Zaman praaksara adalah zaman dimana manusia purba masih belum mengenal tulisan. Dalam Bahasa Sansekerta praaksara juga dikenal dengan sebutan nirleka, nir yang memiliki arti ‘tanpa’ dan ‘leka’ yang berarti aksara atau tulisan.
Istilah praaksara lebih tepat digunakan bila dibandingkan dengan istilah prasejarah untuk menggambarkan kehidupan purba karena pada zaman praaksara masih belum ditemukan tulisan sebagai metode dokumentasi kejadian sejarah dan perkembangan peradaban yang terjadi kala itu.
Zaman dimana manusia belum mengenal tulisan disebut zaman praaksara. Zaman praaksara mengacu pada kehidupan manusia yang masih belum mengenal aksara atau tulisan sebagai media dokumentasi peradaban kala itu.
Penemuan fosil di Situs Sangiran yang menjadi tahapan penting bagi sejarah manusia adalah fosil Homo Erectus yang menjadi salah satu petunjuk penemuan keberadaan manusia 150.000 tahun yang lalu.
Pembagian zaman praaksara di Indonesia dikelompokkan berdasarkan Ilmu Arkeologi dan Ilmu Geologi (pembabakan sejarah perkembangan bumi).
Sebelum membahas ke periodisasi secara arkeologis, berikut adalah penjelasan singkat periodisasi zaman praaksara berdasarkan geologi.
Periodisasi Zaman Praaksara Berdasarkan Geologi
Daftar Isi
Periodisasi zaman praaksara berdasarkan geologi dibagi menjadi 4 periode yaitu Zaman Arkeozoikum, Zaman Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum:
- Zaman Arkeozoikum, dimana kondisi bumi masih sangat panas dan belum terdapat kehidupan (+- 2.5 Milyar tahun yang lalu)
- Zaman Paleozoikum (zaman primer), ditemukan beberapa makhluk hidup berukuran mikro, reptil, dan ikan kecil (+-340 juta tahun yang lalu)
- Zaman Mesozoikum, adalah zaman reptil dan dinosaurus, (+-140 juta tahun yang lalu)
- Zaman Neozoikum, yang dibagi lagi menjadi zaman tertier dan kwarter
Periodisasi Zaman Praaksara Berdasarkan Ilmu Arkeologi
Sedangkan berdasarkan ilmu arkeologi, pembagian zaman praaksara dikelompokkan menjadi dua periode yaitu zaman batu dan zaman logam.
Di masa-masa awal, manusia purba hidup nomaden. Nomaden adalah hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Manusia praaksara memiliki pola kehidupan nomaden karena mereka masih belum mengenal cara memproduksi makanan. Sehingga mereka bertahan hidup berpindah-pindah menyesuaikan sumber daya alam yang tersedia.
Namun, penemuan kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa manusia praaksara (di zaman Neolitikum) telah tinggal dan menetap di sekitar pantai dalam waktu lama dan tidak lagi nomaden.
Karena setiap periodisasi zaman praaksara dicirikan dengan kebudayaan dan peradaban berbeda, yuk simak dengan teliti pembahasan mengenai pembagian zaman prasejarah yang harus Anak Nusantara ketahui.
Pembagian Zaman Praaksara Secara Arkeologis: Zaman Batu
Pada zaman batu kehidupan manusia purba masih belum mengenal yang namanya teknologi dan tulisan. Mereka bertahan hidup dengan cara berburu, mengumpulkan makanan dan bercocok tanam secara sederhana. Salah satu alat dari manusia zaman batu awal adalah kapak genggam, kapak perimbas, dan alat-alat serpih.
Pembagian zaman batu dibagi menjadi empat yaitu: zaman batu tua (Zaman Palaeolitikum), zaman batu tengah(Zaman Mesolitikum), zaman batu baru (Zaman Neolitikum), dan zaman batu besar (Zaman Megalitikum).
Zaman batu juga memiliki hasil karya berupa patung. Keunikan dan ciri-ciri karya patung zaman prasejarah khususnya zaman batu adalah berbentuk makhluk hidup (bentuk manusia & bentuk hewan).
Zaman Batu Tua (Zaman Palaeolitikum)
Zaman batu yang pertama adalah zaman palaeolitikum (zaman batu tua). periode zaman praaksara ini dikenal dengan sebutan zaman batu tua karena peralatan yang dihasilkan pada zaman ini terbuat dari batu dan pengerjaannya masih sederhana dan hasilnya masih kasar.
Pada zaman batu tua, manusia purba hidup secara berkelompok dan hidup secara berpindah – pindah (Nomaden). Mereka hanya mengandalkan sumber makanan yang tersedia di alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (Food Gathering) untuk bertahan hidup. Manusia purba belum mengetahui bagaimana cara bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan dan beberapa peninggalan yang menjadi bukti adanya periode kehidupan ini, yaitu :
Kebudayaan Pada Zaman Batu Tua (Zaman Palaeolitikum)
1. Kebudayaan Ngandong
Ngandong merupakan nama daerah yang letaknya berada di dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di wilayah ini banyak ditemukan alat-alat dari tulang binatang seperti tanduk rusa. Terdapat juga alat dari batu yang digunakan oleh manusia purba untuk mencari makanan seperti kapak genggam.
Di wilayah dekat Sangiran juga ditemukan alat-alat yang berukuran kecil yang disebut dengan flake. Selain menggunakan batu dan tulang binatang, manusia purba juga menggunakan alat yang terbuat dari kayu.
Menurut penelitian, alat-alat yang ditemukan tersebut adalah hasil dari kebudayaan manusia purba jenis Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Pada zaman kebudayaan Ngadong itu, manusia purba sudah mempunyai nilai seni yang tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya beberapa flake yang terbuat dari batu indah, seperti jenis chalcedon.
2. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan ini berasal dari nama suatu daerah yang letaknya berada di Jawa Timur perbatasan Jawa Tengah yaitu Pacitan. Pada zaman batu tua, diperkirakan aliran sungai Bengawan Solo bermuara di pantai Pacitan.
Tahun 1935, Von Koenigswald melakukan penelitian di wilayah tersebut dan menemukan beberapa alat uang terbuat dari batu. Alat-alat tersebut berbentuk menyerupai kapak, namun tidak memiliki tangkai. Cara menggunakan kapak tersebut adalah dengan digenggam.
Alat – alat tersebut dikenal dengan nama kapak genggam (Chopper) dan kapak perimbas. Selain itu juga ditemukan alat berukuran kecil yang dikenal dengan nama serpih. Menurut penelitian, kapak genggam, kapak perimbas, dan alat serpih adalah hasil dari kebudayaan manusia purba jenis Meganthropus.
Peninggalan Zaman Batu Tua (Zaman Palaeolitikum)
Contoh kebudayaan masyarakat masa berburu dan meramu dapat dilihat dari peninggalannya. Mereka berburu menggunakan peralatan kapak perimbas, kapak genggam, alat serpih, peralatan dari tulang dan kayu, dan lain-lain. Peninggalan yang menjadi contoh kebudayaan masyarakat masa berburu dan meramu adalah sebagai berikut.
1. Peninggalan Zaman Batu Tua: Kapak Genggam (Chopper)
Kapak adalah alat peninggalan zaman batu tua yang memiliki fungsi untuk membelah kayu, menggali umbi – umbian, memotong daging hewan buruan, dan kebutuhan lainnya. bentuknya kecil dan ujungnya yang runcing.
2. Peninggalan Zaman Batu Tua: Kapak Perimbas
alat ini terbuat dari batu, digunakan dengan cara digenggam dan tidak memiliki tangkai. Biasanya kapak ini digunakan untuk memotong kayu, memecahkan tulang binatang buruan dan lainnya.
3. Peninggalan Zaman Batu Tua: Alat-Alat Serpih
Alat – alat serpih terbuat dari pecahan batu kecil. Pada zaman palaeolitikum alat ini digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging dan pisau oleh manusia purba.
4. Peninggalan Zaman Batu Tua: Perkakas Dari Tulang dan Tanduk
Sama seperti alat – alat lainnya, perkakas dari tulang dan tanduk ini juga digunakan sebagai alat berburu untuk mencari makanan oleh manusia purba.
Zaman Batu Tengah (Zaman Mesolitikum)
Zaman Batu Madya atau yang biasa dikenal dengan Zaman Mesolitikum ditandai dengan ditemukannya perkakas yang dibuat bentuknya lebih halus dan rapi. Para peneliti menyebutkan bahwa zaman batu madya (zaman batu tengah) yang ada di Indonesia ini sama dengan periode yang ada di negara Vietnam.
Ciri-ciri zaman batu tengah (Zaman Mesolitikum), yaitu :
- Alat – alat yang dihasilkan terbuat dari batu kasar, masih sama seperti zaman Palaeolitikum.
- hidup manusia purba masih berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lainnya (Nomaden).
- Pada zaman itu, manusia bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan (food gathering), berburu, dan menangkap ikan.
- Ditemukan bukit-bukit bekas sampah kerang di pinggir pantai yang disebut Kjokken.
- Terdapat peninggalan manusia purba pada gua yang berupa lukisan atau coretan – coretan.
Peninggalan Zaman Batu Tengah (Zaman Mesolitikum)
Beberapa peninggalan zama Neolitikum ini juga termasuk contoh kebudayaan masyarakat masa berburu dan meramu. Mereka memiliki kebudayaan berburu dan meramu menggunakan kapak pebble, kapak pendek, dan beberapa peralatan lainnya.
Contoh kebudayaan masyarakat masa berburu dan meramu tercermin pada peninggalan-peninggalan berikut:
1. Peninggalan Zaman Batu Tengah: Kapak Sumatra (Pebble)
Kapak ini merupakan peninggalan zaman mesolitikum yang berbentuk bulat, berasal dari batu kali yang dibelah menjadi dua. Kapak ini tergolong jenis kapak genggam. alat ini ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara wilayah Aceh dan Medan.
2. Peninggalan Zaman Batu Tengah: Kapak Pendek
Alat ini juga termasuk dalam jenis kapak genggam. Berbentuk setengah lingkaran. Alat ini juga banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
3. Peninggalan Zaman Batu Tengah: Abris Sous Roche
Abris Sous Roche adalah istilah yang digunakan untuk kebudayaan yang ditemukan dalam gua. Dulunya pada zaman praaksara, manusia purba hidup secara berpindah – pindah dan tinggal di gua. Dalam gua-gua tersebut mereka tinggal cukup lama sehingga meninggalkan sisa – sisa kebudayaan.
Abris Sous Roche banyak ditemukan pada gua, salah satunya yaitu Gua Lawa yang berada di wilayah Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Banyak ditemukan benda – benda seperti flake, batu penggilingan, kapak dan beberapa benda lainnya yang terbuat dari tulang binatang. selain di daerah Sampung, Abris Sous Roche juga terdapat di daerah Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
4. Kebudayaan Zaman Batu Tengah: Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah bekas kulit siput dan kerang yang bertumpuk sampai membentuk bukit kecil. Didalam tumpukan tersebut banyak ditemukan alat-alat seperti kapak genggam. Fosil sampah dapur ini banyak ditemukan di wilayah sekitar pantai seperti pantai timur pulau Sumatera.
Kjokkenmoddinger adalah salah satu peninggalan zaman praaksara yang namanya berasal dari bahasa Denmark yang terdiri dari 2 kata yaitu Kjokken yang artinya dapur sedangkan Modding berarti sampah. Kjokkenmoddinger menjadi salah satu bukti bahwa manusia purba pernah tinggal di wilayah sekitar pantai.
Jika berbicara mengenai peninggalan lain, peralatan zaman mesolitikum yang digunakan untuk meletakkan sajen adalah dolmen.
Zaman Batu Muda (Zaman Neolitikum)
Zaman Batu Muda adalah salah satu periode zaman praaksara yang diperkirakan dimulai pada sekitar tahun 1500 SM. Nama lain dari zaman ini adalah zaman neolitikum. Zaman batu muda memiliki ciri utama yang dapat dilihat dari benda – benda hasil kebudayaannya yang terbuat dari peralatan batu yang sudah diperhalus dan rapi.
Pada zaman batu muda, manusia purba sudah mengenal ilmu bercocok tanam, sehingga mereka bertahan hidup dengan cara mengolah dan menghasilkan makanan sendiri (food producing).
Selain itu juga mereka sudah meninggalkan budaya nomaden dan memilih tinggal di suatu wilayah tertentu dan membangun rumah panggung untuk tempat tinggal mereka.
Peninggalan Zaman Batu Muda (Neolitikum)
1. Peninggalan Zaman Batu Muda: Kapak Persegi
Alat ini terbuat dari batu api yang diasah menghasilkan kapak yang halus. Kapak persegi ini banyak ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Kapak ini digunakan oleh manusia purba untuk bercocok tanam, berburu dan kegiatan lainnya. Kapak persegi banyak jenisnya seperti beliung, pacul, dan torah.
2. Peninggalan Zaman Batu Muda: Kapak Lonjong
Kapak lonjong adalah alat yang ditemukan pada zaman neolitikum. sesuai namanya, kapak ini berbentuk lonjong, ujungnya agak lancip dan dapat dipasangi tangkai. Kapak ini terdiri dari dua ukuran yaitu kecil dan besar.
Kapak lonjong ini banyak ditemukan di wilayah Papua, Sulawesi, Sangihe, Flores, Kepulauan Tanimbar dan Maluku.
3. Peninggalan Zaman Batu Muda: Kapak Bahu
Kapak jenis ini sama bentuknya dengan kapak persegi, namun yang membedakan adalah pada bagian yang diikat tangkainya diberi leher. kapak ini ditemuka di daerah Minahasa.
4. Peninggalan Zaman Batu Muda: Pakaian dari kulit kayu, gerabah dan tembikar
Zaman Batu Besar (Zaman Megalitikum)
Zaman Batu besar adalah periode zaman batu terakhir sebelum memasuki zaman logam. Zaman ini juga dikenal dengan nama Zaman Megalitikum. Pada zaman praaksara tersebut, benda-benda yang dihasilkan oleh manusia purba terbuat dari batu yang berukuran besar.
Pada masa itu manusia purba sudah mengenal yang namanya kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animisme). Mereka membangun tugu besar yang terbuat dari batu untuk menghormati arwah nenek moyang mereka.
Baca juga: Sejarah Lengkap Kerajaan Sriwijaya & Peninggalannya
Peninggalan Zaman Batu Besar (Megalitikum)
1. Peninggalan Zaman Batu Besar: Menhir
Menhir adalah batu besar peninggalan zaman praaksara yang berbentuk tugu yang diletakkan pada suatu wilayah. Fungsi menhir yang merupakan hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah tempat pemujaan arwah yang telah meninggal. Benda ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
2. Peninggalan Zaman Batu Besar: Dolmen
Dolmen adalah bagunan yang berbentuk meja yang terbuat dari susunan batu yang berkaki. Bangunan ini digunakan oleh manusia purba untuk tempat sesaji atau pelinggih roh.
3. Peninggalan Zaman Batu Besar: Sarkofagus
Merupakan bagunan peti mati yang berbentuk seperti lesung penumbuk padi. Benda ini dianggap sebagai keramat dan memiliki kekuatan magis oleh masyarakat hingga saat ini.
4. Peninggalan Zaman Batu Besar: Kubur Batu
Kubur batu adalah sebuah peti terbuat dari susunan batu yang membentuk seperti peti mayat untuk tempat persemayaman terakhir manusia purba. Peti ini berbentuk persegi panjang yang terbuat dari enam papan batu, terdiri dari 2 sisi panjang, 2 sisi lebar, lantai dan penutup yang terbuat dari besi.
5. Peninggalan Zaman Batu Besar: Punden Berundak
Punden berundak adalah bagunan batu yang disusun secara berundak – undak (bertingkat). Biasanya bangunan ini terdiri dari tujuh undak. Fungsi dari bagunan ini sebagai tempat kegiatan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
6. Peninggalan Zaman Batu Besar: Arca
Sering disebut dengan arca megalitik. Terbuat dari baru berukuran besar, umumnya arca ini menggambarkan wajah manusia atau binatang, seperti harimau, kerbau, gajah, dan monyet.
7. Peninggalan Zaman Batu Besar: Waruga
Merupakan benda peninggalan zaman batu besar yang berbentuk kubus atau bulat digunakan oleh manusia purba sebagai kubur batu.
Pembagian Zaman Praaksara Secara Arkeologis: Zaman Logam
Zaman logam adalah periode zaman praaksara yang dilalui oleh manusia purba setelah zaman batu. Pada zaman logam, para manusia purba telah mengembangkan teknologi sederhana dan mempunyai keterampilan untuk mengolah biji logam dengan baik. Mereka membuat peralatan dari biji logam seperti besi dan perunggu.
Mereka beralih dari peralatan berbahan dasar batu ke menciptakan berbagai peralatan yang terbuat dari logam. Salah satunya adalah Nekara yang digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan seperti upacara memanggil hujan oleh manusia purba.
Nekara berbentuk layaknya berumbung yang berpinggang bagian tengahnya dengan sisi atasnya yang tertutup. Selain itu juga ada alat – alat untuk berburu, bercocok tanam.
Benda – benda peninggalan zaman logam ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera, Jawa, Sumbawa, Bali, Pulau Roti, Kepulauan Kei dan Selayar. Di daerah Alor juga ditemukan nekara yang berukuran kecil disebut dengan moko. Pada zaman ini juga ditemukan benda – benda perhiasan seperti kain, anting – anting, cicin dan manik – manik.
Zaman logam dibagi menjadi 2 periode yaitu, zaman perunggu dan zaman besi. Pada zaman perunggu, manusia purba sudah pandai mengcampurkan tembaga dan timah agar menghasilkan logam yang lebih keras dan kokoh. Sedangkan di zaman besi, manusia purba telah mengenal teknik peleburan biji besi untuk membuat benda atau alat dengan bentuk tertentu.
Ciri – Ciri Zaman Logam
Setelah membahas tentang zaman logam, berikut ini adalah ciri – ciri dari zaman logam yang perlu anak nusantara ketahui yaitu:
- Pada zaman logam, perkembangan kegiatan dagang semakin pesat dan sudah dilakukan dari pulau ke pulau di Indonesia bahkan antar negara di kawasan Asia Tenggara. Kegiatan perdagangan ini dilakukan dengan sistem pertukaran barang (barter) seperti manik – manik, rempah – rempah, nekara perunggu, timah, kayu dan moko.
- Penguburan jenazah dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penguburan langsung adalah penguburan jenazah yang dilakukan langsung di dalam tanah atau dimasukkan ke dalam peti di dalam tanah. Untuk penguburan tidak langsung digunakan untuk menguburkan jenazah yang masukkan pada peti berbentuk perahu sampai jenazah tersebut menjadi rangka, lalu dibersihkan dan dikuburkan kembali dalam kubur batu.
- Manusia purba pada zaman itu sangat mahir dalam mengolah logam, hal ini dapat dilihat dari hasil penemuan benda – benda peninggalan manusia purba yang berbahan dasar logam. Contohnya seperti Kalung, Gelang, anting – anting, cincin, gelang kaki, nekara, candrasa, arca dan kapak corong.
- Mereka sudah melakukan kegiatan bercocok tanam dengan sistem persawahan
- Kebudayaannya sudah semakin tinggi dan maju.
Mengapa Indonesia mendapat Julukan Museum Manusia Purba Dunia?
Mengapa indonesia mendapat julukan museum manusia purba dunia? Karena di Indonesia banyak sekali ditemukan tulang belulang dan benda-benda peninggalan hasil peradaban praaksara. Jika demikian, sudah sepatutnya kita sebagai Anak Nusantara selalu melestarikan warisan budaya Nusantara sebagai kebanggaan yang tak ternilai. Jangan lupa selalu baca update fakta dan ilmu sejarah dari Museum Nusantara!
Tidak ada komentar