Satu bulan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 19 September 1945, Presiden Ir. Soekarno menyampaikan pidato singkat dan rapat raksasa di hadapan ratusan ribu orang di Lapangan Ikada, Jakarta. Lalu bagaimanakah sejarah lapangan Ikada dan sejarah terjadinya rapat raksasa tersebut? Kali ini Munus akan menjawab pertanyaan tersebut. Simak penjelasan dibawah ini.
Tentang Lapangan Ikada
Daftar Isi
Lapangan Ikada adalah lapangan di bagian pojok timur Lapangan Merdeka yang dulunya disebut sebagai Medan Merdeka. Lapangan ini sebelumnya sudah dikenal sebagai Lapangan Gambir yang menjadi pusat kegiatan olahraga. Penamaan lapangan ini muncul pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942. Ikada sendiri memiliki singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta.
Sebelum masa pendudukan Jepang, lapangan tersebut dinamakan dinamakan Champ de Mars oleh Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1818. Penamaan itu dipilih karena bertepatan dengan berhasilnya Belanda oleh Napoleon Bonaparte. Ketika bangsa Belanda berhasil merebut kembali negaranya dari Prancis, namanya diubah menjadi Koningsplein yang memiliki arti sebagai lapangan raja. Sementara rakyat pribumi lebih senang dengan menyebut sebagai Lapangan Gambir, yang kini diabadikan untuk nama stasiun kereta api.
Lapangan ini didesain oleh pionir arsitek modern Indonesia yang bernama Liem Bwan Tjie dan telah diresmikan pada tahun 1951. Lalu pada tahun 1962 lapangan ini ditutup dan dirobohkan pada tahun 1963 untuk ditempati Monumen Nasional Indonesia (Monas).
Di sekitar lapangan terdapat beberapa lapangan milik klub sepak bola pada era 1940-an dan 1950-an seperti Hercules, VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) dan BVC. Klub tersebut merupakan klub sepak bola papan atas kompetisi BVO (Batavia Voetbal Organisatie) pada masa itu. Setelah kemerdekaan Indonesia, klub sepak bola tersebut digantikan oleh Persija Jakarta. Selain terdapat lapangan sepak bola, ada juga lapangan hoki dan lapangan pacuan kuda untuk para militer kavaleri.
Lapangan Ikada merupakan tempat berlatih para atlet dan tempat melakukan pertandingan PSSI sebelum Stadion Gelora Bung Karno selesai dibangun untuk menyambut Asian Games IV tahun 1962. Pada tahun 1952 di acara Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-2 dibangunlah Stadion Ikada di sebelah selatan lapangan.
Peristiwa Besar di Lapangan Ikada: Rapat Raksasa
Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada tanggal 19 September tahun 1945. Tujuan dari dilaksanakannya rapat raksasa di lapangan ini untuk memperingati 1 bulan setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Presiden Soekarno pada saat ini menyampaikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat yang hadir dan lapangan ini dipilih karena mampu menampung banyak orang. Di berbagai tempat, para pemuda Komite van Aksi menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekadnya dalam memperingati kemerdekaan Indonesia.
Pada awalnya rapat raksasa telah direncanakan pada tanggal 17 September 1945, tepat satu bulan setelah proklamasi. Akan tetapi saat para mahasiswa dan pemuda meminta Soekarno agar hadir dan berpidato dalam rapat raksasa tersebut, Soekarno menolak ajakan tersebut karena tentara Jepang masih utuh dan memegang senjata.
Penolakan Soekarno tidak menggoyahkan tekad para pemuda dan mahasiswa untuk tetap menggelar rapat raksasa dan mengganti jadwalnya menjadi tanggal 19 September 1945. Setelah itu kabar diadakannya rapat raksasa semakin beredar luas. Selain beredar di Jakarta kabar tersebut juga sampai ke masyarakat di Banten, Tangerang, Bekasi, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Cirebon.
Pada tanggal 19 September 1945 rakyat mulai membanjiri Lapangan Ikada. Banyaknya tank militer dan tentara Jepang tidak membuat rakyat gentar. Akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan untuk tetap melangsungkan rapat raksasa. Pada saat Soekarno menaiki mimbar, seluruh isi Lapangan Ikada bergemuruh. Sekitar 200 ribu rakyat rakyat menyambut kedatangannya dengan teriakan ‘Merdeka!’.
Soekarno menyambut teriakan massa dengan salam Nasional ‘Merdeka!’. Kemudian beliau melangsungkan pidato singkat selama lima menit yang berisi ujaran agar rakyat mempercayai pemerintah. Walaupun rakyat sedikit kecewa karena Soekarno hanya berpidato singkat, mereka tunduk pada perintahnya. Mereka membubarkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing ketika hari menjelang gelap dan tak muncul insiden yang dikhawatirkan.
Tokoh-Tokoh dalam Rapat Raksasa Lapangan Ikada
Komite van Aksi adalah komunitas para pemuda dan mahasiswa yang berperan besar dalam peristiwa lapangan Ikada sebagai perencananya. Komunitas tersebut memuat banyak tokoh yang berhasil menggerakkan rakyat dan mendesak pemerintah untuk bersedia hadir dalam rapat raksasa. Adapun sub organisasi Komite van Aksi dan beberapa anggotanya adalah:
- Angkatan Pemuda Indonesia (API)
- Barisan Rakyat (BARA) dan Barisan Buruh Tani (BBT) yang beranggotakan Sukarni (ketua), Chaerul Saleh (wakil ketua), AM. Selain itu Hanafi (sekretaris umum), Adam Malik, Wikana, Pandu Kartawiguna, Maruto Nitimihardjo, Kusnaeni, Darwis, Djohar Noor, dan Armunanto sebagai anggota.
Dalam peristiwa lapangan Ikada, ada beberapa nama yang sangat berjasa tetapi luput dari catatan sejarah seperti Tan Malaka dan Moeffreni. Tan Malaka adalah orang yang pertama kali menggagas rapat besar ini, ia dijadikan panutan dan dipuja oleh para pemimpin pemuda di Jakarta. Keterlibatannya baru diungkap saat masa reformasi karena ia adalah seorang tokoh kontroversial pada masa pemerintahan Soekarno-Hatta.
Sedangkan Moeffreni adalah seorang pemuda kelahiran Rangkasbitung. Ia adalah eks anggota Seinen Dojo atau Barisan Pemuda Tangerang, dan alumni dari pendidikan perwira PETA Bogor. Moeffreni adalah pengawal Soekarno selama peristiwa lapangan Ikada diselenggarakan. Ia menjadi tameng hidup sejak Bung Karno keluar dari mobil, berjalan ke podium hingga kembali lagi ke mobil, berpakaian sipil, dan senjata yang siap digunakan jika tentara Jepang berulah.
Demikian pembahasan Lapangan Ikada dan peristiwa rapat raksasa. Rapat tersebut telah berhasil meningkatkan kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa sendiri untuk mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa rapat raksasa di lapangan Ikada juga turut mengobarkan semangat juang rakyat untuk terus mempertahankan kemerdekaan. Semoga penjelasan Munus bisa memberi manfaat untuk kalian.
Tidak ada komentar