1. Cerita Rakyat

Cerita Baru Klinting, Seekor Naga pada Legenda Rawa Pening

Halo Anak Nusantara! Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki banyak cerita rakyat dari berbagai daerah. Cerita rakyat adalah sebuah cerita yang berasal dari masyarakat di zaman dahulu. Penyebarannya dilakukan secara lisan, sehingga cerita rakyat berkembang dari mulut ke mulut. Oleh sebab itu, cerita rakyat merupakan salah satu warisan nusantara.

Cerita rakyat biasanya mengandung cerita lokal dari suatu daerah, termasuk asal mula suatu tempat atau tokoh dongeng terkenal. Salah satu cerita rakyat di Indonesia adalah cerita Baru Klinting yang berasal dari Jawa Tengah. Tokoh utama dalam cerita Baru Klinting adalah seekor ular dari legenda Rawa Pening. Bagaimana cerita Baru Klinting dan apa hubungannya dengan Rawa Pening? Simak cerita lengkapnya berikut ini.

Asal Usul Cerita Baru Klinting

Naga Baru Klinting dalam Legenda Rawa Pening (Sumber Dongeng Cerita Rakyat)
Naga Baru Klinting dalam Legenda Rawa Pening (Sumber Dongeng Cerita Rakyat)

Pada zaman dahulu di sebuah daerah bernama Kademangan Mangiran, masyarakat mengadakan hajatan desa. Seorang gadis bernama Endang Sawitri diperintahkan ayahnya untuk meminjam sebuah pusaka kepada Ki Hajar Salokantara untuk upacara adat. Ki Hajar Salokantara memberikan syarat kepada Endang Sawitri untuk menjaga pusaka itu dengan baik dan tidak meletakkan pusaka tersebut di sembarang tempat, termasuk di pangkuannya.

Endang Sawitri kemudian pulang dan tak langsung menyerahkan pusaka tersebut pada ayahnya. Ia berkumpul bersama gadis-gadis dan wanita yang sedang menyiapkan makanan di dapur. Karena kesibukan dan kelalaiannya, ia melupakan pusaka tersebut dan meletakkannya di pangkuannya sendiri. Pusaka tersebut tiba-tiba menghilang bersamaan dengan pingsannya Endang Sawitri.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Ayahnya, Ki Damang Taliwangsa, mulai khawatir dan segera memanggil Ki Hajar Salokantara untuk menanyakan apa yang terjadi. “Aku sudah memerintahkannya untuk menjaga pusaka tersebut dengan baik dan tidak meletakkannya sembarangan. Putrimu lalai dan meletakkan pusaka tersebut di pangkuannya, sehingga pusaka tersebut masuk ke dalam rahimnya” Kata Ki Hajar Salokantara.

Setelah 9 bulan berlalu, Endang Sawitri melahirkan seorang anak, namun anak tersebut tidak berupa manusia, melainkan seekor ular. Ki Damang Taliwangsa memerintahkan putrinya untuk membuang ular tersebut. Namun, ular tersebut ternyata dapat berbicara layaknya manusia. Endang Sawitri tak tega membuangnya dan memutuskan untuk merawat ular tersebut dengan memberinya nama Naga Baru Klinting.

Cerita Baru Klinting Mencari Ayahnya

Naga dari Legenda Rawa Pening (Sumber_ Instagram)
Naga dari Legenda Rawa Pening (Sumber_ Instagram)

Ular Baru Klinting akhirnya dirawat dengan baik oleh Endang Sawitri. Setelah beberapa tahun berlalu, Baru Klinting sudah mulai besar dan mulai bertanya siapa ayahnya. “Ibu, bolehkah aku bertanya? Sebenarnya ayahku siapa dan di mana dia sekarang” Kata Baru Klinting kepada ibunya. Endang Sawitri terkejut dengan pertanyaan tersebut. Kemudian, dia mengatakan bahwa ayahnya bernama Ki Hajar Salokantara

Baru Klinting masih penasaran dan tak percaya dengan ucapan ibunya. Ia terus menanyakan siapa dan di mana ayahnya sekarang. Endang Sawitri yang sudah tak tega dengan anaknya kemudian mengatakan keberadaan ayahnya. “Ayahmu sedang bertapa di lereng Gunung Telomoyo” kata Endang Sawitri kepada Baru Klinting.

Setelah itu, Baru Klinting meminta izin untuk mencari ayahnya. Ibunya mengizinkannya dan memberikan bekal berupa lonceng atau klintingan. “Lonceng ini adalah peninggalan dari ayahmu. Tunjukkan lonceng ini kepadanya agar dia percaya bahwa kau adalah anaknya” kata Endang Sawitri kepada anaknya.

Perintah Bertapa di Gunung Telomoyo

Naga yang Menjadi Asal Usul Rawa Pening (Sumber Paragram)
Naga yang Menjadi Asal Usul Rawa Pening (Sumber Paragram)

Baru Klinting akhirnya pergi menuju Gunung Telomoyo. Ia menemukan sebuah gua yang berada di lereng gunung tersebut. Kemudian, ia memasuki gua tersebut dan menemukan seorang laki-laki tua yang sedang bertapa. “Apakah kau adalah Ki Hajar Salokantara?” Tanya Baru Klinting kepada lelaki tua tersebut.

“Ya, aku adalah Ki Hajar Salokantara, siapa kau?” Jawab Ki Hajar Salokantara. Baru Klinting kemudian menjelaskan siapa dirinya dan tujuannya menemui Ki Hajar Salokantara. “Aku mempunyai lonceng yang menjadi bukti bahwa aku adalah anakmu” Kata Baru Klinting sambil menunjukkan lonceng bekal dari ibunya. Ki Hajar Salokantara langsung mengenali lonceng tersebut dan mengetahui bahwa ular tersebut adalah anak Endang Sawitri.

Kemudian, Ki Hajar Salokantara memerintahkan Baru Klinting untuk  bertapa selama satu tahun dengan mengelilingi Gunung Telomoyo tersebut jika ingin diakui sebagai anaknya. Baru Klinting menuruti perintah ayahnya tersebut. Ia mulai melilitkan tubuhnya mengelilingi Gunung Telomoyo dan bertapa selama satu tahun.

Terjadinya Legenda Rawa Pening

Patung Naga Baru Klinting yang Diabadikan di Sekitar Rawa Pening (Sumber_ Instagram)
Patung Naga Baru Klinting yang Diabadikan di Sekitar Rawa Pening (Sumber_ Instagram)

Dua orang masyarakat desa sedang berburu rusa untuk mengadakan pesta di desa mereka. Namun, mereka tak menemukan rusa di hutan. Mereka kemudian mencarinya ke lereng Gunung Telomoyo dan menemukan ular besar yang sedang tidur. Karena tak menemukan rusa, mereka memotong daging ular tersebut sebagai pengganti daging rusa. 

Keesokan harinya, masyarakat desa mengadakan pesta sedekah bumi. Para warga menikmati berbagai macam suguhan, termasuk daging ular tersebut. Kemudian, ada seorang anak kecil yang lusuh meminta makanan kepada masyarakat desa. Namun, tidak ada yang berkenan membagi makanan tersebut kepadanya.

Anak kecil itu berjalan mencari makan di sepanjang desa. Kemudian, ia bertemu dengan nenek tua yang memberinya makan. Ia terlihat sangat senang dan memakan makanan tersebut dengan lahap. Sebelum pergi, anak itu berpesan kepada nenek tua, jika mendengar suara gemuruh, maka ia harus segera menaiki lesung yang ada di rumahnya. Nenek itu mengiyakan pesannya meskipun tak mengetahui maksudnya.

Setelah itu, dia kembali ke pesta sedekah bumi dan meminta makanan lagi. Masyarakat masih tetap menolaknya, bahkan mengusirnya. Anak itu kemudian menancapkan sebuah kayu ke dalam tanah dan menantang semua orang untuk mencabutnya. Satu persatu masyarakat mencoba untuk mencabutnya, namun tak ada yang berhasil.

“Aku adalah Baru Klinting, jelmaan ular yang dagingnya kalian makan. Aku menguji kalian dengan meminta makanan, namun kalian tak mau memberikannya. Sekarang, kalian akan mendapat balasannya” Kata anak kecil itu. Anak itu kemudian mencabut kayu tersebut dan keluar air dari dalam tanah. 

Air tersebut semakin deras dan menenggelamkan seluruh masyarakat desa. Hanya satu orang yang berhasil selamat, yaitu nenek tua yang sudah menyelamatkan diri dengan menaiki lesung. Air tersebut semakin tinggi dan membentuk sebuah rawa yang kemudian diberi nama Rawa Pening.

Pesan Moral dari Cerita Baru Klinting

Ilustrasi Cerita Baru Klinting (Sumber_ @lusiaelysetiyasih on Instagram)
Ilustrasi Cerita Baru Klinting (Sumber_ @lusiaelysetiyasih on Instagram)

Cerita Baru Klinting mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan pasti akan mendapatkan balasan. Jika kita melakukan kebaikan, maka kita akan mendapatkan balasan kebaikan pula. Sebaliknya, jika kita melakukan kejelekan sekecil apapun, maka kejelekan itu juga akan kembali kepada kita. 

Dari cerita Baru Klinting, kita juga dapat belajar menghargai dan mengasihi sesama manusia. Cerita Baru Klinting juga mengajarkan untuk menjaga amanat dengan baik untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Rawa Pening adalah salah satu bentuk pesan moral nyata dari cerita Baru Klinting ini.

Baca Juga: Keong Mas: Cerita Rakyat dari Jawa Timur

Nah, itulah tadi cerita rakyat legenda Baru Klinting yang berasal dari Jawa Tengah. Sudah seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia menjaga kelestarian budaya yang terdapat di Nusantara, salah satunya adalah warisan berupa cerita rakyat. Semoga Anak Nusantara dapat mengambil pelajaran dari cerita Baru Klinting ini ya!

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Cerita Baru Klinting, Seekor Naga pada Legenda Rawa Pening

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]