1. Candi
  2. Informasi

Candi Cangkuang: Simbol Sejarah Toleransi Agama di Garut

Halo anak Nusantara! Sebelum berbentuk republik seperti saat ini, Indonesia pernah terbagi dalam beberapa wilayah kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia dapat dilihat melalui beberapa peninggalan yang masih dapat disaksikan sampai saat ini. Salah satu peninggalan zaman kerajaan tersebut adalah candi. Kesempatan kali ini kita akan membahas Candi Cangkuang.

Candi ini adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Hindu di Indonesia. Simak uraian Museum Nusantara mengenai candi bercorak Hindu ini!  

Mengenal Candi Cangkuang Garut, Simbol Toleransi & Akulturasi 

Candi Cangkuang Garut, Simbol Toleransi & Akulturasi  (sumber: Kompas)
Candi Cangkuang Garut, Simbol Toleransi & Akulturasi (sumber: Kompas)

Candi Cangkuang berada di Kabupaten Garut, lebih tepatnya di Kampung Pulo, Kecamatan Leles, desa Cangkuang. Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa candi ini terletak. ‘Cangkuang’ sendiri memiliki arti sebuah nama tanaman sejenis pandan yang banyak tumbuh di daerah sekitar candi. 

Desa Cangkuang sendiri dikelilingi oleh 4 gunung, yaitu Gunung Kaledong, Gunung Haruman, Gunung Guntur, dan Gunung Mandalawangi. Letak dari candi ini yaitu di tengah pulau di danau Cangkuang.  Karena letaknya yang berada di tengah danau yang bernama Situ Cangkuang untuk menuju candi ini diperlukan menggunakan sampan. Dari pusat Kota Garut, kalian hanya perlu menempuh jarak 3 kilometer untuk menuju kawasan ini.

Artikel Terkait

  • Contoh Gotong Royong di Rumah, Mari Terapkan!
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 6, 2024 at 8:53 am

    Rumah merupakan tempat pertama untuk memulai suatu pembelajaran. Termasuk dalam hal gotong royong  Harapannya begitu terjun pada lingkungan masyarakat, kamu paling tidak sudah mengerti arti singkat mengenai hal tersebut. Memang kalau penerapannya contoh gotong royong di rumah seperti apa saja? Selengkapnya bisa kamu baca pada artikel yang dibuat khusus untuk Sobat Literasi. Check it out! Artikel Contoh Gotong Royong di Rumah, Mari Terapkan! pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Contoh Gotong Royong di Sekolah, Mudah Diterapkan!
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 4, 2024 at 10:28 pm

    Sayang banyaknya nilai-nilai modern, membuat sejumlah nilai tradisional mulai tergeserkan. Salah satunya, gotong royong. Sekarang ini sudah mulai jarang kegiatan yang menggunakan unsur tersebut. Maka tidak heran, mungkin generasi ini tidak memahami dan ketahui Salah satu tempat mereka bisa belajar hal itu dengan diajarkan di sekolah. Melalui beberapa aktivitas yang sifatnya dikerjakan bersama-sama. Untuk contoh Artikel Contoh Gotong Royong di Sekolah, Mudah Diterapkan! pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Budi Pekerti: Etika Wajib Bangsa Indonesia
    by Amanda Rayta (Studio Literasi) on April 4, 2024 at 2:38 am

    Budi pekerti merupakan etika wajib yang dimiliki oleh semua warga Indonesia. Hal ini berkaitan dengan moral yang menuntun kita dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesama. Apabila seseorang tidak memiliki atau menjalankan prinsip budi pekerti seperti mestinya maka akibatnya banyak perilaku negatif yang terjadi pada sekitar. Penjelasan tentang materi ini bisa Sobat Literasi baca pada artikel Artikel Budi Pekerti: Etika Wajib Bangsa Indonesia pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Yuk, Mengenal Bagaimana Cara Memahami Contoh Teks Ulasan
    by Mirza Sufi Kusuma (Sma Studioliterasi) on April 4, 2024 at 2:05 am

    Pernahkan kalian memperhatikan sebuah ulasan yang terkandung di dalam buku, musik, atau novel? Mengapa diharuskan ada sebuah ulasan? Ulasan tersebut sangat berguna untuk kemajuan sebuah karangan literasi atau sebuah karya. Tanpa adanya ulasan yang mendukung, maka kualitas kepenulisan buku, musik, atau novel tidak ada kemajuan. Berikut kami sampaikan pengertian teks ulasan, struktur, beserta contoh teks The post Yuk, Mengenal Bagaimana Cara Memahami Contoh Teks Ulasan appeared first on Sma Studioliterasi.

Selain candi, juga terdapat makam Islam Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur dari warga Desa Cangkuang. Tidak hanya itu, kawasan ini juga terdapat cagar budaya berupa desa adat Kampung Pulo. Jadi, dalam sekali pergi ke daerah Cangkuang kalian dapat mengunjungi 3 situs secara langsung. Terlebih lagi situs situs bersejarah ini memiliki latar belakang yang berbeda, menciptakan simbol toleransi di daerah Garut.

Toleransi yang kuat juga dapat dilihat dari masih digunakannya aturan adat meski mayoritas masyarakat sudah memeluk agama Islam. Terbukti dengan sebuah tradisi dimana setiap hari Rabu menjadi hari besar bagi masyarakat setempat. Pada hari Rabu juga, dilarang melakukan ziarah ke makam Arief Muhammad. Hari Rabu hanya untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan agama saja.

Sejarah Candi Cangkuang Garut

Sejarah Candi Cangkuang (sumber: Tempat Wisata)
Sejarah Candi Cangkuang (sumber: Tempat Wisata)

Untuk sejarah Candi Cangkuang dapat dipastikan sudah ada sejak abad ke-8 sebelum masehi dilihat melalui usia batu candi tersebut. Terlebih lagi, hal ini dapat dilihat dari bentuk candi yang terkesan relatif polos, tanpa relief yang menghiasi sisi candi.

Candi ini dipercayai oleh para ahli sebagai penghubung mata rantai untuk beberapa penemuan seperti Candi Dieng, Candi Gedong Songo, dan Candi Jiwa. Sebagai catatan, situs ini adalah candi pertama yang dipugar untuk mengisi kekosongan sejarah dalam periode Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Purnawarman. 

Selain candi, di kawasan ini terdapat makam Islam kuno yang dipercayai sebagai makam Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur masyarakat Kampung Pulo. Hal ini dapat dibilang sebagai hal unik karena makam ini terletak di kompleks candi peninggalan Hindu.

Arief Muhammad adalah senopati dari kerajaan Mataram Islam. Beliau kalah dalam perang melawan VOC di Batavia, lalu memilih untuk menyingkir ke daerah Lele, Kabupaten Garut. Lambat laun, beliau menyebarkan agama Islam pada masyarakat sekitar yang pada saat itu masih beragama Hindu.

Arief Muhammad menetap dan menikah dengan warga setempat. Penyebaran yang beliau lakukan juga dapat dikatakan berhasil, dapat terlihat dari beberapa penemuan seperti Al Qur’an yang terbuat dari kulit kayu, Naskah Khotbah Jum’at yang terbuat dari kulit kambing, dan Kitab Ilmu Fiqih yang juga terbuat dari kulit kayu.

Sebuah transisi pergantian era dapat dilihat secara langsung di satu daerah. Hal tersebut yang membuat situs ini menarik, di samping letaknya yang ada di tengah danau.

Latar Belakang Penemuan & Fungsi Candi Cangkuang

Latar Belakang Penemuan & Fungsi Candi Cangkuang (sumber: detik News)

Candi Cangkuang dilaporkan oleh Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genootschap yang terbit pada tahun 1893. Pada buku itu disebutkan bahwa telah ditemukan arca dewa Siwa yang sudah rusak serta sebuah makam kuno di Kampung Pulo, Desa Cangkuang.

Laporan ini kemudian ditindaklanjuti oleh tim Profesor Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Sehingga pada tahun 1966, candi ini ditemukan. Pada awal penemuan, terlihat ada reruntuhan dari candi. Setelah penelitian lebih lanjut, reruntuhan tersebut ternyata adalah makam Islam kuno dari leluhur masyarakat setempat, bernama Embah Dalem Arief Muhammad.

Selain makam kuno, terdapat pula banyak batuan dan serpihan pisau dari zaman megalitikum. Peneliti meyakini bahwa di sekitar daerah tersebut, semula terdapat sebuah candi karena banyaknya batuan Andesit yang berserakan, batuan ini sering diambil warga untuk digunakan sebagai batu nisan.

Candi ini direkonstruksi ulang karena kondisinya yang memprihatinkan. Pemugaran candi dilaksanakan tahun 1974- 1975 dan untuk rekonstruksi dilaksanakan pada tahun 1976. Dalam proses candi ini berhasil terekonstruksi mulai dari kaki sampai atap candi, dan satu arca dewa Siwa. Tapi, hanya ada 40% batuan asli dari bagian candi ini yang dapat ditemukan. Sebagai alternatif untuk melakukan rekonstruksi ulang, batuan yang dipakai terdiri dari koral, semen, pasir, dan besi

Fungsi Candi Cangkuang pada zaman dahulu sebagai tempat pemujaan. Oleh karena itu, arca yang ditemukan pada situs ini adalah arca dewa Siwa. Di bagian dalam candi ini terdapat sebuah arca dewa Siwa setinggi 40 cm dengan posisi sebelah kaki terlipat sembari menunggangi sapi. 

Untuk sekarang, fungsi candi cangkuang sudah bergeser menjadi situs sekaligus salah satu destinasi wisata sejarah kabupaten Garut, Jawa Barat. Tenang, bukan hanya candi saja yang dapat kalian kunjungi, terdapat kampung adat dan makam kuno juga di area ini.

Arsitektur Candi Cangkuang

Arsitektur Candi Cangkuang (sumber: Koesti Solo)
Arsitektur Candi Cangkuang (sumber: Koesti Solo)

Bangunan candi ini adalah hasil pemugaran yang diresmikan tahun 1978. Pondasi candi ini berukuran 4,7 x 4,7 m dengan ketebalan 30 cm. Di bagian timur bangunan terdapat tangga naik yang berukuran 1,5 x 2,6 m.

Untuk badan candi, berbentuk persegi dengan panjang dan lebar berukuran 4,22 m serta tinggi sekitar 8,5 meter. Atap dari bangunan candi berbentuk seperti piramida berukuran 3,8 x 3,8 m.

Keadaan arca yang ditemukan sudah dalam kondisi yang rusak, bahkan beberapa bagian seperti pergelangan tangan sudah hilang dan bagian muka yang rata. Bentuk asli dari bangunan ini belum diketahui secara karena bentuk yang kita dapat lihat saat ini adalah hasil rekayasa.

Wisata Candi Cangkuang Garut

Wisata Candi Cangkuang Garut (sumber: Travels Promo)
Wisata Candi Cangkuang Garut (sumber: Travels Promo)

Seperti yang Museum Nusantara sampaikan, situs candi ini juga sudah menjadi objek wisata. Jika kalian ingin mencari situs sekaligus destinasi wisata sejarah, wisata Candi Cangkuang adalah salah satunya.

Untuk tiket sendiri, kalian perlu mempersiapkan Rp 10.000 untuk tiket masuk sekaligus sampan menuju desa Cangkuang dengan rincian tiket masuk Rp 5.000 dan menaiki sampan Rp 5.000, jika kalian membawa anak anak tiket masuk hanya bertarif Rp 3.000. Jam operasional destinasi wisata ini mulai dari pukul 09.00 sampai 16.00 dan buka setiap hari. Jika ada hari besar agama Islam beberapa tempat akan ditutup.

Baca juga: Candi Mendut: Peninggalan Sejarah Bercorak Budha

Demikian uraian tentang Candi Cangkuang Garut. Bagaimana, kalian tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata ini? Jangan lupa juga untuk menyimak ulasan seputar budaya lainnya di Museum Nusantara, ya!

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Candi Cangkuang: Simbol Sejarah Toleransi Agama di Garut

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Selama berabad-abad, Indonesia telah menjadi rumah bagi keberagaman budaya yang kaya, termasuk seni tari tradisional yang memukau. Tari tradisional Indonesia bukan hanya sekadar gerakan-gerakan artistik yang menakjubkan, tetapi juga mewakili identitas, sejarah, dan nilai-nilai masyarakat di berbagai daerah. Tari Sirih Kuning adalah salah satu jenis tarian tradisional yang memiliki akar budaya kuat bagi masyarakat Betawi. […]

    Trending

    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]
    Nekara dan moko ialah contoh artefak perunggu yang terkenal dari zaman prasejarah di Indonesia, tepatnya pada zaman logam. Memang kalau sekilas kita lihat memiliki beberapa kesamaan. Bahkan pada beberapa sumber sering kali menyebutkan kalau moko merupakan nama lain dari nekara. Ternyata, keduanya tidak sama dan terdapat perbedaan. Artikel ini bakal mengulas perbedaan yang signifikan pada […]
    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]