Tari Tor Tor adalah salah satu budaya khas Sumatra Utara yang biasa ditampilkan saat perayaan hari besar. Busana tari Tor Tor sendiri menggunakan kain ulos berwarna. Bagi masyarakat Batak Toba, warna tersebut menyimbolkan duka cita atau kematian.
Nah, untuk memahami lebih lanjut mengenai busana tari Tor Tor, yuk simak artikel berikut sampai habis!
Sejarah Tari Tor Tor
Daftar Isi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai busana tari Tor Tor, sebaiknya cari tahu dulu tentang sejarahnya.
Tari Tor Tor adalah kesenian tradisional khas Sumatra Utara yang dianggap telah ada sejak zaman Batak Purba.
Sumber lain menyebutkan bahwa tari Tor Tor diciptakan oleh seorang seniman bernama Togarma Naibaho dan ditampilkan pada upacara panen padi, ritual penyembuhan, hingga kematian.
Di sisi lain, berdasarkan data penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam pada tahun 2022, tari Tor Tor termasuk sebagai kesenian persembahan untuk upacara-upacara tertentu, seperti penyambutan tamu, pesta pernikahan, hingga panen.
Fungsi Tari Tor Tor
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tari Tor Tor memiliki sejumlah fungsi bagi masyarakat suku Batak. Adapun fungsi tari Tor Tor yaitu sebagai berikut.
- Pengiring ritual kematian.
- Pengiring acara hajatan.
- Penyambutan tamu istimewa.
- Pengiring upacara panen padi.
- Perayaan hari besar.
- Ritual meminta petunjuk atas suatu musibah.
- Pengiring upacara pernikahan.
Busana Tari Tor Tor
Dalam menampilkan tarian Tor Tor, para penari atau disebut juga dengan istilah manortor harus mengenakan busana khusus.
Adapun busana tari Tor Tor adalah sebagai berikut.
1. Pakaian
Salah satu busana tari Tor Tor yang perlu diperhatikan adalah pakaian para manortor. Pada umumnya, busana tari Tor Tor yang digunakan oleh para penari memiliki warna hitam.
Bagi masyarakat Batak Toba, warna hitam menyimbolkan ungkapan duka cita. Di samping itu, busana tari Tor Tor yang dikenakan penari pria dan wanita juga berbeda.
Pada penari pria, busana tari Tor Tor yang dikenakan adalah ulos hitam, jas, serta celana.
Sementara itu, pada penari wanita, busana tari Tor Tor yang digunakan adalah ulos berwarna hitam, baju kebaya, serta rok.
2. Ikat Kepala
Busana tari Tor Tor berikutnya adalah ikat kepala yang terbuat dari kain ulos halus. Cara menggunakan busana satu ini adalah dengan melingkarkannya di kepala.
Di samping itu, ikat kepala untuk tari Tor Tor biasanya juga dilengkapi pernak-pernik sebagai hiasan yang berbentuk menyerupai bunga kuningan.
Pada manortor wanita, selain menggunakan ikat kepala, penari juga mengenakan tusuk konde berwarna emas.
Hal ini bertujuan untuk mempercantik para penari dan meningkatkan estetika dalam tarian.
Baca juga: Mengenal Tari Gandrung: Sejarah, Makna, Fungsi, & Keunikan
3. Kain Ulos
Terakhir, busana tari Tor Tor adalah kain ulos. Selendang khas Batak ini adalah busana tari Tor Tor yang tak boleh ditinggalkan dan melambangkan persembahan, kesakralan, serta pemersatu.
Di samping itu, kain ulos memiliki makna yang berbeda-beda pada setiap warnanya. Misalnya adalah pada kain ulos warna hitam yang menyimbolkan duka cita atau kematian.
Sementara itu, kain ulos berwarna merah melambangkan kehidupan dan putih menyimbolkan kesucian.
Nah, penggunaan kain ulos sendiri juga berbeda-beda, sesuai dengan tujuan dari tari Tor Tor. Misalnya, pada upacara kematian, kain ulos dikenakan di pundak.
Properti Lain dalam Tari Tor Tor
Selain mengenakan busana tari Tor Tor, tradisi khas Sumatra Utara ini juga memiliki properti lain yang tak kalah pentingnya.
Adapun sejumlah properti tari Tor Tor adalah sebagai berikut.
1. Alat Musik Pengiring
Salah satu properti tari Tor Tor adalah alat musik pengiringnya, yaitu Gondang Sembilan. Masyarakat adat Batak Mandailing menyebutnya sebagai Gendang Sembilan, sesuai dengan jumlahnya.
Nah, jumlah alat musik pengiring ini berbeda pada setiap daerah. Misalnya, pada masyarakat Batak Pakpak, jumlah gendang yang digunakan adalah sebanyak 8 buah.
Sementara itu, pada masyarakat suku Batak Simalungun, gendang yang dimainkan adalah sebanyak 7 buah.
Ada pula masyarakat yang hanya menggunakan 2 buah gendang, yaitu suku Batak Karo.
2. Patung Batu
Properti tari Tor Tor lainnya adalah patung batu. Properti satu ini biasanya digunakan apabila tari Tor Tor ditampilkan untuk acara ritual keagamaan.
Nah, dalam upacara keagamaan, fungsi dari patung batu ini adalah sebagai media untuk dimasuki roh leluhur agar dapat bergerak sesuai dengan irama musiknya.
Jadi, apabila tari Tor Tor dipertunjukkan untuk tujuan lainnya, maka patung batu tidak diperlukan.
3. Tas
Tas juga termasuk sebagai properti yang digunakan pada tari Tor Tor Tandok dan Sepitu Cawan. Adapun tas yang dikenakan berasal dari bahan anyaman.
Di samping itu, tas pada penampilan tari Tor Tor ini akan digunakan di penghujung pertunjukan.
4. Cawan atau Mangkuk Kecil
Properti tari Tor Tor yang terakhir adalah mangkuk kecil atau cawan. Properti ini digunakan khusus untuk tari Tor Tor Sepitu Cawan.
Jadi, para penari diharuskan membawa cawan atau mangkuk kecil yang diletakkan pada sejumlah bagian tubuhnya, mulai dari kepala, lengan, hingga telapak tangan.
Demikian sederet informasi mengenai busana tari Tor Tor beserta sejarah hingga properti lainnya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sebagai salah satu tradisi khas Sumatra Utara, busana tari Tor Tor mengenakan produk kebudayaannya, yaitu kain ulos.
Di samping itu, tarian ini banyak dipertunjukkan di berbagai acara, seperti perayaan hari besar, pengiring hajatan, hingga penyambutan tamu istimewa.
Untuk mengetahui informasi lain seputar kebudayaan Indonesia, yuk kunjungi blog Museum Nusantara!
Baca juga: Pola Tari Gending Sriwijaya, Sejarah, Makna, & Fungsi
Tidak ada komentar