Masjid Cheng Ho merupakan salah satu bangunan bersejarah di Indonesia yang bisa dibilang unik. Mengapa demikian? Karena arsitektur dari bangunan masjid tersebut merupakan salah satu contoh bentuk akulturasi budaya antara Islam dan Tionghoa sehingga bangunan masjid tersebut terlihat mirip seperti klenteng.
Terdapat banyak Masjid Cheng Ho yang tersebar di kota Palembang, Pasuruan, Malang, Semarang, Batam hingga Surabaya. Kali ini, Munus akan berbagi informasi mengenai Masjid Cheng Ho Surabaya. Bagi anak nusantara yang ingin menghabiskan waktu liburan di kota pahlawan atau ingin melakukan tur wisata religi, tak ada salahnya untuk mampir ke tempat untuk melihat keunikan bangunannya, mengenal sejarah lengkap dan melakukan ibadah (bagi umat Islam).
Sejarah Masjid Cheng Ho
Daftar Isi
Masjid Cheng Ho Surabaya merupakan Masjid Cheng Ho pertama yang didirikan di Indonesia. Tepatnya, pembangunan dimulai pada tahun 2001 atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia di Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.
Pada Tanggal 13 Oktober 2002 proses pembangunan masjid selesai. Kemudian pada tanggal 28 Mei 2003, masjid ini diresmikan oleh Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, Menteri Agama Republik Indonesia pada saat itu.
Masjid ini memiliki konsep perpaduan antara dua kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia yaitu Islam dan Tionghoa. Tempat ini menjadi simbol perdamaian umat beragama di Indonesia. Arsitektur masjid dibuat mirip seperti klenteng sebagai wujud penghormatan terhadap sosok Laksamana Cheng Ho berasal dari Tiongkok, seorang muslim yang taat akan ibadah dan telah membawa misi perdamaian dalam menyebarkan agama Islam.
Asal – Usul Nama Masjid Cheng Ho
Pembangunan tempat ini merupakan bentuk penghormatan pada Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana berkebangsaan Tionghoa yang diberi kepercayaan oleh kaisar China memimpin armada laut Tiongkok untuk berlayar mengarungi samudera luas ke negeri luar untuk memperkuat pengaruh kekaisaran dalam aspek perdagangan dan persahabatan antar negara. yang memilih Islam sebagai agamanya.
Laksamana Cheng Ho merupakan seorang muslim yang taat beribadah dan merupakan seorang bahariwan terbesar dalam sejarah bangsa Tiongkok. Beliau memulai perjalanan lautnya pada tahun 1405 menuju semenanjung Malaka dan sempat mendarat di negeri Champa (Thailand), Sriwijaya (Palembang), Samudera Pasai (Aceh), serta tanah Jawa dan sempat bertemu sang Raja Majapahit saat itu, Sri Wikramawardana.
Untuk mengenang sang Laksamana sebagai bahariwan yang termasyur sekaligus utusan perdamaian terpuji, maka umat muslim dan kaum etnis Tionghoa di Surabaya membangun Masjid bernuansa Islam Tionghoa yang diberi nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini sebagai penghormatan terhadap beliau. Penghormatan ini tidak lain karena kontribusinya menyebarkan Islam di wilayah Indonesia sambil berdagang.
Baca juga: Masjid Gedhe Kauman dan Sejarah Akulturasi Jawa-Islam Nusantara
Arsitektur Bangunan
Ketika anak nusantara berkunjung ke masjid ini, anda akan disambut dengan berbagai ornamen dari seni kaligrafi dan aksara China yang menghiasi bagian langit-langit. Setiap sudut bangunan masjid ini memiliki makna filosofi seperti atap masjid berbentuk persegi delapan yang menyerupai sarang laba-laba. Adanya unsur delapan yang dipercaya sebagai angka keberuntungan karena tidak memiliki sudut mati. Sedangkan, sarang laba-laba merupakan hewan yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari kejaran kaum Quraish.
Di sudut dinding utara, nampak relief sang laksamana dengan miniatur kapalnya yang memiliki arti bahwa Laksamana Cheng Ho ialah sosok pelaut muslim dari China dan utusan perdamaian. Anak tangga di pintu kanan dan kiri masjid memiliki 5 dan 6 yang mana menyimbolkan rukun Islam dan rukun iman. Pintu masjid tidak memiliki daun pintu yang melambangkan bahwa masjid ini terbuka bagi siapa saja.
Arsitektur masjid didominasi warna merah, kuning, hijau dan biru. Dalam kebudayaan Tionghoa, keempat warna tersebut adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan dan kemakmuran. Hal tersebut langsung menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan yang sedang melewati wilayah ini.
Pada dasarnya, pembangunan masjid terinspirasi dari Masjid Niu Jie di Beijing dengan ornamen bangunannya kental nuansa Tiongkok lama. Dipadukan dengan pintu utama masjid yang bernuansa Timur Tengah, dan temboknya bernuansa Jawa. Terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda.
Alamat dan Lokasinya
Apabila ingin pergi ke tempat ini, anak nusantara tidak perlu khawatir dan bingung karena letaknya berada di pusat Kota Surabaya, tepatnya di Jalan Gading No. 2, Ketabang, Genteng, atau sekitar 1.000 meter sebelah utara Gedung Balaikota Surabaya. Hal tersebut memudahkan akses para wisatawan atau jamaah muslim untuk menuju ke masjid tersebut.
Untuk menuju ke lokasi, rute yang dapat ditempuh adalah melalui Jalan Kusuma Bangsa – arah Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Masjid ini terletak di lingkup gedung serba guna, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Surabaya Jawa Timur.
Wisata Religi Menarik Lainnya di Surabaya.
Selain masjid ini, Surabaya masih banyak menyimpan destinasi wisata religi lainnya. Dua diantaranya adalah Makan Sunan Ampel dan Masjid Nasional Al – Akbar Surabaya.
Makam Sunan Ampel berada sekitar 500 meter dari kawasan Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur. Sunan Ampel yang memiliki nama kecil Raden Rahmat merupakan satu dari sembilan wali yang berjasa menyebarkan agama Islam di Surabaya.
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. Setiap harinya tidak sedikit peziarah yang datang dan berdoa di makam Sunan Ampel yang berada tepat di sebelah barat Masjid Agung Sunan Ampel ini.
Selain itu, Masjid Al – Akbar Surabaya atau yang lebih dikenal dengan masjid agung merupakan masjid kedua terbesar setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Masjid Al-Akbar juga menjadi salah satu tujuan utama peziarah yang unik di Surabaya. Dibangun di atas lahan seluas 11,2 hektar, masjid ini memiliki kapasitas 36 ribu jamaah.
Keunikan dari masjid Al-Akbar terletak pada corak ukiran dan kaligrafi. Kubahnya berwarna biru yang dikelilingi 4 kubah lainnya berukuran lebih kecil, serta menara yang tingginya mencapai 99 meter. Masjid Al-Akbar dibangun pada tanggal 4 Agustus 1995 dan diresmikan pada 10 November 2000.
Baca juga: 25 Kerajaan Islam di Indonesia, Pembahasan Lengkap Disini
Tidak ada komentar