Halo Anak Nusantara! Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan dari tangan penjajah. Seperti yang kita tahu, tak hanya perlawanan para pahlawan yang berjasa mengusir penjajah, terdapat juga perlawanan rakyat yang juga berdarah-darah. Salah satu bentuk perlawanan tersebut ialah Monumen Pembebasan Irian Barat.
Pemerintah kala itu, membangun monumen-monumen dalam rangka menghargai jasa mereka yang berkorban demi negara. Termasuk di dalamnya, ada monumen Pembebasan Irian Barat yang bertujuan untuk menghargai jasa Trikora dan rakyat yang membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Bagaimana awal mula sejarah monumen tersebut? Mari ikuti informasinya di bawah ini!
Monumen Pembebasan Irian Barat sebagai Simbol Keteguhan Tekad Rakyat
Daftar Isi
Monumen adalah jenis bangunan yang bertujuan untuk memperingati peristiwa atau seseorang yang dianggap penting dalam kejadian di masa lalu. Selain itu, monumen juga kerap digunakan untuk memperindah ruang kota atau suatu lokasi. Sejak dulu, pemerintah sering membangun monumen-monumen dalam rangka memperingati suatu peristiwa atau sebagai tanda jasa para pahlawan dan rakyat yang berjuang saat kemerdekaan. Tak terkecuali monumen yang satu ini.
Tujuan dibangun monumen Pembebasan Irian Barat adalah sebagai penghormatan kepada para pejuang Trikora dan rakyat Irian Barat yang berhasil menyingkirkan Belanda dan mengembalikan Irian Barat ke tanah air. Komunitas pematung di Yogyakarta dengan seniman Edhi Sunarso sebagai ketua pada tahun 1963, merekalah yang bertugas membuat patung ini. Tentunya, atas permintaan presiden Ir. Soekarno. Patung ini menggunakan perunggu sebagai bahan dasarnya.
Patung ini memiliki tinggi 11 meter di atas ketinggian 25 meter, dan 20 meter dari jembatan. Sedangkan beratnya mencapai 8 ton. Jika ingin melihatnya secara langsung, Anak Nusantara dapat mengunjungi Taman Lapangan Banteng di Jakarta Pusat. Terlihat megah, bukan? Namun, terlepas dari kemegahannya terdapat sejarah panjang dalam pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda.
Sejarah Awal Monumen Pembebasan Irian Barat
Seperti yang kita tahu, Indonesia telah mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Sedangkan baru tahun 1949, Belanda memberikan pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Belanda belum mengakui Irian Barat sebagai bagian dari negara Indonesia dan enggan melepaskannya. Faktanya, Belanda ingin Irian Barat menjadi negara boneka.
Karena itu, presiden Soekarno mengupayakan agar Irian Barat bisa segera terbebas dari belenggu Belanda. Salah satu langkahnya adalah memberi amanat kepada Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta.
Bung Karno menyerukan isi dari Trikora, yaitu sebagai berikut.
- Gagalkan negara boneka
- Kibarkan bendera Merah Putih di Papua
- Siapkan diri untuk melakukan mobilisasi umum
Hingga pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima dan membentuk Komando Mandala. Tugasnya adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan melakukan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.
Operasi militer antara Indonesia dengan Belanda pun berlangsung selama hampir satu tahun. Hingga di dalamnya terjadi perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan Amerika Serikat sebagai penengah pada 15 Agustus 1962. Dan hasilnya kita kenal sebagai Perjanjian New York yang berisi bahwa Belanda harus menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia selambatnya tanggal 1 Mei 1963.
Dan akhirnya pada tanggal 31 Desember 1962, bendera Merah Putih berhasil berkibar di tanah Papua menggantikan bendera Belanda. Tujuan dari Trikora pun telah tercapai. Untuk mengenang para pejuang Trikora dan tentunya rakyat Irian Barat yang ikut menghadapi pasukan Belanda, dengan terciptanya monumen Pembebasan Irian Barat. Monumen ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1963 oleh Presiden Soekarno.
Revitalisasi Monumen dan Lapangan Banteng
Pada tanggal 1 September 2017, Dinas Kehutanan dan Pemakaman DKI Jakarta di bawah gubernur Anies Baswedan melakukan program revitalisasi monumen Pembebasan Irian Barat dan Taman Lapangan Banteng. Program revitalisasi tersebut meliputi pemotongan pepohonan yang menutupi monumen dan pembangunan kolam air mancur. Tak hanya itu, penambahan tempat duduk melingkar menyerupai amphitheater juga dilakukan. Ditambah dengan jogging track, pembuatan jalur pedestrian, dan penataan pedagang kaki lima di sekitar kawasan monumen.
Sehingga Taman Lapangan Banteng tak hanya dijadikan sebagai tempat berolahraga, namun juga sebagai rekreasi keluarga. Di sana masyarakat dapat menikmati pertunjukan air mancur sambil bersantai bersama keluarga.
Bentuk dan Makna Monumen
Monumen Pembebasan Irian Barat memiliki corak patung berbentuk seorang laki-laki yang bertelanjang dada. Mulutnya terbuka lebar seolah berteriak “Merdeka!”. Sedangkan kedua tangannya terangkat tinggi-tinggi ke udara, serta kedua kakinya yang ikut melebar. Pada bagian lengannya terlihat rantai yang baru saja terputus.
Makna monumen Pembebasan Irian Barat adalah “bebas”. Hal itu dapat tergambar pada sikap kedua tangan yang terangkat tinggi dan kaki yang melebar. Hal tersebut menandakan bahwa kebebasan yang akhirnya teraih. Selain itu, makna rantai yang putus berarti bahwa Irian Barat baru saja terlepas dari kukungan belenggu Belanda.
Fakta menarik dari Monumen Pembebasan Irian Barat adalah desain patung ini dibuat sendiri oleh Presiden Soekarno, lho! Kala itu, Presiden Soekarno merevisi sketsa yang dibuat oleh Henk Ngantung. Kemudian Henk menyerahkan gambar tersebut kepada Edhi Sunarso yang kemudian dibuat dalam kurun waktu kurang lebih 12 bulan.
Seperti yang kita tahu, Edhi Sunarso adalah pematung kebanggaan Presiden Soekarno. Beliau jugalah yang menggambar desain Patung Selamat Datang. Sedangkan Henk Ngantung adalah seorang pelukis sekaligus Gubernur Jakarta periode tahun 1964-1965.
Dalam proses pengerjaan patung, Edhi Sunarso bersama tim membagi patung dalam beberapa bagian dengan berat masing-masing 100 kilogram. Kemudian, masing-masing bagian tersebut menggunakan teknik pengecoran perunggu di Yogyakarta. Hingga di Jakarta, patung baru disusun ulang.
Di sisi lain, Friedrich Silaban bertugas sebagai arsitektur di sekitar monumen. Di mana dibuat sketsa menggunakan dua buah ramp atau jalur yang melandai di kedua sisi patung. Dan ramp tersebut menghubungkan podium dengan lapangan di sekelilingnya.
Ternyata makna yang terkandung di dalam monumen Pembebasan Irian Barat sangat filosofis sekali, kan? Maka dari itu monumen ini penting sekali bagi negara Indonesia.
Lokasi Monumen
Jika Anak Nusantara ingin berkunjung ke monumen ini, dapat datang ke alamat berikut: Kawasan Lapangan Banteng, Jl. Banteng Barat, Pasar Baru, Kec. Sawah Besar, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Untuk pergi lokasi ini bisa dengan naik transportasi umum yang melewati Taman Lapangan Banteng, yaitu:
- Bus Kopaja No. 20 jurusan Senen-Lebak Bulus
- Bus Transjakarta 6H jurusan Senen-Lebak Bulus
- Bus AC 106 jurusan Senen-Cimone.
Bagi kalian yang datang dari sekitar Depok, Tangerang, atau Bogor, dapat menaiki KRL dan turun di Stasiun Juanda. Jarak dari stasiun menuju Lapangan Banteng adalah 1 KM, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek online.
Baca Juga: Gerakan Republik Maluku Selatan : Latar Belakang & Tujuannya
Nah, itu dia penjelasan mengenai monumen Pembebasan Irian Barat termasuk sejarah awal pendirian monumen, program revitalisasi beberapa tahun lalu, bentuk dan makna patung, dan lokasinya. Monumen ini juga bertujuan agar kita selalu mengingat jasa dan perjuangan para pejuang dan rakyat yang berkorban demi kemerdekaan Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Reaksi orang terhadap cerita ini.
Postingan yang luar biasa! Kami menautkan ke konten yang sangat bagus ini di situs kami. Pertahankan tulisan yang bagus.
Saya mendapatkan website ini dari teman saya yang memberitahukan tentang website ini dan saat ini saya sedang menjelajahi website ini dan membaca artikel-artikel yang sangat informatif saat ini.