1. Peninggalan Sejarah

Upacara Kasada: Tata Cara, Sejarah, dan Makna

Upacara Kasada atau Hari Raya Radya Kasada merupakan upacara penyucian alam yang dipersembahkan kepada leluhur. Upacara Kasada berasal dari daerah Gunung Bromo,Ngadisari, Jawa Timur. Pelaksanaanya dilakukan oleh Suku Tengger yang menganut agama Hindu. Upacara ini rutin dilakukan selama satu tahun sekali. Tepatnya berlokasi di Pura Luhur Poten di lereng Gunung Bromo. Poten sendiri merupakan sebidang lahan lautan pasir, yang terdiri dari 3 bangunan, seperti candi untuk pemujaan.

Tujuan dari diadakan upacara ini adalah sebagai persembahan kepada leluhur atau Hyang Widhi, agar terhindar dari musibah, keberkahan dan keselamatan. Pelaksanaanya dilakukan dengan berjalan ramai beriringan menuju kawah gunung, disertai membawa sesajen untuk dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.

Pada artikel kali ini, munus juga akan merangkum lebih lengkap lagi kapan tanggal pelaksanaan, makna, sejarah, dan proses pelaksanaan Upacara Kasada. Mari simak selengkapnya  di bawah ini :

Suku Tengger

Suku Tengger yang sedang melakukan upacara kasada
upacara kasada: suku tengger, foto oleh romadecade,org

Suku Tengger merupakan suku yang memeluk agama Hindu lama yang tinggal di lereng Gunung Bromo. Bedanya dengan pemeluk agama Hindu pada umumnya, yang beribadat di candi-candi. Suku Tengger melakukan peribadatan di punden, danyang, dan poten. Nama suku tengger diambil dari Legenda Rara Anteng dan Joko Tengger, tepatnya kalimat akhirnya, yaitu -Teng dan -Ger, maka disebutlah Tengger.

Artikel Terkait

  • Badan Usaha: Pengertian, Jenis-Jenis & Bentuknya
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on Maret 12, 2024 at 12:34 am

    Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat perekonomian suatu negara adalah dengan mendirikan badan usaha. Suatu negara dapat dikatakan maju apabila tingkat kesejahteraan masyarakat tinggi. Hal ini tentunya tidak kalah jauh dengan taraf ekonomi dan sosial yang baik. Pendekatan yang nyata untuk mewujudkannya adalah dengan melihat bagaimana perkembangan bahan usaha tersebut.  Kawan literasi, asal kalian tahu The post Badan Usaha: Pengertian, Jenis-Jenis & Bentuknya appeared first on Sma Studioliterasi.

  • Mengenal Lebih Jauh Proses terjadinya Pelangi
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on Maret 10, 2024 at 7:11 am

    Berbicara mengenai fenomena alam. Salah satu fenomena yang indah untuk kita lihat adalah pelangi. Wah, sekarang kan lagi musim penghujan tuh, pasti kalian sering banget melihat pelangi setelah hujan reda? Mungkin dari kalian bertanya-tanya, bagaimana proses terjadinya pelangi? Apa yang membuat warnanya beragam dan terlihat indah di angkasa?  Nah, kalian nggak salah untuk membuka situs The post Mengenal Lebih Jauh Proses terjadinya Pelangi appeared first on Sma Studioliterasi.

  • Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan & Dampaknya
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on Maret 8, 2024 at 2:50 am

    Pasca kemerdekaan Indonesia, Indonesia tidak sepenuhnya merdeka, lho. Masih ada upaya-upaya Belanda ingin menjajah dan menduduki negara Indonesia. Maka dari itu, para pemuda Indonesia tidak ingin hal tersebut terjadi. Sehingga, terbentuklah Konferensi Meja Bundar (KMB) atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Nederlands-Indonesische ronde tafel conferentie. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih lanjut konferensi The post Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan & Dampaknya appeared first on Sma Studioliterasi.

  • Bank Sentral: Pengertian, Wewenang & Contoh Banknya di Dunia
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on Maret 5, 2024 at 11:46 pm

    Awal mula munculnya bank sentral adalah pembangunan sebuah firma pada tahun 1690, saat itu kerajaan Inggris ingin membangun infrastruktur yang kuat untuk armada laut. Nah, tapi nyatanya tidak semudah itu lho guys. Pemerintahan Inggris tidak mempunyai pendanaan yang memadai untuk membangunnya. Selanjutnya, muncullah gagasan William Paterson yang kemudian direalisasikan oleh Charles Montagu yaitu membentuk sebuah The post Bank Sentral: Pengertian, Wewenang & Contoh Banknya di Dunia appeared first on Sma Studioliterasi.

Masyarakat Tengger masih sangat kental dalam melakukan ritual dan upacara adat, meskipun saat ini sudah memasuki masa globalisasi. Bagi Suku Tengger, upacara adat adalah sebagai wujud rasa syukur Masyarakat Tengger Kepada tuhan. Ada berbagai macam jenis upacara adat di Suku Tengger. Antara lain upacara meminta berkah, menjauhkan malapetaka, upacara wujud syukur. Salah satunya adalah Upacara di hari Raya Radya Kasada.

Sejarah Upacara Kasada

Konon, Sejarah Upacara Kasada, dimulai ketika pada zaman dahulu terdapat sepasang suami istri bernama Jaka Seger  ( Putra Brahmana) dan Rara Anteng (Putra dari Raja Majapahit). Mereka bersatu dari latar belakang status sosial yang berbeda. Jaka Seger merupakan pemuda dari Tengger, dan Rara Anteng merupakan keluarga Majapahit.

Setelah bertahun-tahun menikah, mereka tak kunjung memiliki keturunan. Keduanya melakukan semedi untuk meminta keturunan kepada Sang Hyang Widhi penunggu Gunung Bromo. Mereka berjanji, apabila doanya terkabul, akan melakukan pengorbanan  anak bungsu kepada Kawah Gunung Bromo.

Sampai pada akhirnya,doa mereka terkabul dan dikaruniai keturunan. Namun, Jaka Seger dan Rara Anteng melanggar janji, hingga Hyang Widhi marah, semua kawasan Bromo Menjadi Gelap.

Saat itu juga, Kawah Bromo menjilatkan Api merahnya, seketika anak bungsu mereka yang bernama Kusuma lenyap masuk ke dalam Kawah Api. Tiba-tiba terdengar suara ghaib, yang berbunyi “Saudara-saudaraku, aku telah dikorbankan kepada Hyang Widhi dan orang tua kita untuk menyelamatkan kalian. Hiduplah dengan damai dan tentram, sembah lah Hyang Widhi. Dan aku ingatkan setiap tanggal 14 Bulan Kasada, berilah persembahan untuk Kawah Gunung Bromo. Kisah itulah yang menjadi permulaan pelaksanaan Upacara Kasada tiap tahunnya oleh Masyarakat Suku Tengger.

Versi lain dari sejarah diadakannya Upacara Kasada berbeda pada saat proses pengorbanan anak bungsunya. Di versi cerita ini, ketika pasangan Jaka Seger dan Rara Anteng memiliki keturunan sebanyak dua puluh lima anak, mereka berjanji kepada Hyang Widhi akan mengorbankan salah satu anaknya untuknya. Mereka dengan senang hati menikmati proses membesarkan anak mereka.

Waktu berlalu hingga semua anaknya telah dewasa dan tampaknya pasangan suami isteri itu lupa akan janjinya kepada Hyang Widhi. Suatu ketika mereka langsung teringat dan mengumpulkan seluruh anaknya. Kemudian mereka memberitahu kepada anak-anaknya terkait perjanjian yang mereka buat dengan penjaga Gunung Bromo tersebut.

Setelah memberitahukan kepada semua anaknya, mereka menanyakan apakah ada yang bersedia untuk mengorbankan diri mereka. Namun, tidak ada yang bersedia kecuali satu orang yaitu si anak bungsu yang bernama Kusuma. Sebagai orang tua, Jaka Seger dan Rara Anteng sebenarnya tidak tega untuk mengorbankan anak-anaknya, khususnya di bungsu yang merupakan anak kesayangan dari keduanya. 

Pada akhirnya, persembahan untuk Hyang Widhi dilakukan oleh si bungsu. Pada saat si bungsu tersebut menumbalkan dirinya, kata-kata yang diucapkan kurang lebih sama dengan kata pada cerita versi pertama. Ia menghimbau agar seluruh masyarakat Tengger hidup dengan satu sama lain.

Makna upacara Kasada

Menurut kepercayaan setempat, Makna Upacara Kasada adalah bentuk penghargaan kepada alam Bromo atas keindahan alamnya. Maka dari itu rakyat Suku Tengger sangat menjaga kebersihan dan alam wilayah Gunung Bromo.

Makna lainya, masyarakat Tengger beranggapan bahwa Bromo merupakan pusat Dunia. Hal ini merupakan anggapan turun-temurun. Sehingga seluruh pembangunan rumah dan sanggar menghadap ke arah bromo.

Tanggal Pelaksanaan Kasada

Tanggal Pelaksanaan  Kasada adalah antara hari ke-14,15 dan 16 pada bulan 10 penanggalan jawa, atau biasa disebut Bulan Kasada. Lebih tepatnya lagi,  saat bulan purnama muncul.  Untuk waktu pelaksanaan Kasada dimulai dari tengah malam hingga menjelang dini hari. 

Tiga Tempat Penting Upacara Kasada

Selama Proses Upacara Kasada dilakukan di tiga tempat penting. 

Rumah Dukun Adat

Tempat pertama untuk mengawali kegiatan upacara Kasada adalah rumah dukun adat. Di rumah tersebut, orang yang disebut sebagai dukun adat atau dukun pandita melakukan semeninga. Semeninga sendiri adalah persiapan yang dilakukan untuk memberitahu para Dewa bahwa upacara sudah siap untuk dilaksanakan.

Pura Luhur Poten

Poten adalah lautan padang pasir,  untuk prosesi upacara. Pura luhur poten sendiri juga memiliki 3 tempat penting, yaitu:

  • Mandala Utama, tempat pemujaan persembahyangan. Terdiri dari Padma, berbentuk serupa dengan candi dilengkapi dengan pepalihan, namun tidak memiliki atap yang terdiri dari bagian kaki, tepas, badan dan kepala.
  • Mandala Madya, merupakan bagian tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara. Terdiri dari bagian bangunan Kori Agung Candi Bentar, dan Bale Kentongan.
  • Mandala Nista, sisi peralihan bagian luar menuju dalam poten. Terdapat candi bentar dan bangunan penunjang lainnya.

Kawah Gunung Bromo

Kegiatan inti dari upacara Kasada dilangsungkan di kawah gunung Bromo. Sesampainya di kawah, sesaji yang telah dibawa oleh masyarakat pada akhirnya dilemparkan ke kawah sebagai bentuk rasa syukur. 

Dukun Pandita

Dalam pelaksanaannya, Upacara Kasada memiliki tujuan lain selain sebagai upacara pemujaan. Momen ritual kasada ini juga dijadikan sebagai ajang tes dukun baru. Calon Dukun Pandita yang mengikuti tes haruslah memenuhi persyaratannya agar menjadi dukun adat. Persyaratan untuk menjadi dukun Pandita adalah mereka harus bisa membacakan mantera tanpa ada kesalahan sekecil apapun.

Pada dasarnya, para calon dukun tersebut merupakan orang yang ditunjuk oleh masyarakat karena perilakunya yang memenuhi syarat untuk menjadi dukun adat. Selanjutnya dari rekomendasi masyarakat, kepala desa akan mendatangi rumah orang tersebut guna membujuknya untuk bersedia mengikuti pemilihan dukun baru. Meskipun siapa saja dapat mencalonkan dirinya secara individu, namun hingga sekarang tidak ada yang berani untuk mencalonkan dirinya sendiri.

Calon dukun pandita ditetapkan jauh-jauh hari sebelum ritual Kasada. Pembuktian dari calon tersebut nantinya akan dilaksanakan pada saat upacara Kasada berlangsung sekaligus sebagai upacara pelantikannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tes yang diterapkan adalah membaca mantra dengan tepat dan juga dapat memimpin jalannya upacara dengan baik.

Tata Cara & Tahapan Upacara Kasada

Upacara Kasada Tradisi suku Tengger di Gunung Bromo
Upacara Kasada di Gunung Bromo Jawa Timur, foto oleh jelajahnesia

Proses Upacara Kasada diawali berkumpulnya masyarakat Tengger, dengan membawa hasil tani dan ternak yang dibawa menggunakan tempat bernama Ongkek. Ongkek sendiri sengaja dibuat khusus untuk keperluan Upacara Kasada. Hasil tani dan ternak itulah yang nantinya akan dilemparkan ke kawah Bromo sebagai persembahan.

Tahapan-tahapan Proses Upacara Kasada perlu dilaksanakan secara runtut. Dimulai dari ritual Puja, Manggala Upacara, Ngulat Umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi dan terakhir persembahan sesaji ke kawah Gunung Bromo.

Setelah Ongkek siap, seluruh Umat Hindu Tengger, berjalan dari Pendopo Agung menuju Pura Luhur Poten. Perjalanan tersebut berjarak sekitar 8 km. Saat di lokasi Pura Luhur Poten, masyarakat diperintahkan  singgah terlebih dahulu untuk diberikan mantra keselamatan oleh dukun. Kemudian dengan iringan gamelan dan penerangan obor, satu persatu sesajen dilemparkan ke kawah gunung. Upacara ini kemudian diakhiri penampilan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari.

Uniknya, ritual yang dilakukan suku Tengger ini dijadikan sebagai momentum bagi para pengemis dan suku Tengger yang tinggal di pedalaman untuk berebut mendapatkan ongkek yang berisi sesajen itu. Tidak main-main, banyak masyarakat yang bahkan sengaja datang dari jauh-jauh hari guna dapat tempat singgah sementara di sekitar Bromo.

Kesimpulan

Upacara Kasada yang dilakukan oleh suku Tengger yang beragama Hindu dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Ritual ini dilakukan sebagai penyucian terhadap keindahan Gunung Bromo dan juga untuk menyembah Hyang Widhi yaitu dewa yang menjaga Gunung Bromo. Upacara adat keagamaan seperti ini patutlah untuk dilestarikan dan dimaknai dengan sebaik-baiknya. 

Artikel menarik lainnya tentang Jawa Timur :

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Upacara Kasada: Tata Cara, Sejarah, dan Makna

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Busur panah telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia selama berabad-abad. Seni memanah telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap menjadi bagian dari budaya dan tradisi bangsa. Artikel ini akan mengenalkan Anda pada berbagai bentuk busur panah yang ada di Indonesia, serta memberikan wawasan tentang pentingnya seni memanah dalam masyarakat Indonesia. Apa Itu Busur […]

    Trending

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]
    Alat musik gambus adalah salah satu alat musik tradisional Riau yang dimainkan dengan cara dipetik. Menurut sejarah, musik tradisional ini lekat dengan budaya islam. Bentuknya memang sekilas mirip dengan gitar, namun cara memainkan gambus ini sedikit berbeda, Anak Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh tentang alat musik gambus dan cara memainkannya, simak artikel Museum Nusantara kali […]
    Selama berabad-abad, Indonesia telah menjadi rumah bagi keberagaman budaya yang kaya, termasuk seni tari tradisional yang memukau. Tari tradisional Indonesia bukan hanya sekadar gerakan-gerakan artistik yang menakjubkan, tetapi juga mewakili identitas, sejarah, dan nilai-nilai masyarakat di berbagai daerah. Tari Sirih Kuning adalah salah satu jenis tarian tradisional yang memiliki akar budaya kuat bagi masyarakat Betawi. […]