1. Kerajaan
  2. Peninggalan Sejarah

Galangan Kapal VOC, Sepenggal Riwayat Bahari Masa Hindia Belanda

Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda meninggalkan jejak sejarah yang penting di Batavia. Bagaimana tidak? Batavia sempat menjadi Ibukota bagi organisasi perdagangan Hindia Belanda pada masanya, VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Salah satu poros vital keberlangsungan perekonomian VOC kala itu adalah Galangan Kapal VOC.

Jantung Perniagaan Hindia Belanda

Didirikan pada 1628, bangunan ini merupakan jantung perniagaan Hindia Belanda. Kawasan ini adalah penyokong jaringan perdagangan yang punya peran cukup strategis. Galangan Kapal VOC merupakan unsur penopang vital bagi jaringan perniagaan di dunia yang dioperasikan melalui kapal-kapal layar. Kapal-kapal baik besar maupun kecil, selalu sibuk dengan aktivitas bongkar muat di galangan serta mengantarkan barang dagangan berupa komoditi-komoditi mahal seperti rempah-rempah dan kain. Kapal-kapal besar yang akan berlayar berbulan-bulan lamanya, dipersiapkan dan diperbaiki di sini.

Tidak hanya itu, tempat bersejarah ini juga berfungsi sebagai area perkantoran bagi para pegawai administrasi, pembuat peta, kompas dan jam pasir. Tenaga-tenaga kasar seperti tukang dan pandai besi bekerja dalam bengkel dan pekarangan galangan VOC. Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kawasan ini pada masa itu. Padatnya aktivitas perdagangan yang terjadi di sini bahkan membuat Galangan Kapal VOC menjadi pusat perdagangan utama di Asia.

Kapal-kapal yang berlayar dari sini mengarungi Lautan Pasifik, Hindia dan Atlantik. Kemudian singgah di berbagai pelabuhan di dunia, antara Amsterdam dan Nagasaki, antara Hormuz (Persia) dan Pulau Banda. Dari gedung utama galangan, saudagar, nahkoda, perwira, sultan, raja, pejabat kompeni, dan duta kerajaan dari seluruh Asia mendarat dan berangkat dari tempat ini.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Pekarangan Galangan Kapal VOC memiliki batas-batas yang meliputi:

  1. Sebelah utara dibatasi oleh Jalan Pakin
  2. Pada sebelah barat dibatasi Gedung Utama
  3. Sebelah selatan dibatasi semacam gang di antara gedung kedua yang merupakan terusan dari Gedung Utama dan Gedung Baru di sebelah utara bekas Ankerwef. Gang ini sampai tahun 1749 merupakan bagian dari Kali Udang (Gamaalsrivier) yang disebut pula Chineesche Gracht.

Di seberang bangunan bersejarah tersebut, terdapat Kasteel Batavia. Kedua bangunan ini merupakan pusat kebijakan politik dan ekonomi.

Sebuah peta karya Clement de Jonghe menggambarkan bentuk gedung Galangan VOC ini. Gedung utamanya membentuk huruf U. Arsitektur di dalamnya disinyalir mirip dengan gedung-gedung pada abad 17, membuatnya didapuk sebagai satu dari deretan gedung-gedung tua di Jakarta. Konstruksi bangunan terbilang kuat dan pilar-pilarnya mirip seperti pilar gereja Portugis.

Berpindah kepemilikan ke Susilawati (Then Tjuk Lan)

Selepas berakhirnya zaman kolonial, berarti tamat pula perjalanan Galangan Kapal VOC. Lantas pada 1997, Susilawati (Then Tjuk Lan) membeli gedung galangan ini. Meski kondisi gedung sudah rusah dan hampir ambruk, tetapi ia mengaku telah jatuh cinta pada bangunan bersejarah ini. Ide untuk menghidupkan kembali situs sejarah ini berputar-putar di kepalanya. Setahun kemudian tepatnya di 1998, ia melakukan pemugaran untuk memperbaiki sisi-sisi gedung yang rusak tanpa mengubah struktur bangunan aslinya. Tiang kayu penyangga di tengah ruangan lantai dasar dan lantai dua tetap dipertahankan.

Pada 1999 pemugaran selesai, kemudian tempat bersejarah ini dialihfungsikan menjadi kafe di lantai satu, restoran, gallery dan ruang serbaguna di lantai dua. Walau telah berusia dua ratus tahun lebih, tetapi kondisi kayu pada atap masih kokoh dan baik. Galangan Kapal VOC ini secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu Gedung Utara dan Gedung Selatan. Perbaikan dilakukan dengan penggantian pondasi dan kolom yang sebelumnya berbahan batu bata dan kayu jati, kini menjadi berbahan beton. Balok-balok penyangga lantai yang keropos di Gedung Utara, diperbaiki dengan memakai kayu jati baru.

Sementara di Gedung Selatan, perbaikan dilakukan pemilik dengan membangun dua lantai beton yang baru. Semula hanya ada satu lantai menjadi tiga lantai. Bumbungan atap juga dinaikkan agar ketinggiannya sama dengan Gedung Utara.

Festival Jakarta 1998 yang berujung kecewa

Susilawati begitu antusias menerima permintaan Gubernur Jakarta kala itu, Subagyo, yang menginginkan Festival Jakarta digelar di Galangan Kapal VOC. Bukan apa-apa, Susilawati berpikir acara besar ini adalah jalan pembuka untuk memperkenalkan dan menghidupkan bangunan bersejarah ini menjadi kawasan wisata. Ia pun membiayai penuh festival itu. Dengan optimisme yang meluap, ia lalu membayar 120 pekerja yang telah dibayar di muka selama 2 bulan. Selama hampir sepekan, ada sekitar enam truk yang mesti mondar-mandir untuk membersihkan barang bekas, puing dan sampah. Kali ini Susilawati tak ingin mengecewakan pengunjung barang sedikit.

Namun kenyataan pahit itu tiba. Mei 1998 Jakarta dilanda amuk massa. Usaha Susilawati pun gulung tikar. Akan tetapi ia tak putus asa. Restorasi bangunan tetap ia lanjutkan.

Satu cita-cita mulianya. Ia ingin Galangan Kapal VOC bisa menjadi serambi bagi kesenian, budaya dan tradisi yang berkembang di Jakarta pada abad ke-18. Ia menyayangkan Pemprov DKI Jakarta atau Pemkot Jakarta Utara yang masih kurang peduli akan semua usahanya itu. Silih berganti para petinggi datang menjanjikan perbaikan infrastruktur jalan, penerangan dan pembuatan rute kendaraan pariwisata. Mereka juga pernah berjanji untuk membantu meramaikan bangunan bersejarah tersebut dengan bermacam kegiatan dalam rangka pelestarian cagar budaya. Namun semua itu nyatanya hanya janji kosong belaka. Susilawati tetap harus menanggung perawatan bangunan bersejarah miliknya itu. Sendirian.

Sepenggal riwayat bahari Hindia Belanda yang terlupakan

Kini, Susilawati tak punya lagi motif ekonomi untuk menghidupkan bangunan VOC ini. Ia bahkan sempat berniat untuk menjual bangunan bersejarah itu. Tidak bisa bermimpi lebih banyak lagi. Tempat ini sejatinya terletak berdampingan dengan empat cagar budaya lain, yaitu Menara Syahbandar, Pasar Ikan Heksagon, Museum Bahari, serta Pelabuhan Sunda Kelapa. Namun sayang, kelima cagar budaya eksotis itu tak berkesinambungan satu sama lain. Tempat bersejarah yang menjadi saksi kejayaan bahari pada zaman Hindia Belanda, sepenggal riwayat, Galangan Kapal VOC, telah terlupakan.

Lokasi dan Rute

Galangan Kapal VOC terletak di Jalan Kakap No. 1-3 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi gedung ini berada di barat daya Menara Syahbandar Sunda Kelapa atau selatan Museum Bahari.

Untuk mencapai bangunan bersejarah ini Anak Nusantara dapat menggunakan kendaraan pribadi, dimulai dari Monas, maka rutenya sebagai berikut.

  1. Berjalanlah ke arah barat daya menuju ke Jalan Medan Merdeka Barat
  2. Ambil Jl. Gajah Mada ke Jl. Kali Besar, belok sedikit ke kiri ke Jl. Majapahit
  3. Terus kanan untuk melanjutkan di Jl. Gajah Mada, ikuti rambu ke Tomang / Slipi / Gajah Mada / Kota
  4. Belok kanan ke Jl. Kali Besar Barat
  5. Gunakan jalur tengah untuk belok kanan setelah PT. Asuransi Wahana Tata (di sebelah kiri), lanjutkan di Jl. Kali Besar Tim.
  6. Belok kiri ke Jl. Tiang Bendera
  7. Belok kanan di Jl. Kali Besar Barat
  8. Belok sedikit ke kanan, di sebelah kiri Anda akan melihat Gedung Galangan Kapal VOC

Baca juga:

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Galangan Kapal VOC, Sepenggal Riwayat Bahari Masa Hindia Belanda

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]