Riau adalah salah satu wilayah yang mendapat banyak pengaruh kental dari budaya Melayu, salah satunya tampak dari busananya. Busana Melayu memiliki tampilan yang unik dan mengandung nilai-nilai yang filosofis. Umumnya bentuk pakaiannya sederhana, tertutup dan panjang, sesuai dengan nilai kesopanan serta nilai agama islam.
Salah satu yang terkenal yaitu baju kurung. Dulu kaum perempuan memakai baju ini di lingkungan kerajaan untuk upacara adat. Kini, masyarakat sudah mengenakan busana tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Selain baju kurung, masih banyak ragam busana Melayu Riau lainnya, Anak Nusantara. Simak ulasan Museum Nusantara kali ini hingga selesai!
Filosofi Busana Melayu
Daftar Isi
Di balik keelokannya, busana Melayu memiliki makna yang lekat dengan nilai-nilai islami, lho, Anak Nusantara. Pada konsep budaya Melayu, pakaian merepresentasikan adab dan adat. Busana Melayu melambangkan nilai tahu diri, malu, tunjuk ajar, menebar manfaat, dan menolak bala.
Ada ungkapan “Kalau hendak melihat orang yang tahu diri, tengok kepada pakaian diri”. Ungkapan ini menyiratkan pribadi yang malu akan melanggar syarak (ketentuan adat) dan akan terlihat dari caranya berpakaian. Selain itu, maksud dari nilai tahu diri adalah kesesuaian pakaian dengan status, cara memakai, penggunaan, tujuan memakainya, serta kelengkapan alat atau aksesorisnya.
Lalu, maksud dari nilai mendatangkan manfaat yaitu mendatangkan rezeki, kedamaian dan kerukunan hidup, serta bermanfaat untuk pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai ini bisa tercermin dari berbagai kelengkapan busana, motif, ornamen serta ragam hias busana Melayu. Selain itu, dengan berpakaian sesuai syariat, seorang Melayu akan terhindar dari petaka dunia serta akhirat.
Baca juga: Mengenal Tata Busana Tari Kecak, Properti, Beserta Makna Filosofisnya
Ragam Busana Melayu Riau
Apa saja bentuk busana Melayu khas Riau? Untuk laki-laki, ada baju cekak musang, gunting cina, dan teluk belanga. Sedangkan untuk perempuan, ada baju kurung dan baju kebaya labuh. Namanya saja sudah terdengar unik, kan? Ini dia ulasan lengkap masing-masing pakaian beserta makna dibaliknya.
1. Cekak Musang
Baju Cekak Musang adalah ikon busana Melayu khas Riau untuk laki-laki. Masyarakat menyebut busana ini sebagai cekak musang karena bentuk lingkaran lehernya. Ada pula yang menghubungkannya dengan ‘cekak’ tinggi atau leher tegak. Baju ini juga memiliki lima kancing. Kancing lima ini adalah simbol dari rukun islam. Kancing yang disematkan diantaranya adalah kancing emas, kancing tep, dan kancing permata.
Busana ini mempunyai tambahan kain yang namanya kain samping. Kain samping merupakan kain songket yang diikat setinggi lutut. Kain samping ini juga menunjukkan status seseorang. Jika seseorang memakai kain samping di atas paras lutut, menandakan ia masih bujang, sedangkan yang memakainya di bawah paras lutut, berarti seseorang tersebut sudah menikah. Selain itu, pakaian adat ini juga dilengkapi dengan penutup kepala yang namanya tanjak. Tanjak terbuat dari kain yang warnanya senada dengan baju serta celana yang dipakai.
2. Busana Melayu Gunting Cina
Busana Melayu yang satu ini juga merupakan pakaian khusus untuk pria. Baju Gunting Cina berbahan dasar kain satin atau sutra yang berkualitas tinggi. Masyarakat kerap memakai baju ini saat mengadakan kegiatan atau upacara yang tidak resmi.
3. Teluk Belanga
Busana Melayu Teluk Belanga merupakan busana muslim, dengan celana panjang serta kain atau sarung dan peci. Masyarakat mengenal peci pada busana Melayu ini sebagai songkok. Pada atasan pakaian ini ada satu kancing. Satu kancing pada baju teluk belanga ini merujuk pada nilai tauhid, yaitu hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa. Umumnya masyarakat mengenakan baju ini untuk acara keluarga atau acara resmi. Untuk acara resmi, biasanya berbahan dasar sutra atau satin.
Baca juga: Museum Ronggowarsito, Rumah Warisan Budaya Jawa
4. Baju Kurung Tulang Belut
Baju kurung ini adalah busana Melayu yang banyak dipakai oleh wanita yang sudah berumur. Baju ini terdiri dari atasan berlengan panjang dan bawahan dengan warna yang sama. Orang tua biasanya menggunakan baju kurung dengan warna yang tidak mencolok. Memiliki hiasan di tepi pakaian dan tepi lengan, membuat baju ini tidak terlalu polos. Masyarakat setempat biasa mengenakannya dengan selendang yang disampirkan atau dijadikan penutup kepala layaknya jilbab.
5. Baju Kebaya Labuh
Busana Melayu ini merupakan ikon baju adat Riau untuk perempuan. Sama seperti kain sampin, panjang kebaya ini juga menunjukkan status seseorang. Jika panjangnya tiga jari di atas lutut, maka artinya perempuan tersebut belum menikah. Sementara itu, jika panjangnya tiga jari di bawah lutut, menandakan perempuan tersebut sudah menikah.
Ukuran lengan baju ini 2 jari dari pergelangan tangan, agar bisa menampakkan gelang yang dipakai. Ukuran pakaian baju ini longgar seperti baju kurung. Lalu, pakaian ini juga memiliki selendang atau kain tudung.
Warna pada baju kebaya labuh sendiri memiliki makna tersendiri, diantaranya:
- Hijau lumut merupakan simbol kesetiaan, ketaatan, dan kesuburan.
- Kuning keemasan memiliki makna otoritas, kemegahan, dan keagungan.
- Merah artinya kepahlawanan, keberanian, dan kesetiaan.
- Hitam melambangkan tanggung jawab, kejujuran, dan ketabahan.
6. Baju Pengantin Riau
Dalam adat Riau, ada pakaian khusus yang masing-masing mempelai pria dan wanita pakai dalam acara pernikahan.
Mempelai pria pada acara pernikahan biasanya memakai baju kurung cekak, lengkap dengan sarung serta kopyah. Yang membedakan dengan baju kurung biasanya adalah tambahan aksesoris, diantaranya mahkota, sebai, canggai pada jari kelingking, dan keris yang bentuknya seperti kepala burung serindit, diletakkan di pinggang kiri. Pengantin pria juga memakai alas kaki yang berbentuk runcing. Sementara itu, pengantin wanita memakai aksesoris seperti mahkota, sebai yang diletakkan di bahu, dan berbagai macam perhiasan, seperti gelang, kalung, serta anting-anting.
Baca juga: Mengenal Candi Pawon: Peninggalan Sejarah Bercorak Buddha
Itu dia ulasan lengkap mengenai busana Melayu khas Riau. Tidak hanya penampilannya yang indah, namun juga menyimpan makna yang filosofis. Tata penggunaannya juga tidak bisa sembarangan. Sangat unik, bukan? Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar