1. Kerajaan
  2. Kerajaan di Indonesia

25 Kerajaan Islam di Indonesia dan Pembahasan Lengkapnya

1. Kerajaan Samudera Pasai

Daftar Isi

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Dibangun oleh Meurah Silu pada sekitar tahun 1297 M diatas dua wilayah yaitu Samudera dan Pasai. Letak kerajaan ini sangat strategis yaitu berada di wilayah pesisir pantai utara Sumatra, Lhokseumawe, Aceh Utara.

Pendiri Kerajaan Samudera Pasai

Raja pertama kerajaan ini adalah Meurah Silu yang mendapatkan gelar Sultan Malik Al Saleh. Kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik Al – Saleh, Sultan Muhammad Az – Zahir, Sultan Mahmud Malik Az Zahir, Sultan Zain Al Abidin Malik Az – Zahir dan Sultanah Nahrasiyah.

Jika Anak Nusantara ingin tau lengkap silsilah nama raja-raja Kerajaan Samudra Pasai, yuk lihat poster.

Silsilah kerajaan samudra pasai, nama nama raja kerajaan samudra pasai
Silsilah Kerajaan Samudra Pasai, infografis oleh Museum Nusantara

Masa Kejayaan Samudera Pasai

Pada masa jayanya, Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan. Letaknya yang sangat strategis membuat banyak saudagar dari negara Arab, China, Gujarat, dan Persia datang ke wilayah Kerajaan Samudera Pasai untuk melakukan perdagangan, khususnya rempah – rempah. 

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai mengeluarkan uang dirham yang digunakan sebagai alat pertukaran dan perdagangan di wilayah kekuasaannya. Kesultanan Samudra Pasai juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Samudra Pasai: Kejayaan hingga Keruntuhan

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai

Penyebab runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai berada pada masa kepemimpinan sultan Zain Al – Abidin. Pada tahun 1521 M bangsa Portugis menyerang kerajaan ini. Alasan mengapa bangsa Portugis menyerang kerajaan ini adalah karena mereka merasa iri melihat perkembangan dari Kerajaan Islam pertama ini yang menjadi pusat perdagangan internasional dan penyebaran agama islam pada saat itu. Karena kurangnya armada perang akhirnya Samudera Pasai jatuh ke tangan Portugis.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Kita dapat melihat bukti kejayaan dari Kerajaan Islam pertama di Indonesia ini dari peninggalan sejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan tersebut. Peninggalan tersebut berupa alat pertukaran dalam perdagangan Uang Dirham, Makam Sultan Malik Al-Saleh, Makam Sultanah Nahrasiyah, Naskah Surat Sultan Zainal Abidin, Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir, Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah, Lonceng Cakra Donya, Makam Teungku Peuet Ploh Peuet, Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah), Stempel Kerajaan Samudra Pasai.

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai, infografis oleh Museum Nusantara

2. Kerajaan Mataram Islam

Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam merupakan sebuah Kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Jawa pada abad ke-16. Pusat pemerintahan Kerajaan Matarama Islam terletak di Kotagede Yogyakarta. Pemimpin dari kerajaan ini mengaku berasal dari keturunan kerajaan Majapahit yaitu dari Keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.

Letak Kerajaan Mataram Islam 

Kerajaan Mataram Islam berasal dari kadipaten yang berada di wilayah kesultanan Pajang yang berpusat di Bumi Mentaok. Kemudian wilayah ini diberikan sebagai hadiah atas jasanya yang mengusir Aria Penangsang pada Ki Ageng Pemanahan. Raja pertama kerajaan ini adalah Sutawijaya ( Penembahan Senapati) putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam 

Kerajaan Islam Mataram mengalami masa kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Sultan Agung berhasil melakukan ekspansi dan menguasai hampir seluruh wilayah di tanah Jawa. Ia juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan bekerja sama bersama Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Kerajaan Mataram Islam atau yang disebut dalam Bahasa Jawa Nagari Kasultanan Mataram menerapkan kerajaan berbasis pertanian dengan berasaskan ajaran Islam.

wilayah peta kerajaan mataram Islam, letak kerajaan mataram islam
Peta Letak Kerajaan Mataram Islam, ilustrasi oleh Museum Nusantara

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam

Kalahnya Sultan Agung dalam misinya merebut Batavia dan seluruh Jawa dari Belanda merupakan awal masa kemunduran Kerajaan Islam ini. pada masa itu perekonomian masyarakat kerajaan tidak terurus karena fokus untuk mengerahkan masa dalam peperangan.

permusuhan antara Sailendra dan Jawa yang tak kunjung usai juga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam. akhirnya pertempuran antara Mpu Sindok dan pasukan Sriwijaya tak dapat dibendung. pertempuran dimenangkan oleh Mpu Sindok.

Peninggalan Kerajaan Mataram Islam 

Kerajaan Mataram Islam memiliki berbagai macam peninggalan yang membuktikan bahwa kerajaan tersebut pernah ada di Indonesia. Peninggalan tersebut berupa Sastra Ghending karya dari Sultan Agung, Tahun Saka, Aksara Jawa, Kerajan Perak, Kalang Obong, Kue Kipu, Bangsal Duda, Rumah Kalang, Makam dari Raja–Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri dan masih banyak peninggalan–peninggalan lainnya.

3. Kerajaan Demak

Sejarah Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa.  Menjadi kerajaan besar, membuat kerajaan ini memiliki peranan besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Penyebaran agama islam di pulau jawa yang di prakarsai oleh sembilan orang wali yang dikenal dengan  sebutan Wali Songo.

Pendiri Kerajaan Demak

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah yang mendapat dukungan dari Wali Songo. Kerajaan ini terletak di wilayah pesisir utara pulau jawa. Raja pertama Demak adalah Raden Patah yang mendapatkan Gelar Senapati Jumbang Ngabdurrahman Panembahan Sayidin Palembang Panatagama. Nama Palembang dalam gelarnya tersebut diambil dari nama kota kelahiran Raden Patah yaitu Palembang.

Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Masa kejayaan kerajaan ini berada di bawah pemerintahan sultan Trenggana. Belaiu berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya ke berbagai daerah di nusantara. Mengelola perekonomian kerajaan dengan baik. Dan penduduk di wilayah ini memiliki kehidupan sosial budaya yang baik dan Harmonis.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak

Penyebab Runtuhnya kerajaan Demak dimulai dari ada peperangan dan konflik yang diakibatkan dari adanya perebutan kekuasaan diantara keluarga kerajaan. Sepeninggalan Sultan Trenggana, pemerintahan kerajaan ini mengalami kemunduran muncul pemberontakan – pemberontakan dari daerah – daerah kekuasaan Demak.

Akhirnya Demak jatuh ke tangan Joko Tingkir. Kemudian Joko Tingkir memindahkan kekuasaan ke Pajang. Hal ini menandai bahwa kekuasaan Demak telah berakhir. Begitulah cerita  penyebab runtuhnya Kerajaan Demak.

Peninggalan Kerajaan Demak

Berikut ini adalah barang – barang peninggalan kesultanan Demak yaitu Masjid Agung Demak, Pintu Bledek, Soko Tatal dan Soko Guru, Bedug dan Kentongan, Situs Kolam Wudlu, Maksurah Maksurah, Dampar Kencana, Piring Campa.

4. Kerajaan Perlak / Kesultanan Perlak

Sejarah Kerajaan Perlak

Banyak sumber mengatakan bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia bukanlah kerajaan Samudera Pasai melainkan Kerajaan Perlak. Kerajaan ini berdiri di wilayah Aceh Timur sekitar tahun 880 – 1292 M. lebih dulu eksis jika dibandingkan dengan Kerajaan Samudera Pasai.  Nama Peurlak berasal dari nama wilayah yang menjadi tempat produksi kayu Perlak. kayu ini merupakan jenis kayu yang sangat cocok digunakan untuk pembuatan kapal. 

Nama Raja dan Masa Kejayaan Kerajaan Perlak

Tak heran jika wilayah tersebut ramai dikunjungi oleh kapal – kapal dari negara Arab dan Persia. Hal ini berdampak pada perkembangan komunitas Islam di wilayah ini hingga adanya pernikahan campuran antara pedagang Muslim dengan penduduk asli di wilayah Perlak.

Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah merupakan raja pertama kerajaan ini, namun masa pemerintahannya tak banyak diketahui. kerajaan perlak berada di masa kejayaan ketika dipimpin oleh Pangeran Salman beliau merupakan seorang pangeran yang memiliki darah Kisra Persia.

Beliau menikahnya putrinya dengan Muhammad Ja’far Sodiq seorang pendakwah asal Arab. Raja terakhir kerajaan ini bernama Muhammad Amir Syah. beliau menikahkan putrinya dengan Malik Shaleh pendiri kerajaan Samudera Pasai.

Peninggalan Kerajaan Perlak

Kerajaan ini meninggalkan beberapa bukti berupa mata uang kerjaan perlak, makam raja, Kitab Idharul Haq, Stempel Kerajaan dan Masjid Kerajaan Perlak. Peninggalan ini menjadi bukti bahwa kerajaan ini pernah berdiri di Indonesia.

5. Kesultanan Malaka

Sejarah Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan islam yang memiliki unsur budaya melayu yang berdiri di tanah Malaka. Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara yang berasal dari Sriwijaya pada tahun 1405 M. Prameswara dan para pengikutnya lari dari kerajaannya yang runtuh akibat serangan kerajaan Majapahit dan menetap di wilayah Malaka. Wilayah yang ia tempati merupakan sebuah kampung yang penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan nelayan.

Pendiri Kerajaan Malaka

raja pertama kerajaan ini adalah Parameswara yang mengubah namanya menjadi Iskandar Syah setelah masuk Islam.pada masa itu Iskandar Syah sudah menjalin hubungan baik dengan China.

Letak Kerajaan Malaka dan Masa Kejayaannya

secara geografis letak dari Kerajaan Malaka sangatlah strategis, yaitu berada di wilayah Selat Malaka (Smenanjung Malaya). Wilayah tersebut merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. tak heran jika pada masa kejayaannya, Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan Asia dan penyebaran islam di wilayah Asia Tenggara. tak hanya itu, Malaka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan mengislamkan kerajaan – kerajaan kecil yang ada di Sumatera.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Malaka

Masa kemunduran Kesultanan Malaka mulai terlihat ketika pengganti Sultan Alauddin Riyat Syah usianya masih sangat kecil untuk memimpin suatu kerajaan. beliau adalah Sultan Mahmud Syah. Hal ini berdampak bagi tata negara kerajaan yang menjadi buruk. Sultan Mahmud Syah menjadi sultan terakhir kesultanan Malaka sebelum akhirnya Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis.

Peninggalan Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka meninggalkan bukti masa kejayaannya berupa Masjid Agung Deli, Masjid Raya Baitulrahman Aceh, Masjid Johor, Benteng A’Farmosa yang menjadi bukti bahwa Malaka ditahlukkan oleh Bangsa Portugis. peninggalan ini masih dapat Anak nusantara lihat jika kalian berkunjung ke Aceh.

6. Kerajaan Banten

Sejarah Kerajaan Banten

Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam yang berada di Provinsi Banten. Awalnya kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak, karena letaknya berada di kawasan Tatar Pasundan. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1526  M di daerah Pasundan tepatnya di provinsi Banten Indonesia. Sultan Maulana Hasanudin merupakan sultan pertama yang memimpin Kerajaan Banten, yang sayangnya sekaligus menjadi sultan terakhir akibat Kolonial Inggris memaksa Kerajaan Banten untuk dibubarkan.

Masa Kejayaan dan Raja yang memerintah kerajaan Banten

Wilayah kekuasaan kerajaan ini membentang dari bagian barat pantai Jawa hingga ke Lampung. Selain itu, Banten menjadi pusat perdagangan dan memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Setelah Hasanuddin wafat kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Yusuf. Masa kejayaan Kesultanan Banten terjadi saat kepemimpinan Sultan Agung Tirtayasa. Sultan Agung Tirtayasa sangat terkenal pada zamannya.

Penyebab Runtuhnya Kesultanan Banten

Penyebab runtuhnya Kesultanan Banten salah satunya disebabkan oleh perang saudara yang melibatkan Sultan Haji (putra Sultan Agung Tirtayasa) yang berusaha merebut kekuasaan dari tangan ayahnya sendiri. Perang tersebut berdampak pada bubarnya Kesultanan Banten pada tahun 1813. Dari kejadian tersebut akhirnya berimbas pada pembubaran Kesultanan Banten pada tahun 1813 oleh pemerintah Inggris yang sedang berkuasa di Indonesia.

Peninggalan Kerajaan Banten

Beberapa peninggalan kerajaan Banten yang masih bisa anak nusantara lihat dan kunjungi adalah Masjid Agung Banten, Istana Keraton Kaibon, Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Danau Tasikardi, Vihara Avalokitesvara dan Meriam Ki Amuk.

7. Kerajaan Cirebon

Sejarah Kerajaan Cirebon

Berdiri pada sekitar abad 15 – 16 M, Kerajaan Cirebon menjadi Kesultanan Islam yang cukup besar di wilayah Jawa Barat. Pada awalnya wilayah kerajaan ini merupakan dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa dan berkembang menjadi sebuah desa bernama Caruban.

Sebagian besar penduduk wilayah ini bekerja sebagai nelayan, pembuat garam, terasi dan petis. Bekas pembuatan terasi menghasilkan Cai (air) dan rebon (udang rebon), maka wilayah tersebut diberi nama menjadi Cirebon. Begitulah asal – usul nama kota tersebut yang dikenal sampai saat ini.

Raja-raja Kerajaan Cirebon

Kesultanan ini  pertama kali di didirikan pada tahun 1430 oleh cucu dari Ki Gedeng Tapa yaitu, Walangsungsang. Walangsungsang juga menjadi raja pertama Kerajaan Cirebon dengan gelar Pangeran Cakrabuana. Masa pemerintahannya dari tahun 1430 M sampai 1479 M.

Selanjutnya pemerintahannya diteruskan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1479 M. Sultan Abdul Karim menjadi penguasa terakhir kerajaan ini. Pasalnya setelah masa pemerintahannya, kerajaan cirebon terpecah menjadi 2 bagian yaitu Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman.

Peninggalan Kerajaan Cirebon

Berikut ini adalah beberapa peninggalan kesultanan Cirebon yang masih bisa kita lihat sampai sekarang, yaitu Istana Kasepuhan Cirebon, Kereta Singa Barong Kasepuhan, Istana Kacirebon, Istana Kanoman, Istana Keprabon, Makam Sunan Gunung Jati, Patung Macan Putih.

8. Kerajaan Gowa/Kesultanan Gowa

Sejarah Kerajaan Gowa

Kesultanan Gowa menjadi salah satu kerajaan terbesar dan sukses yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Awalnya kerajaan ini terdiri dari 2 kerajaan yang berbeda yaitu Kerajaan Gowa dan Tallo. Dua kerajaan ini selalu bersaing dan tak pernah akur meskipun mereka berkerabat. Namun akhirnya kerajaan Tallo mengalami kekalahan dan wilayahnya diambil alih oleh kerajaan Gowa.

Raja – raja Kerajaan Gowa

Sultan pertama kerajaan ini adalah Tunipalangga. Sebagai raja pertama, Tunipalangga memiliki banyak pencapaian pada masa pemerintahannya seperti bertambah luasnya wilayah kekuasaan, menetapkan sistem resmi ukuran berat dan pengkuran dan perdagangan, pembuatan peuru dari campuran emas dan logam lainnya, dan pada masa pemerintahannya, beliau juga memasang meriam yang diletakkan di benteng – benteng besar.

Pada tahun 1605 M, Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabia masuk islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin. Lalu pada tahun 1607 M menjadikan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 1607 M.

Masa Kejayaan  dan Runtuhnya Kerajaan Gowa

Puncak kejayaan kerajaan Gowa berada di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin yang merupakan cucu dari Sultan Alauddin. Beliau berhasil menguasai jalur perdagangan uyama di Nusanara bagian timur. Sultan Hasanuddin juga melakukan perlawan terhadap VOC yang saat itu melakukan monopoli perdagangan rempah – rempah di kepulauan Maluku. Namun akhirnya beliau kalah setelah 7 tahun berperang.

Peninggalan Kerajaan Gowa

Peninggalan kerajaan Gowa adalah Benteng Ford Rotterdam, Batu Pelantikan, Masjid Katangka, Masjid Jongaya (Babul Firdaus), Kompleks Makam Katangka, Masjid Jami ‘Nurul Mu’minin, Istana Balla Lompoa, Benteng Somba Opu. Peninggalan tersebut menjadi salah satu peninggalan yang harus dilestarikan.

9. Kerajaan Ternate

Sejarah Kerajaan Ternate

Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Sultan Marhum. Keberadaan Kerajaan ini adalah di Maluku Utara. Di Maluku sendiri terdapat 4 Kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Kerajaan Ternate dan Tidore terkenal memiliki hasil bumi yang melimpah seperti rempah – rempah, hal ini membuat kedua kerajaan ini berkembang lebih cepat.

Raja – Raja Kerajaan Ternate

Wilayah kerajaan ini menjadi pusat para saudagar dalam melakukan kegiatan perdagangan. Selain itu, mereka juga menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Ternate. Raja yang pernah memimpin kerajaan ini adalah Sultan Mahrum, Sultan Harun dan Sultan Baabullah.

Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Masa kejayaan kerajaan Ternate kala dipimpin oleh Sultan Baabullah. Pada tahun 1583 M, sepeninggalan Sultan Baabullah, putranya Sahid Barkat naik tahta menggantikannya. Pemimpin terakhir kesultanan ini adalah Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1902 – 1915). Namun akhirnya kerajaan ternate runtuh karena tak mampu melawan Spanyol dan VOC.

Peninggalan Kerajaan Ternate

Berikut ini adalah peninggalan kerajaan ternate yang bisa menjadi referensi keberadaan kerajaan ini, yaitu Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate, Benteng Tolukko, Makam Sultan Baabullah

10. Kerajaan Tidore

Sejarah Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore berdiri pada tahun 1801 yang dipimpin oleh raja Muhammad Naqil. Kerajaan Islam Tidore berada di sebelah selatan Kerajaan Ternate. Penduduk yang berapa di wilayah ini beragama Islam dan menjadi agama resmi kerajaan ini yang disahkan oleh Sultan Djamalludin yang saat itu menjadi raja Tidore ke-11.

Kerajaan ini terkenal di kalangan kerajaan yang ada di nusantara karena rempah – rempah yang melimpah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan komoditas hasil bumi antar negara. Bangsa yang sering melakukan  transaksi perdagangan adalah Spanyol, Portugis, dan Belanda.

Masa Kejayaan Kerajaan Tidore

Kerajaan Islam Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku diangkat menjadi raja dan mendapatkan gelar Sri Maha Tuan Sultan Amiruddin Syaifuffin Syah Kaicil Paparangan. Atas segala pengorbanan dan perjuangannya, Pemerintah RI menetapkan Sultan Nuku sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 071/TK/1995 tanggal 7 Agustus 1995.

Peninggalan Kerajaan Tidore

Kerajaan ini meninggalkan bangunan – bangunan bersejarah yang menjadi saksi kejayaannya pada kala itu. Berikut ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Tidore, yaitu Benteng Tore dan Tahula dan Kadato Kie (Istana Kie)

11. Kerajaan Pajang

Sejarah Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah dengan kepercayaan bahwa kerajaan tersebut merupakan kerajaan lanjutan dari Kerajaan Demak. Berdiri pertama kali pada tahun 1568, wilayah Kerajaan Pajang hanya sebagian Jawa Tengah. Dipercaya bahwa sebelum menjadi Kerajaan Pajang, kerajaan ini berupa negeri Pengging yang dipimpin oleh Prabu Anglingdriya. 

Raja – Raja Kerajaan Pajang

Raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Berkat usaha beliau mengabdi untuk kerajaannya, Kerajaan Pajang diakui kedaulatannya sebagai kadipaten di Jawa Timur ketika Hadiwijaya bertemu dengan para adipati lainnya. Selain itu Sultan Hadiwijaya berperan dalam pindahnya kekuasaan Demak ke tangan Kerajaan Pajang.

Selama menjadi raja, Hadiwijaya juga menghadapi beberapa perang. Nahasnya, Hadiwijaya harus menghembuskan nafas terakhirnya pada 1583 setelah jatuh sakit diakibatkan peperangan. Sehingga tahta diturunkan kepada menantunya yang bernama Arya Pangiri. Sayangnya, selama pemerintahan Arya Pangiri, pemerintahan kerajaan disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram, sehingga urusan rakyatnya terabaikan. 

Masa Kemunduran Kerajaan Pajang

Melihat hal tersebut, putra kandung Hadiwijaya bernama Pangeran Benawa berniat untuk merebut Pajang dari tangan kakak iparnya tersebut. Dibantu Sutawijaya, beliau menyerang Pajang untuk merebut kekuasaan kakak iparnya itu. Hasil peperangan dimenangkan oleh Pangeran Benawa dan Arya Pangiri harus kalah dan dikembalikan ke Demak.

Pangeran Benawa menjadi raja ketiga Kerajaan Pajang pada tahun 1582. Namun tanpa alasan tertentu, kerajaan di bawah pimpinan Pangeran Benawa harus berakhir pada tahun 1587 tanpa adanya penerus tahta. Sehingga Pajang menjadi negeri bawahan Mataram.

Peninggalan Kerajaan Pajang  

Beberapa peninggalan Kerajaan Pajang yang bisa Anak Nusantara lihat adalah Bandar Kabanaran, Pasar Laweyan yang merupakan sebuah kecamatan di barat Kota Surakarta, Masjid Laweyan, Batik Laweyan, kompleks makam bangsawan Pajang, dan makam Joko Tingkir.

12. Kerajaan Aceh Darussalam 

Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh Darussalam berdiri pada saat menjelang keruntuhan dari kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1496 M. Sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Nama lain dari kerajaan ini adalah kerajaan aceh atau Kesultanan Aceh Darussalam. Kerajaan ini terletak di wilayah Aceh.

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam

Kesultanan ini mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Beliau memberikan terobosan baru untuk kerajaan di bidang tata kelola wilayah. Sultan Iskandar Muda menyusun tata negara yang menjadi pedoman penyelenggaraan aturan di Kerajaan Aceh Darussalam.  Kesultanan ini berhasil merebut pelabuhan penting yang digunakan untuk kegiatan perdagangan. Disamping itu, Kerajaan Aceh menjalin hubungan diplomatik dengan Inggris dan Belanda untuk melawan Portugis.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam

Masa kemunduran kerajaan Aceh dimulai sejak meninggalnya Sultan Iskandar Thani. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengganti tahta kerajaan yang mampu mengatur pemerintahan di wilayah kekuasaan Aceh yang begitu luas. Selain itu juga terjadi pertikaian antara para ulama dan bangsawan yang memiliki perbedaan aliran keagaman. Akhirnya pada awal abad 20 kesultanan Aceh runtuh dan kekuasaannya diambil alih oleh Belanda.

Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam

Meski begitu, kalian tetap bisa melihat jejak peninggalan kerajaan Aceh dari bangunan Masjid Raya Baiturrahman, Tamam Sari Gunongan, dan Meriam bekas kerajaan tersebut.

13. Kerajaan Banjar

Sejarah Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan yang didirikan pada tahun 1520 M oleh Raden Samudera. Kerajaan Banjar menjadi kerajaan islam pertama yang ada di Kalimantan. Kerajaan ini memiliki corak akulturasi budaya dari suku Banjar, Dayak, dan Melayu. Kerajaan ini terbentang luas dari Tanjung Sambar hingga ke Tanjung Aru. Pusat pemerintahannya terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan kemudian dipindah ke Martapura. 

Masa Kejayaan Kerajaan Banjar dan Raja yang memimpin

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke 17 di masa kepemimpinan Sultan Mustain Billah pada tahun 1595-1620 M, Sultan Inayatullah pada tahun 1620 M sampai 1637 M dan Sultan Saidullah tahun 1637 M sampai 1642 M. Namun, di tengah masa kejayaannya Belanda datang menimbulkan kekacauan yang membuat Ibu kota kembali dipindahkan ke Amuntai.

Penyebab Runtuhnya  Kesultanan Banjar

Kedatangan Belanda ini menjadi penyebab keruntuhan kesultanan Banjar. Pasalnya Belanda ikut campur dalam proses perekonomian membuat kehidupan kerajaan menjadi terpecah. Terjadi lah perlawanan dari kerajaan dan juga rakyat melawan belanda, peperangan ini dikenal dengan nama Perang Banjar. Namun belanda berhasil mengambil alih Banjar. 

Peninggalan Kerajaan Banjar

Terdapat beberapa peninggalan sejarah kerajaan banjar yang menjadi bukti bahwa kerajaan ini pernah berada pada masa kejayaannya. Peninggalan itu masih bisa anak nusantara lihat loh. Jika kalian berkunjung ke kota Banjarmasin tak ada salahnya untuk melihatnya. Peninggalan tersebut berupa Masjid Sultan Suriansyah, Candi Agung Amuntai, Makam Kesultanan Banjar, Barang- Barang Kerajaan.

14. Kerajaan Makassar/Kesultanan Makassar

Sejarah Kerajaan Makassar

Kerajaan Islam lainnya yang pernah berdiri di tanah Nusantara adalah Kerajaan Makassar. Memiliki nama lain Kesultanan Makassar, kerajaan ini berada di Sulawesi bagian selatan yang berdiri sejak abad ke-16 Masehi. Kerajaan ini awalnya terdiri dari beberapa kerajaan kecil yang saling berseteru dengan alasan masing-masing. Namun berkat Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo, wilayah bagian berseteru bisa didamaikan dan disatukan kembali menjadi Kesultanan Makassar.

Pendiri Kerajaan Makassar

Sejarah Kerajaan Makassar tidak terlepas dari upaya Datok Ribandang dari Minangkabau dalam penyebaran agama Islam di Makassar. Hal ini dikarenakan pada awalnya hasil penyebaran Islam disana tidaklah signifikan. Terlihat pula dari usaha Sultan Baabullah dari Ternate untuk mengislamkan pemimpin Gowa-Tallo. Karena pada saat itu pemimpin Gowa-Tallo punya pengaruh besar di wilayah Sulawesi.

Raja-raja Kerajaan Makassar

Kesultanan Makassar pernah dipimpin oleh raja-raja yang tersohor ke seluruh penjuru Nusantara. Pertama adalah Sultan Alauddin yang menjadi raja Kerajaan Makassar pada periode tahun 1591 – 1639. Beliau merupakan raja Makassar pertama yang beragama Islam. Berkat beliau, kerajaan kuat dalam bidang perdagangan serta pelayaran. Raja Kerajaan Makassar kedua adalah Sultan Muhammad Said pada periode tahun 1639 – 1653. Peran serta beliau dalam kehidupan kerajaan terlihat ketika Makassar menjadi tempat transit perdagangan terbesar saat itu serta mampu membantu Maluku dalam melawan Belanda. Raja tersohor selanjutnya adalah Sultan Hasanuddin yang merupakan raja ketiga pada periode tahun 1653 – 1669. Berkat Sultan Hasanuddin, puncak kejayaan Kerajaan Makassar dapat diraih dengan prestasi gemilang.

Masa Kejayaan Kerajaan Makassar

Semasa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Tidak hanya sebatas di Sulawesi, kerajaan tersebut berekspansi hingga ke Nusa Tenggara, tepatnya wilayah Sumba dan sebagian Flores. Sultan Hasanuddin dapat menaikkan derajat Kerajaan Makassar berkat keberanian dan semangat tanpa pamrihnya demi masyarakat kerajaannya, sehingga beliau mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Makassar

Sejarah Kerajaan Makassar tidak terlepas dari perdagangan maritim di Nusantara sekaligus wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Sehingga wilayah Makassar menjadi “pintu masuk” banyak pedagang, tak terkecuali pedagang Eropa. Sistem perdagangan yang cenderung “bebas” ini memicu konflik dengan pedagang Eropa, khususnya Belanda.

Belanda memaksa pembatasan pelayaran untuk pedagang lain serta monopoli perdagangan rempah-rempah. Makassar yang tidak tinggal diam langsung berseteru dengan Belanda yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Makassar.

Peninggalan Kerajaan Makassar

Adapun beberapa peninggalan Kerajaan Makassar yang masih bisa Anak Nusantara lihat adalah makan raja-raja Makassar, Masjid Katangka, dan Masjid Tua Al-Hilal Katangka.

15. Kerajaan Deli

Sejarah Kerajaan Deli

Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan islam di Indonesia. Kerajaan Deli juga dikenal dengan panggilan kesultanan Deli. Awalnya kerajaan ini menjadi salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Aceh Darussalam, namun pada tahun 1641 Tuanku Panglima Perunggit Menyatakan Deli sebagai kerajaan merdeka. 

Kehidupan Sosial dan Politik Kerajaan Deli

Kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan Belanda di Malaka. Untuk mencari Sekutu jika sewaktu – waktu kerajaan Aceh Darussalam menyerang. Namun kedekatan penguasa Deli dengan Belanda memicu kemarahan penduduknya yang anti kaum feodal. 

Puncaknya pada 1946, terjadi peristiwa yang dikenal dengan Revolusi Sosial. Terjadi pembunuhan dan perampasan harta para bangsawan yang ada di wilayah Sumatera Utara. Tapi kejadian ini tidak sampai ke keluarga kesultanan Deli karena mereka memiliki penjagaan yang kuat dan ketat dari tentara sekutu yang bertugas di Medan.

Peninggalan Kerajaan Deli

Istana Maimun merupakan bukti kejayaan dan kemegahan kesultanan Deli kala itu. Bangunannya yang megah menggunakan interior percampuran antara Spanyol, India dan Italia. Letaknya berada di seberang Masjid Raya Medan. Kalian bisa berkunjung kesana untuk melihat kemegahan istana tersebut.

16. Kerajaan Pajang

Sejarah Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah dengan kepercayaan bahwa kerajaan tersebut merupakan kerajaan lanjutan dari Kerajaan Demak. Berdiri pertama kali pada tahun 1568, wilayah Kerajaan Pajang hanya sebagian Jawa Tengah. Dipercaya bahwa sebelum menjadi Kerajaan Pajang, kerajaan ini berupa negeri Pengging yang dipimpin oleh Prabu Anglingdriya. 

Raja – Raja Kerajaan Pajang

Raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Berkat usaha beliau mengabdi untuk kerajaannya, Kerajaan Pajang diakui kedaulatannya sebagai kadipaten di Jawa Timur ketika Hadiwijaya bertemu dengan para adipati lainnya. Selain itu Sultan Hadiwijaya berperan dalam pindahnya kekuasaan Demak ke tangan Kerajaan Pajang.

Selama menjadi raja, Hadiwijaya juga menghadapi beberapa perang. Nahasnya, Hadiwijaya harus menghembuskan nafas terakhirnya pada 1583 setelah jatuh sakit diakibatkan peperangan. Sehingga tahta diturunkan kepada menantunya yang bernama Arya Pangiri.

Sayangnya, selama pemerintahan Arya Pangiri, pemerintahan kerajaan disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram, sehingga urusan rakyatnya terabaikan. 

Masa Kemunduran Kerajaan Pajang

Melihat hal tersebut, putra kandung Hadiwijaya bernama Pangeran Benawa berniat untuk merebut Pajang dari tangan kakak iparnya tersebut. Dibantu Sutawijaya, beliau menyerang Pajang untuk merebut kekuasaan kakak iparnya itu.

Hasil peperangan dimenangkan oleh Pangeran Benawa dan Arya Pangiri harus kalah dan dikembalikan ke Demak. Pangeran Benawa menjadi raja ketiga Kerajaan Pajang pada tahun 1582. Namun tanpa alasan tertentu, kerajaan di bawah pimpinan Pangeran Benawa harus berakhir pada tahun 1587 tanpa adanya penerus tahta. Sehingga Pajang menjadi negeri bawahan Mataram.

Peninggalan Kerajaan Pajang  

Beberapa peninggalan Kerajaan Pajang yang bisa Anak Nusantara lihat adalah Bandar Kabanaran, Pasar Laweyan yang merupakan sebuah kecamatan di barat Kota Surakarta, Masjid Laweyan, Batik Laweyan, kompleks makam bangsawan Pajang, dan makam Joko Tingkir.

17. Kerajaan Tanjung Pura

Sejarah Kerajaan Tanjung Pura

Kerajaan Tanjung Pura menjadi kerajaan tertua yang ada di Kalimantan Barat. Berdiri pada abad ke -8. Letak kerajaan ini berada di Kabupaten Kayong Utara. Pusat pemerinatahan kerajaan ini berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. 

Letak Kerajaan Tanjung Pura

Ibukota pertama terletak di Negeri Batu (saat ini dikenal sebagai Kabupaten Ketapang), kemudian pindah ke Sukadana (saat ini kota di Kabupaten Kayong Utara) pada abad ke-14 dan berubah menjadi Kerajaan Matan pada abad ke-15 semenjak Sorgi (Giri Kesuma) berkuasa dan memeluk islam.

Peninggalan Kerajaan Tanjung Pura

Salah satu peninggalan yang paling terkenal dari kerajaan ini adalah sepasang meriam Padam Pelite. Meriam ini berjumlah 2 buah yang berpasangan dan tidak dapat dipisahkan.

18. Kerajaan Aru 

Sejarah Kerajaan Aru 

Kerajaan Aru merupakan salah satu kerajaan islam yang ada di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada abad ke 13 M sampai 16 M. Letaknya berada dibagian utara pulai Andalas ( Sumatera ). Tak banyak informasi yang bisa kita gali tentang keberadaan kerajaan ini. Hal ini karena kejayaan Kerajaan Aru kurang populer jika dibandingkan dengan kerajaan lain di nusantara seperti Pasai, Majapahit, Padjajaran, Sriwijaya, Mataram dll.

Masa Kejayaan dan Kehidupan Kerajaan Aru

Pada kala itu banyak yang mengatakan bahwa pusat pemerintahan kerajaan Aru ternyata berpindah – pindah. Awalnya pusat Kerajaan Aru berada di kota Rentang (Hamparan Perak) di Kabupaten Deli Serdang. Sebelum akhirnya pusat kerajaan di pindah ke Deli Tua dari usia 14 M hingga 16 M dikarenakan adanya serangan dari Kerajaan Aceh.

Menurut Sulalatu Salatin, Kerajaan ini lebih dulu dimasuki islam daripada Kerajaan Pasai. Raja dan penduduk yang mendiami wilayah kerajaan ini memeluk agama islam. Mata pencarian penduduknya adalah perikanan, bertani, dan beternak.

Jika pergi ke hutan, mereka membawa panah untuk perlindungan diri. Perdagangan pada masa itu dilakukan barter dengan barang-barang dari pedagang asing seperti keramik, kain sutra, manik-manik dan lain-lain

Peninggalan Kerajaan Aru

Peninggalan kerajaan ini yang masih bisa dilihat adalah batu kubur (nisan) yang tersebar di situs sejarah penting tersebut. Batu kubur ini tercipta dari batu cadas jenis volcanic tuff dengan beragam ukuran ornamen dan bertulisakan aksara Arab Melayu. Artefak ini menunjukkan kemiripan yang cukup signifikan dengan apa yang ditemukan di Aceh.

19. Kerajaan Buton

Sejarah Kerajaan Buton

Kerajaan Buton merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada tahun 1332 M. Nama Buton berasal dari kata Butuni yang berarti tempat persinggahan. Letak Kerajaan Buton sangat strategis yaitu berada di ujung Tenggara Sulawesi. wilayah ini sejak dulu dijadikan jalur niaga antar pulau dan negara. Kerajaan ini didirikan atas kesepakatan antara tiga kelompok atau rombongan yang datang secara bergelombang. Gelombang pertama berasal dari kerajaan Sriwijaya, lalu Kekaisaran China dan Kelompok ketiga berasal dari kerajaan Majapahit.

Raja-raja Kerajaan Buton

Pemimpin pertama kerajaan ini adalah seorang perempuan yang memiliki gelar Ratu Wa Kaa Kaa. Selanjutnya penerus Ratu Wa Kaa Kaa adalah Ratu Bulawambona. Kerajaan Buton berubah menjadi Kesultanan pada tahun 1542 M. Hal ini bersamaan dengan dilantiknya Lakilaponto sebagai Sultan Buton yang pertama. beliau mendapatkan gelar Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis. 

Masa Kejayaan Kerajaan Buton

Setelah Raja Lakilaponto masuk Islam, kerajaan Buton semakin berkembang dan mencapai masa kejayaan pada abad ke 17 M. Sistem pemerintahan kerajaan ini sangat baik dan tertata. Mereka telah mengembangkan sistem perpajakan. Undang-undang Kerajaan Buton disebut dengan Murtabat Tujuh, suatu terma yang sangat populer dalam tasawuf. Kesultanan ini juga menjalin hubungan baik dengan seluruh Kerajaan Sulawesi, bahkan hingga ke Pulau Jawa. di bidang perdagangan, kerajaan ini telah memiliki alat pertukaran bernama Kampua. 

Ikatan kerajaan dengan agama Islam sangat erat, terutama dengan unsur-unsur sufistik. Undang-undang ini mengatur tugas, fungsi dan kedudukan perangkat kesultanan. Di masa ini juga.

Runtuhnya Kerajaan Buton

Masa kemunduran kerajaan ini diawali dengan adanya perang antara Buton dan VOC yang ingin menguasai Jalur perdagangan di wilayah Buton pada tahun 1637 M. Perang berlangsung selama setahun, namun VOC tidak berhasil mengambil alih benteng Kesultanan Buton. Peperangan masih berlanjut di tahun 1752, 1755, 1776, di bawah pimpinan Sultan La Karambau Buton berhasil mengalahkan Belanda. Tetapi tak sampai disitu, setelah terjadi perang antara Buton dan VOC muncul konflik internal di lingkungan kerajaan yang memperlemah Kesultanan Buton.

Peninggalan Kerajaan Buton

peninggalan kerajaan buton yang masih bisa kita lihat adalah benteng Kesultanan Buton yang letaknya berada di Kota Bau-Bau. terdapat juga masjid kesultanan yang bangunannya masih terawat sampai sekarang.

20. Kerajaan Indragiri

Sejarah Kerajaan Indragiri

Kerajaan Indragiri merupakan salah satu kerajaan Islam beraliran Melayu yang pernah berdiri di Pulau Sumatera, tepatnya berada di Provinsi Riau. Kerajaan yang berdiri sejak tahun 1347 ini awalnya merupakan kerajaan di bawah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung.

Penamaan kerajaan ini berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Indra yang berarti raja dan Giri yang berarti bukit atau kedudukan yang tinggi. Sehingga jika diartikan secara utuh memiliki arti “Raja Bukit”.

Jika berbicara tentang Kerajaan Indragiri, maka juga akan membahas Kerajaan Keritang. Namun tidak banyak yang bisa digali tentang Kerajaan Keritang.

Diyakini bahwa Kerajaan Keritang yang telah berdiri sejak akhir abad ke-12 merupakan cikal bakal adanya Kerajaan Indragiri yang resmi menjadi kerajaan otonom pada abad ke-15. Kerajaan Indragiri didirikan dan dipimpin pertama kali oleh Raja Narasinga II. 

Raja-Raja Kerajaan Indragiri

Raja Narasinga II yang saat itu masih menjadi raja Kerajaan Keritang, sempat diasingkan ke Malaka. Sehingga kerajaan harus dipimpin oleh bangsawan kerajaan lainnya yang bernama Datuk Patih dan dan Datuk Temenggung.

Namun keduanya tidak bisa menjalankan pemerintahan dengan kompak karena sering berselisih pendapat. Sehingga Datuk Patih berkeinginan untuk membawa kembali Raja Narasinga II ke Kerajaan Indragiri.

Dalam proses kembalinya Raja Narasinga II, beliau berinisiatif untuk mencari tempat lain sebagai pusat Kerajaan Indragiri yang sebelumnya berada di Keritang. Hingga sampailah beliau ke daerah Pekantua yang menjadi pusat kerajaan selanjutnya.

Namun demi menghindari serangan Portugis, pusat kerajaan yang sebelumnya berada di Pekantua harus dipindahkan ke Kota Lama. Selama pemerintahannya kerajaan tersebut memiliki tentara perang yang kuat berperang mengusir Portugis dari Sumatera.

Raja Narasinga II wafat pada tahun 1532 yang tahta kerajaannya diwariskan kepada putranya, Usuluddin Hasansyah, yang berkuasa pada tahun 1532 – 1557.

Peninggalan Kerajaan Indragiri

Salah satu peninggalan Kerajaan Indragiri yang masih kokoh berdiri hingga saat ini adalah Masjid Raja Peranap atau Masjid Raja Muda. Bangunan masjid ini didirikan pada tahun 1883 oleh seorang arsitek muslim berkebangsaan Tionghoa.

Keunikan masjid ini terlihat dari arsitektur bangunan yang tidak mengalami renovasi dari pertama kali dibangun. Masjid Raja Peranap terkenal memiliki ornamen dan arsitektur perpaduan budaya Melayu dan Tiongkok. 

21. Kerajaan Kalinyamat/Jepara

Sejarah Kerajaan Kalinyamat

Kerajaan Islam di Jawa yang selanjutnya adalah Kerajaan Kalinyamat. Kerajaan tersebut berada di wilayah Jepara yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh seorang wanita bernama Ratna Kencana pada tahun 1527  dimana beliau menjadi ratu pertama dan satu-satunya di dalam sejarah kerajaan. Ratna Kencana atau Ratu Kalinyamat merupakan putri dari Pangeran Trenggana dan cucu dari Raden Patah, Sultan Demak yang pertama. Ratu Kalinyamat berperan penting dalam pengusiran tentara Portugis dari Malaka berbekal ratusan kapal dan puluhan ribu prajurit.

Pendiri Kerajaan Kalinyamat

Saat menjadi penguasa Kerajaan Kalinyamat yang pertama, Ratu Kalinyamat belum bersuami. Beberapa tahun kemudian beliau akhirnya menikah dengan Pangeran Hadlirin. Sehingga tahta kerajaan berada di tangan Sultan Hadlirin.

Namun nahasnya, Pangeran Hadlirin tewas akibat dibunuh oleh Arya Penangsang dalam perang saudara perebutan kekuasaan Kerajaan Demak. Sehingga Ratu Kalinyamat harus meneruskan tahta, karena selama pernikahannya beliau tidak dikaruniai anak.

Namun Ratu Kalinyamat mengasuh Pangeran Arya yang merupakan putra dari Raja Banten, Maulana Hasanuddin. Sehingga tahta kerajaan sepeninggal Ratu Kalinyamat akan turun ke tangan Pangeran Arya dengan gelar Pangeran Jepara.

Masa Kejayaan Kerajaan Kalinyamat

Puncak kejayaan Kerajaan Kalinyamat terjadi ketika Ratu Kalinyamat berhasil menjadikan pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan transit dalam perdagangan di Nusantara. Hal tersebut beliau lakukan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pemimpin kerajaan untuk menghidupkan kehidupan perekonomian Jepara setelah dilanda perang saudara.

Terbukti dengan banyaknya pedagang dari hampir seluruh wilayah Nusantara, mulai dari Ambon, Aceh, Malaka, Banten, Demak, Semarang, Bali, Makassar, Banjarmasin, Gresik, dan masih banyak lagi lainnya. Bisa dikatakan bahwa pelabuhan Jepara menjadi tempat perdagangan skala internasional. 

Menurut cerita sejarah Kerajaan Kalinyamat berada di Desa Kriyan yang dipercaya dekat dengan laut. Diduga kerajaan ini berbatasan langsung dengan teluk yang kini menjadi Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan. Hal ini diperkuat dengan wilayah kedua desa tersebut kerap kali ditemukan batu karang, pasir laut, hingga kerang-kerang laut ketika warga setempat menggali tanah sedalam 3 meter.

Peninggalan Kerajaan Kalinyamat

Adapun peninggalan Kerajaan Kalinyamat adalah Siti Inggil di Kriyan yang dipercaya sebagai bekas bangunan keraton. Selain itu Kutha Bedah di Robayan yang dipercaya sebagai bekas pasar tempat perdagangan saat itu. Dan ada juga Pertapaan Sonder di Tulakan serta tembok Benteng Kalinyamat.

22. Kerajaan Langkat

Sejarah Kerajaan Langkat

Kerajaan Langkat atau Kesultanan Langkat adalah salah satu kerajaan Islam yang berkuasa di wilayah Langkat, Sumatera Selatan. Kerajaan ini terkenal sebagai kerajaan makmur penghasil karet dan minyak dari Brandan.

Kerajaan Langkat menjadi salah satu kerajaan Islam-Melayu tertua di Sumatera. Dipercaya bahwa kerajaan ini berdiri berkat Dewa Shahdan, seorang petinggi dari Kerajaan Aru, yang menyelamatkan diri dari serangan Kerajaan Aceh dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Langkat pada tahun 1568.

Raja-raja Kerajaan Langkat

Setelah 12 tahun sebagai raja pertama Kerajaan Langkat, tahta kerajaan diturunkan kepada Dewa Sakti. Namun setelah 32 tahun lamanya menjadi raja, Dewa Sakti tewas dalam penyerangan Kerajaan Aceh pada tahun 1612. Sehingga tahta turun kepada sang putra, Dewa Sakdi.

Masa Kejayaan Kerajaan Langkat

Puncak kejayaan Kerajaan Langkat diraih saat dipimpin oleh Sultan Abdul Aziz. Beliau terkenal dengan sistem pemerintahan terkait politik, pendidikan, ekonomi serta keagamaan yang dinilai mensejahterahkan masyarakatnya. Jika Anak Nusantara tidak asing dengan aliran Islam bernama Tarekat Naqsabandiyah, aliran Islam tersebut lahir dan besar sejak Kerajaan Langkat berdiri lho!

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Langkat

Namun keruntuhan Kerajaan Langkat harus terjadi disebabkan oleh adanya Revolusi Sosial yang dilakukan komunis pada tahun 1946. Kejadian tersebut menewaskan beberapa bangsawan kerajaan, tak terkecuali pangeran Kesultanan Langkat. Banyak pula yang ditangkap dan diasingkan sehingga kerajaan diambang keruntuhan.

Peninggalan Kerajaan Langkat

Salah satu peninggalan Kerajaan Langkat yang tetap kokoh berdiri adalah Masjid Azizi atau kini bernama Masjid Raya Kota Binjai. Bangunan masjidnya masih asli, tanpa ada renovasi besar sedikitpun, terkenal dengan arsitektur yang memadukan budaya Arab dan Melayu. Anda bisa melihatnya pada jendela, pintu, mimbar, serta ornamen dinding masjid. Jika Anak Nusantara adalah pecinta sejarah lampau Indonesia, bisa datang mengunjungi masjid peninggalan Kerajaan Langkat ini.

23. Kerajaan Pagaruyung

Sejarah Kerajaan Pagaruyung

Kerajaan Islam di tanah Sumatera selanjutnya adalah Kerajaan Pagaruyung. Tidak banyak sejarah kerajaan yang bisa diketahui, termasuk tahun berdirinya kerajaan. Sebelum kerajaan Islam-Melayu ini berdiri sendiri, kerajaan ini tergabung dalam sebuah kerajaan yang bernama Malayapura. Konon kerajaan tersebut dipimpin oleh Adityawarman yang juga mengukuhkan dirinya sebagai pendiri sekaligus raja Kerajaan Pagaruyung yang pertama. 

Kerajaan ini sebelumnya menganut agama Buddha yang dipengaruhi oleh Kertanegara dari Kerajaan Singosari pada abad ke-13. Namun akhirnya mendapat pengaruh ajaran agama Islam pada abad ke-16, ketika para musafir dan ulama Islam Aceh dan Malaka singgah ke wilayah Pagaruyung. Butuh proses cukup lama untuk mengislamkan kerajaan tersebut, hingga pada abad ke-17 Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi kesultanan. Raja Islam pertama saat itu adalah Sultan Alif. Banyak hal berkaitan kehidupan kerajaan yang diubah atau bahkan dihilangkan, tak terkecuali sistem pemerintahan kerajaan. 

Masa Kejayaan Kerajaan Pagaruyung

Puncak kejayaan Kerajaan Pagaruyung terjadi semasa pemerintahan sang pendiri kerajaan, Adityawarman. Beliau berhasil memperluas wilayah kekuasaan kerajaan hingga mencapai wilayah Pasaman Barat serta Kampar Riau. Selain itu Adityawarman juga menjalin hubungan baik dengan China. Sehingga dengan langkah tersebut kerajaan memiliki citra yang baik hingga ke luar Nusantara.

Masa Keruntuhan Kerajaan Pagaruyung

Keruntuhan Kerajaan Pagaruyung mulai terjadi ketika Perang Padri berlangsung. Kaum Padri menyerang Pagaruyung di bawah pimpinan Tuanku Pasaman karena adanya konflik di beberapa wilayah dalam Pagaruyung pada tahun 1815. Sehingga Sultan Arifin beserta keluarga kerajaan harus meninggalkan Kerajaan Pagaruyung.

Peninggalan Kerajaan Pagaruyung

Beberapa peninggalan Kerajaan Pagaruyung yang masih bisa anda lihat adalah situs dan artefak di Istana Kerajaan Pagaruyung. Adapun diantaranya adalah kompleks makam raja Pagaruyung (Ustano Rajo Alam), Batu Kasur, Batu Basurek, Batu Batikam, dan pastinya Istana Kerajaan Pagaruyung itu sendiri.

24. Kerajaan Serdang

Sejarah Kerajaan serdang

Kerajaan Islam di Pulau Sumatera lainnya adalah Kerajaan Serdang. Kerajaan yang juga kerap kali disebut Kesultanan Serdang ini pertama kali berdiri pada tahun 1723. Kerajaan ini terpisah dengan Deli sejak tahun 1720 karena sengketa tahta kerajaan.

Pecahnya wilayah Kerajaan Sedang 

Pecahnya wilayah kerajaan diakibatkan perebutan tahta oleh Tuanku Pasutan dengan Tuanku Umar. Mereka berdua adalah putra dari Tuanku Panglima Paderap, Raja Deli ke-3, yang wafat pada tahun 1723. Secara silsilah keluarga tahta akan diteruskan oleh Tuanku Umar yang merupakan putra tertua dari Tuanku Paderap. Namun Tuanku Umar memiliki kecacatan tubuh di bagian matanya yang mengakibatkan pelarangan Tuanku Umar menjadi raja selanjutnya. Sehingga tahta langsung diteruskan oleh putra kedua Tuanku Paderap yang bernama Tuanku Pasutan. Diliputi rasa ambisi untuk menguasai Deli tanpa halangan, Tuanku Pasutan mengusir Tuanku Umar dan ibunda permaisuri Tuanku Puan Sampali ke Serdang.

Menurut adat Melayu, tahta kerajaan harusnya diturunkan kepada Tuanku Umar. Mengingat bahwa Tuanku Umar adalah putra raja dari seorang permaisuri, sedangkan Tuanku Pasutan adalah putra raja dari seorang selir. Namun Tuanku Umar tak bisa berbuat banyak, beliau rela diusir ke Serdang. Berkat beberapa bangsawan pendukung Tuanku Umar, mereka mendirikan pemerintahan kerajaan yang terpisah dengan Deli yang diberi nama Kerajaan Serdang dengan Tuanku Umar sebagai Raja Serdang pertama pada tahun 1723.

Masa Kejayaan Kerajaan Serdang 

Puncak kejayaan Kerajaan Serdang terjadi saat pemerintahan Tengku Sinar yang bergelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Bashar Shah. Beliau berhasil dalam mengatur sistem pemerintahan dan perdagangan yang adil dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Selain itu beliau juga berperan aktif dalam pemanfaatan sumber daya wilayah Serdang yang maksimal hingga dikenal luas ke beberapa kerajaan lainnya. Sehingga Serdang menjadi negeri makmur dengan hasil bumi tembakau, karet, dan kelapa sawit yang berlimpah.

Peninggalan Kerajaan Serdang 

Beberapa peninggalan Kerajaan Serdang yang masih ada hingga saat ini adalah Istana Darul Arif atau Istana Sultan Serdang dan Masjid Raya Sulaimaniyah.

25. Kesultanan Bima

Sejarah Kerajaan Bima 

Kesultanan Bima merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri di tanah Bima, Nusa Tenggara Barat. Awalnya kerajaan ini berdiri sebagai kerajaan Hindu yang sudah ada sejak abad ke-13. Namun kerajaan mulai berubah menjadi kerajaan Islam dikarenakan Raja Bima I menikah dengan adik dari istri Sultan Makassar yang bernama Putri Karaeng Kassuarang. Raja Bima I memeluk agama Islam dengan gelar Sultan Bima I yang juga membuat kerajaan Bima menjadi Kesultanan Bima.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Bima dan Peninggalan Kerajaan Bima

Keruntuhan Kesultanan Bima terjadi bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Sultan Bima bernama Sultan Muhammad Salahuddin memilih untuk bergabung dengan NKRI. Didukung dengan putri Salahuddin bernama Siti Maryam yang menyerahkan bangunan kerajaan kepada pemerintah Indonesia yang kini dijadikan sebagai museum. Peninggalan Kesultanan Bima bisa Anak Nusantara lihat di museum tersebut yang terdiri dari mahkota raja, pedang kerajaan, dan beberapa furnitur kerajaan.

Baca Juga : Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Kehidupan Masyarakat dan Peninggalan

Tidak ada komentar

Komentar untuk: 25 Kerajaan Islam di Indonesia dan Pembahasan Lengkapnya

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]