunnya pamor Majapahit yang mayoritas rakyatnya menganut agama Hindu-Buddha. Lalu akhirnya Kerajaan Majapahit runtuh saat terjadi serangan oleh Kesultanan Demak, yang dipimpin oleh Sultan Trenggana (1521-1546).
Sultan Trenggana adalah raja dari Kesultanan Demak ke-3 setelah Raden Patah dan Pati Unus. Pada tahun 1527, akhirnya Sultan Trenggana pun mengirim pasukan untuk menduduki Majapahit dan merebut wilayah kekuasaannya yang tersisa. Kerajaan Majapahit yang sangat jaya dan perkasa di masa lalu pun akhirnya benar-benar runtuh.
Dampak Perang Paregreg
Bagaimana dampak perang saudara di Kerajaan Majapahit ini? Nah, Museum Nusantara sudah merangkum beberapa dampak besar dari Perang Paregreg di bawah ini.
- Istana timur pada akhirnya bersatu dengan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Mojokerto.
- Daerah bawahan Majapahit di luar Jawa banyak yang mengundurkan dan melepaskan diri.
- Sebanyak 170 prajurit China turut menjadi korban perang.
- Wikramawardhana harus membayar uang ganti rugi ke China sebanyak 60.000 tahil.
- Wikramawardhana dan penerusnya tidak mampu membangkitkan kejayaan Majapahit dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Demikian penjelasan Museum Nusantara mengenai sejarah Perang Paregreg, dimulai dari latar belakang sampai dampak yang ditimbulkan dari perang. Semoga informasi kali ini bermanfaat dan jangan lupa untuk memupuk rasa keingintahuan yang tinggi pada sejarah Nusantara di masa lampau.
Tidak ada komentar