1. Candi
  2. Kerajaan

Candi Kalasan : Sejarah, Harga, Lokasi, Rute & Jam Buka

Wisata sejarah Candi Kalasan di Yogyakarta adalah salah satu candi yang harus Anak Nusantara kunjungi. Kekayaan alam Jogja yang sebanding dengan budaya juga sejarah di setiap sudut kota Daerah Istimewa Yogyakarta spesial untuk dikunjungi. Banyak bangunan bersejarah seperti candi dan museum kebudayaan yang laris dijadikan tujuan wisatawan untuk menghabiskan waktu di Yogyakarta. Bangunan bersejarah yang sering dicari wisatawan adalah candi. Candi di Yogyakarta memang banyak, terlebih wilayah Yogyakarta yang dipercaya menjadi pusat peradaban kerajaan terbesar di Jawa.

Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan candi bercorak Buddha yang terletak di wilayah Sleman. Bangunan Candi peninggalan Budha ini terkenal karena keindahan bangunan dan tingkat kehalusan pahatan yang menarik untuk diketahui. Candi tersebut juga punya keunikan lain yang hanya ada disana. Penasaran dengan keindahan lainnya yang ada di candi ini? Yuk simak artikel tentang Candi Kalasan berikut.

Sejarah Candi Kalasan

Awal mula cerita sejarah Candi Kalasan tertulis pada Prasasti Kalasan (778 M) yang menggunakan bahasa Sanskerta. Pada prasasti tersebut bercerita bahwa Maharaja Tejapurnama Panangkarana atau Rakai Panangkaran diberi perintah oleh pemuka agama Wangsa Syailendra. Isi perintah itu adalah untuk mendirikan bangunan suci yang digunakan untuk memuja Dewi Tara (Tarabhawana). Tak hanya itu namun juga sebuah vihara untuk pendeta Buddha yang ada pada saat itu. Menurut Prasasti Kalasan, Rakai Panangkaran adalah putra dari Raja Sanjaya, pemimpin Kerajaan Mataram Hindu. 

Rakai Panangkaran melaksanakan perintah pemuka agama untuk membangun bangunan suci. Bangunan suci itu berupa candi dan vihara di Desa Kalasan. Hal ini dikemukakan setelah ia naik tahta menjadi raja kedua untuk Kerajaan Mataram Hindu. Tujuan pembangunan Candi Kalasan secara keseluruhan adalah menyediakan tempat pemujaan umat Budha kepada Dewi Tara. Sehingga Candi Kalasan bercorak Budha. Selain itu Prasasti Kalasan juga menyebutkan bahwa Wangsa Syailendra yang menganut Buddha sudah condong ke aliran Hindu Tantryana. Terlihat dari kesamaan karakteristik beberapa candi yang dibangun pada masa itu.

Artikel Terkait

  • Contoh Gotong Royong di Rumah, Mari Terapkan!
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 6, 2024 at 8:53 am

    Rumah merupakan tempat pertama untuk memulai suatu pembelajaran. Termasuk dalam hal gotong royong  Harapannya begitu terjun pada lingkungan masyarakat, kamu paling tidak sudah mengerti arti singkat mengenai hal tersebut. Memang kalau penerapannya contoh gotong royong di rumah seperti apa saja? Selengkapnya bisa kamu baca pada artikel yang dibuat khusus untuk Sobat Literasi. Check it out! Artikel Contoh Gotong Royong di Rumah, Mari Terapkan! pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Contoh Gotong Royong di Sekolah, Mudah Diterapkan!
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 4, 2024 at 10:28 pm

    Sayang banyaknya nilai-nilai modern, membuat sejumlah nilai tradisional mulai tergeserkan. Salah satunya, gotong royong. Sekarang ini sudah mulai jarang kegiatan yang menggunakan unsur tersebut. Maka tidak heran, mungkin generasi ini tidak memahami dan ketahui Salah satu tempat mereka bisa belajar hal itu dengan diajarkan di sekolah. Melalui beberapa aktivitas yang sifatnya dikerjakan bersama-sama. Untuk contoh Artikel Contoh Gotong Royong di Sekolah, Mudah Diterapkan! pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Budi Pekerti: Etika Wajib Bangsa Indonesia
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 4, 2024 at 2:38 am

    Budi pekerti merupakan etika wajib yang dimiliki oleh semua warga Indonesia. Hal ini berkaitan dengan moral yang menuntun kita dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesama. Apabila seseorang tidak memiliki atau menjalankan prinsip budi pekerti seperti mestinya maka akibatnya banyak perilaku negatif yang terjadi pada sekitar. Penjelasan tentang materi ini bisa Sobat Literasi baca pada artikel Artikel Budi Pekerti: Etika Wajib Bangsa Indonesia pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Yuk, Mengenal Bagaimana Cara Memahami Contoh Teks Ulasan
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on April 4, 2024 at 2:05 am

    Pernahkan kalian memperhatikan sebuah ulasan yang terkandung di dalam buku, musik, atau novel? Mengapa diharuskan ada sebuah ulasan? Ulasan tersebut sangat berguna untuk kemajuan sebuah karangan literasi atau sebuah karya. Tanpa adanya ulasan yang mendukung, maka kualitas kepenulisan buku, musik, atau novel tidak ada kemajuan. Berikut kami sampaikan pengertian teks ulasan, struktur, beserta contoh teks The post Yuk, Mengenal Bagaimana Cara Memahami Contoh Teks Ulasan appeared first on Sma Studioliterasi.

prasasti kalasan
Prasasti Kalasan, oleh blogspot/EpigraphyCorner

Pemugaran tak Kunjung Selesai

Beberapa ahli purbakala menyebutkan bahwa candi peninggalan Budha ini telah dipugar sebanyak tiga kali sejak tahun 1920 – 1930an. Hal ini dibuktikan pada bagian 4 sudut kaki candi yang menonjol. Candi Kalasan bercorak Budha masih digunakan sebagai tempat pemujaan Dewi Tara oleh umat Budha aliran Tantrayana. Secara keseluruhan bangunan candi ini berbentuk persegi dengan ukuran 45 m x 34 m. 

restorasi
Restorasi Candi Kalasan Yogyakarta, oleh IG @murdipto_abi

Keunikan Struktur Bangunan Candi

Di sepanjang dinding candi peninggalan Budha ini kamu akan melihat relung atau cekungan yang berisi berbagai jenis arca. Pada bagian atas relung-relung selalu berhiaskan pahatan motif Kala. Juga terdapat hiasan yang menyerupai sosok dewa sedang berdiri memegang bunga teratai di bagian kiri dan kanan atas pintu relung-relung. 

Bagian atas tubuh candi juga tak kalah unik. Bagian tersebut berbentuk kubus yang secara tersirat melambangkan puncak Meru dengan dilengkapi 52 stupa setinggi 4,6 m yang mengelilinginya. Jika kamu lebih memperhatikan struktur bangunan candi bercorak Budha ini, kamu akan menemukan relief menyerupai makhluk kerdil. Ini adalah mitos Budha yang bernama Gana di antara atap dan tubuh candi. 

relief gana
Contoh Relief Gana, oleh Indu Kirana blogspot

Candi peninggalan Budha ini memiliki atap berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Dimana pada tingkat pertama memiliki relung-relung yang berisikan arca Manusi Budha. Sedangkan pada tingkat kedua memiliki relung-relung yang berisikan arca Dhyani Budha. Apabila kamu melihat atap dari dalam bangunan candi, puncak atap terlihat seperti kerucut yang berlubang. Puncak atapnya terlihat seperti lubang yang seharusnya di puncak atap berbentuk stupa. Namun hingga kini proses rekonstruksi terhambat karena banyak batu asli yang tidak ditemukan di sekitar candi.

Jika menelusuri ke bagian dalam bangunan candi, kamu akan menemukan konstruksi bangunan yang terlihat lebih tua dari Candi Kalasan. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada bangunan lain yang sudah terlebih dahulu dibangun sebelum candi ini. Secara keseluruhan ruangan dalam candi berbentuk persegi yang memiliki pintu utama di sebelah timur. Dipercaya juga bahwa di ruangan tersebut dulunya merupakan tempat bersemayamnya patung Dewi Tara yang terbuat dari perunggu setinggi 6 meter.

Baca Juga : Candi Mendut, Peninggalan Sejarah Bercorak Budha

Relief Candi Kalasan

Candi bercorak Budha ini memiliki keunikan yang hanya bisa ditemukan di candi tersebut, yaitu penggunaan bajralepa. Lapisan Penutup candi tersebut sejenis dengan plesteran di bagian ukiran atau relief dinding candi. Bajralepa berguna untuk melindungi bangunan candi dari lumut dan jamur. Berdasarkan buku sejarah milik Bernet Kempers, pembangunan candi yang punya ukiran atau relief yang rapi dan halus menunjukkan bahwa pemahat dan “ahli plester” itu terbaik selama kejayaan kerajaan Hindu dan Budha.

relief
Relief pada Dinding Candi Kalasan, oleh IG @life_of_hasti

Selain itu, candi bercorak Budha ini dulunya dipercaya tertutup lapisan stucco layaknya candi lainnya. Tidak hanya dimiliki oleh Candi Kalasan, konstruksi bangunan beserta relief tersebut juga dimiliki oleh Candi Sari. Asal usul kesamaan karakteristik kedua bangunan candi peninggalan Budha tersebut adalah peran Rakai Panangkaran yang mendirikan bangunan suci pemujaan. Terdapat Dewi Tara, Candi Kalasan, dan vihara yang kini menjadi Candi Sari di waktu yang bersamaan. 

Anak Nusantara dapat menikmati keindahan candi bercorak Budha ini di sebelah selatan candi. Disana terdapat Banaspati berukuran besar dengan lajur yang tegak lurus, berhiaskan sulur dan makara. Hal tersebut merupakan hasil kesenian Jawa terbaik pada masa Hindu-Budha. Makara yang ada menghadap ke luar dan ke dalam. Juga di atas kepala Kala ada lukisan berbentuk atap candi yang tinggi.

Lokasi dan Rute Menuju Wisata Kalasan

Lokasi candi bercorak Budha ini berada di Jalan Raya Yogya – Solo, Desa Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta, candi tersebut berjarak sekitar 16 kilometer ke arah timur. Akses menuju kawasan candi juga termasuk mudah dijangkau karena dekat jalan raya utama. Hanya dengan menggunakan moda transportasi, baik motor, mobil, hingga bus sudah bisa sampai di lokasi.

Apabila kamu datang dari arah pusat Kota Yogyakarta, kamu bisa melewati Jalan Tukangan. Setelah itu, belok kiri ke Jalan Kusbini untuk bisa ke Jalan Langensari. Setelah itu kamu ambil jalur kanan menuju Jalan Laksda Adisucipto / Jalan Raya Solo – Yogyakarta. Tujuan anda berada di sebelah kanan jalan, sehingga anda harus putar balik dengan ambil lajur kanan. Tidak jauh dari tempat putar balik tadi, belok ke kiri untuk sampai di kawasan Candi Kalasan.

candi kalasan jogja
Candi Kalasan Sleman Yogyakarta, oleh IG @jogjamobil

Jam Buka dan Harga Tiket Candi Kalasan

Hari Jam Operasional
Senin – Minggu 07.00 – 17.00 WIB
Kategori Harga Tiket
Wisatawan LokalRp 5.000 / orang
Wisatawan MancanegaraRp 10.000 / orang
Parkir MotorRp 5.000 / unit
Parkir MobilRp 10.000 / unit
Parkir BusRp 20.000 / unit

Baca Juga : Candi Sari, Vihara Pendeta Budha yang Indah namun Tersembunyi

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Candi Kalasan : Sejarah, Harga, Lokasi, Rute & Jam Buka

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Selama berabad-abad, Indonesia telah menjadi rumah bagi keberagaman budaya yang kaya, termasuk seni tari tradisional yang memukau. Tari tradisional Indonesia bukan hanya sekadar gerakan-gerakan artistik yang menakjubkan, tetapi juga mewakili identitas, sejarah, dan nilai-nilai masyarakat di berbagai daerah. Tari Sirih Kuning adalah salah satu jenis tarian tradisional yang memiliki akar budaya kuat bagi masyarakat Betawi. […]

    Trending

    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]
    Nekara dan moko ialah contoh artefak perunggu yang terkenal dari zaman prasejarah di Indonesia, tepatnya pada zaman logam. Memang kalau sekilas kita lihat memiliki beberapa kesamaan. Bahkan pada beberapa sumber sering kali menyebutkan kalau moko merupakan nama lain dari nekara. Ternyata, keduanya tidak sama dan terdapat perbedaan. Artikel ini bakal mengulas perbedaan yang signifikan pada […]
    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]